x

Menjelaskan kepada pengunjung pameran tentang obyek lukisan kapal di Banjarmasin dan di Bengakil Riau (Agus Budi Santoso)

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Jumat, 22 Desember 2023 07:19 WIB

Pelukis Ardiyanto Mengusung Semangat “Nenek Moyangku” dan Pesona Jagat Maritim Ke Ruang Gallery

Pelukis cum Akademisi Dr.Ir.Antonius Ardiyanto, M.T kembali menggelar pameran tunggal bertajuk “Petualang Bahari” di Semarang Sketchwalk Gallery, Pringsewu Art Space, Kota Lama, Semarang dari 17 Desember – 24 Januari 2023.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pelukis cum Akademisi  Ardiyanto kembali menggelar pameran tunggal. Pelukis penyandang nama komplet Dr.Ir.Antonius Ardiyanto, M.T yang kesehariannya berprofesi sebagai dosen program studi Arsitektur di Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata Semarang ini menaja pameran tunggalnya yang kedua bertajuk Petualang Bahari di Semarang Sketchwalk Gallery, Pringsewu Art Space, Kota Lama,  Semarang dari 17 Desember – 14 Januari 2023.

Memasuki ruang Semarang Sketchwalk (SSW) Gallery,  Pringsewu Artsapce, Kota Lama, Semarang kita disuguhi 21 keping lukisan dengan media water colour yang kesemuannya berobyek kapal karya Ardiyanto.

Pelukis yang akrab disapa Ardiyanto seolah mengusung dunia kelautan ke ruang gallery. Simak karya-karya yang ditajanya pada pameran “Petualang Bahari” berikut ini; Kapal Pinisi Raja Ampat, Kapal sandar di Sungai  Barito, Arial view kapal wisata pulau Komodo, Kapal sandar di kampung laut Manggarai, Balikpapan, Kapal sandar di pelabuhan Bengkalis Riau, Perahu jukung Sanur melaju. Arial view Kapal Wisata Komodo di pantai Boat di pantai Tanjung Benoa Bali, Arial view perahu di dermaga pelabuhan Paotere Makasar, Bongkar muat isi kapal di dermaga, Boat sandar di kampung tepi sungai Siak, Riau, Perahu Jukung Sanur Bali siap melaut,Kapal nelayan Juwana di laut Papua,          Kapal Tempur TNI AL KRI Golok, Kapal Nelayan Juwana berjuang dalam gelombang laut, Kapal Nelayan Puger Jatim siap melaut,       Kapal layar bertarung melewati ombak, Kapal niaga merapat di pelabuhan,   Boat dalam berjuang debur ombak, Kapal Niaga di Pelabuhan Tanjung Emas, dan Perahu Nelayan Puger terhempas ombak Laut Selatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Antonius Ardiyanto (Foto :Agus Budi Santoso)

Pameran Ardiyanto kali ini mengingatkan kita ke masa kanak-kanak pada sebuah lagu karya Ibu Soed yang popular bertajuk Nenek Moyangku.

Keping-keping lukisan Ardiyanto memang memvisualkan beragam jenis-jenis kapal dari berbagai pelosok nusantara ini sejatinya ingin menarasikan betapa nenek moyang kita orang  pelaut yang tangguh, seperti yang didedahkan pada larik-larik syair berikut ini;

nenek moyangku orang pelaut

gemar mengarung luas samudra

menerjang ombak tiada takut

menempuh badai sudah biasa

 

angin bertiup layar terkembang

ombak berdebur di tepi pantai

pemuda b'rani bangkit sekarang

ke laut kita beramai-ramai

 

Lukisan, Laut dan Ardiyanto

Lewat dunia seni rupa dengan karya-karyanya Ardiyanto ingin menunjukan potensi dan kekayaan Indonesia sebagai negara maritim. Mengapa memilih kapal sebagai obyek lukis.

Ardiyanto yang juga berprofesi sebagai arsitek ini tentunya punya alasan mengapa memilihkapal dan jagad kelautan menjadi obyek lukisannya. Mengapa Ardiyanto kesengsem pada kehidupan laut. Bahkan pada pameran tunggal selanjutnya Ardiyanto masih akan mengusung tema dunia laut dan Pernik-perniknya, jadi semacam trilogy pamerannya tentang kapal dan laut.

Antonius Ardiyanto (ABS)

Menurut Ardiyanto berdasarkan fakta Indonesia  wilayahnya 2/3 lautan dengan 17.000 pulau terdapat kapal dengan banyak ragamnya. Kapal-kapal terdiri dari  kapal nelayan tradisional, kapal niaga tradisional, kapal niaga modern dan kapal perang, perahu, jukung, boat dan lainnya.

Lebih lanjut, anggota Semarang Sketchwalk ini mengungkap, bentuk struktur bangunan kapal pun beragama beragam dari perahu kecil, jukung, kapal kayu tradisional untuk nelayan, kapal niaga kayu tradisional, kapal niaga modern yang besar, kapal penumpang seperti kapal Ferry atau kapal laut bertonase besar untuk ribuan penumpang,  tangker dan kapal pesiar. Selain ini masih ada kapal boat sungai,  perahu dan boat danau yang beragam.

Kalau disigi dari sejarah, beber Ardiyanto, kapal di Indonesia sudah terlihat jejaknya di relief kapal pada Candi Borobudur sejak abad 9.

“Kerajaan Majapahit pada abad 14 telah memiliki armada kapal perang yang kuat dengan kapal besar utama bernama Kapal Jung yang menguasai laut Nusantara. Ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki sejarah perkapalan yang tangguh,” terang anggota Kolcai Chapter Semarang ini.

Menurut Ardiyanto berdasarkan pengamatannya ragam bentuk kapal di Indonesia paling banyak di dunia, terutama kapal tradisionalnya. Kapal di kawasan  pantai utara dan pantai selatan Jawa berbeda karena karakter lautnya.

“Perahu pantai selatan Jawa ada cadik untuk penyeimbang kapal untuk melawan ombak yang besar. Sementara di pantai utara Jawa perahu berbadan lebar tanpa cadik. Bentuk kapal di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, NTT dan NTB, Bali, Lombok ternyata juga berbeda beda,” imbuh Ardiyanto yang mengaku melukis merupakan hobinya.  

 

Ragam kapal yang banyak di Indonesia dari berbagai lokasi seperti sungai, laut, teluk, pelabuhan, danau  dan lainnya  sangat menarik dan bisa menjadi sumber inspirasi untuk dilukis yang tiada habisnya.

Ditambah lagi Indonesia memiliki beberapa pelabuhan besar di Indonesia seperti;  Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Pelabuhan Belawan dan lainnya yang disinggahi beragam bentuk kapal niaga internasional juga kapal pesiar dari berbagai negara..

Pada pameran tunggal pertamanya yang berlangsung September 2023 dengan tema :  “Boat On My Journey” di Tan Artspace Semarang juga berobyek jagad kelautan.

Pada pameran tunggal pertamanya ini dengan media cat air ini menampilkan 27 keping lukisan tentang kapal-kapal  yang obyeknya didapatkan disela-sela tugasnya. Biasanya Ardiyanto memotret kapal yang sedang merapat di dermaga, di tepi sungai atau  di pelabuhan, antara lain; di Semarang, Sungai Siak, Pelabuhan Bengkalis, Sungai Barito Banjarmasin, Permukiman tepi laut Manggar Balikpapan, laut sekitar pulau Komodo dan lainnya.

Hanya dalam hitungan bulan Ardiyantomdi tengah kesibukannya sebagai dosen dan konsultan kembali menggelar pameran tunggal.

“Tentang Petualang Bahari”

Pelukis Ardiyanto mengungkapkan konsep pameran tunggal keduanya  bertema ; “Petualang Bahari”, karena melalui lukisannya ingin mengingatkan kalau Indonesia ini sangat  potensial dan melimpah kekayaan baharinya. Mengapa para pelaut dengan kapal-kapalnya ini menginspirasi dan mewarnai karya-karyanya  dalam pamerannya kali ini.

Menurut Ardiyanto ---salah satu tim juara lomba desain Ibukota Nusantara (IKN) ini--- laut Indonesia yang kaya akan ikan menjadi sumber penghidupan bagi nelayan untuk mencari ikan. Indonesia secara geografis sangat strategis untuk jalur pelayaran dunia menjadikan wilayah ini menjadi jalur lalulintas niaga dari masa lalu hingga kini,” ujar Doktor lulusan Universitas Gajah Mada ini membeber konsep pamerannya. 

Lebih lanjut, Ardiyanto, mengungkapkan, potensi ekonomi wilayah Indonesia yang ditunjukan kesibukan kapal niaga di pelabuhan menjadikan petualang bahari dengan kapal berlalu lalang di wilayah Indonesia. Sebagai Negara maritim untuk mempertahankan kedaulatan Negara perlu didukung dengan kapal perang yang kuat.

Tantangan dunia bahari di Indonesia telah menjadi bagian hidup bagi masyarakat pelaut di Indonesia. Para nelayan dengan kapalnya dari kapal yang kecil dengan awak satu atau dua orang sampai kapal besar dengan puluhan orang awak kapal.

“Para pelaut dengan kapal niaganya membawa kapal barang melewati samudra. Para nahkoda kapal penumpang untuk transportasi laut, melintas laut antar pulaupenumpang sampai tujuan dan armada angkatan laut Indonesia melintas laut untuk menjaga kedaulatan laut dan pulau-pulau di Indonesia,” imbuh Ardiyanto.

Pesona Bahari

Ardiyanto mengagumi para pelaut yang dalam keseharian menghadapi tantangan dunia bahari yang penuh dinamika gelombang lautnya. Para pelaut ini harus berjuang membawa kapalnya saat kondisi laut kurang bersahabat, saat cuaca laut kurang bagus mereka dengan kapalnya harus bertahan melaju menghadapi ombak besar.

 “Mereka tercipta menjadi manusia pemberani menghadapi laut agar tetap bisa bekerja sebagai nelayan atau pelaut dalam hidupnya untuk menghidupi keluarganya, mengamankan penumpang kapalnya atau menjaga kedaulatan laut NKRI  bagi Angkatan Laut Indonesia. Mengingatkan kita kalau nenek moyang kita memang pelaut yang tangguh, ” tandas Ardiyanto.

 

Biografi Antonius Ardiyanto

 Nama         : Dr. Ir. Antonius Ardiyanto, MT.

Tempat/Tgl lahir  : Surakarta, 29 Mei 1963

Alamat        : Jl. Kradenan Lama I/10, Semarang

Pendidikan  :

Sarjana S1 Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang1990.

Sarjana S2 Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Gadjah   Mada Yogyakarta, 1996. 

Sarjana S3 Program Doktor pada Program Studi Teknik Arsitektur   Universitas  Gadjah Mada, 2015.

Anggota Profesi   : Ikatan Arsitek Indonesia, STRA sebagai Arsitek UTAMA.

Pekerjaan Tetap: Sebagai dosen tetap pada program studi Arsitektur (S1), Magister Arsitektur (S2) dan Program Doktor Arsitektur (S3) Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata. Sebagai dosen sejak tahun 1991. Selain sebagai dosen juga sebagai peneliti arsitektur kolonial dan permukiman. Pekerjaan Profesi Arsitek sejak tahun 1991. Pekerjaan profesi sebagai arsitek merencanakan gedung, dan sebagai perancang kawasan kota  (Urban Desain).

Antonius Ardiyanto bisa dikontak via email : ardiyanto@unika.ac.id dan HP/WA : 081347270190

Christian Heru Cahyo Saputro, Jurnalis dan Pengamat Seni Rupa di Semarang

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB