x

Arah Politik Presiden Jokowi

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Minggu, 24 Desember 2023 21:33 WIB

Mewujudkan Hirisasi Aspal Buton, Simbol Transformasi Pembangunan Indonesia

Multiplier effect dari IKN atau mewujudkan hilirisasi aspal Buton yang akan membawa Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Debat cawapres perdana baru saja usai beberapa hari yang lalu. Tetapi gaung dari pembicaraan, analisis, dan diskusi mengenai substansi hasil perdebatan tersebut masih sering santer terdengar sampai saat ini. Salah satu topik perdebatan yang masih hangat dirasakan dan dibicarakan orang adalah masalah Ibu Kota Negara (IKN).

Mengutip berita dari bisnis.tempo.co, tanggal 22 Desember 2013, dengan judul: “Gibran Sebut IKN Sebagai Simbol Transformasi Pembangunan Indonesia”. Calon wakil presiden atau Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyatakan bahwa Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bukan hanya pembangunan bangunan pemerintah, tetapi simbol pemerataan dan juga simbol transformasi pembangunan di Indonesia. Hal itu disampaikan Gibran saat menyampaikan visi, misi dan program kerja dalam acara debat cawapres di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada Jum’at 22 Desember 2013.

Pernyataan cawapres nomor urut 2 ini telah menimbulkan polemik dan tanda tanya bagi rakyat. Apa maksud dari IKN adalah sebagai simbol transformasi pembangunan Indonesia? IKN adalah Ibu Kota baru yang sedang dibangun di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Bagaimana ceritanya sebuah Ibu Kota baru bisa menjadi sebuah simbol pemerataan dan simbol tranformasi pembangunan Indonesia? Seharusnya lawan debat Gibran dari cawapres nomor urut 1 dan 3 mengejar pernyataan Gibran ini. Apa sejatinya, maksud dari pernyataan IKN adalah simbol transformasi pembangunan Indonesia?. Apakah dana sebesar Rp 466 triliun itu pantas digelontorkan hanya untuk membuat sebuah simbol transformasi pembangunan Indonesia?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk membedah, menganalisa, dan mengkaji isu, mengenai IKN adalah simbol transformasi  pembangunan Indonesia, kita perlu lebih paham dulu apa makna dari kata “simbol” itu. Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda yang terlihat yang menggantikan gagasan atau obyek.

Kemudian kita perlu tahu juga apa itu makna kata “transformasi”. Transformasi adalah perubahan, berubah dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru sama sekali. Dari keadaan yang sebelumnya, menjadi baru dan lebih baik.

Setelah kita lebih paham mengenai arti simbol dan transformasi, maka sekarang pernyataan Gibran itu, mungkin dapat diterjemahkan menjadi IKN adalah kota yang merupakan tanda yang terlihat dari gagasan perubahan Indonesia menjadi baru dan lebih baik.

Nah sekarang pertanyaannya adalah apa definisi dari: “Perubahan Indonesia menjadi baru dan lebih baik?”. Apa indikator, parameter, dan tolok ukurnya?. Mungkin pak Jokowi sendiri yang harus berani menjelaskannya masalah isu ini kepada rakyat.

Untuk memastikan sesuatu pemikiran atau gagasan itu sejatinya adalah benar atau salah, maka seyogyanya pemikiran itu harus diuji atau didebat terlebih dahulu. Salah satu cara mengujinya adalah dengan membuat sebuah pernyataan tandingan: “Mewujudkan hilirisasi aspal Buton adalah simbol transformasi perubahan Indonesia”. Kalau diterjemahkan, maka definisinya akan menjadi: “Mewujudkan hilirisasi aspal Buton adalah upaya untuk mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton yang merupakan tanda yang terlihat dari gagasan perubahan Indonesia menjadi baru dan lebih baik”.

Apa indikator, parameter dan tolok ukur dari perubahan Indonesia menjadi baru dan lebih baik? Indikator yang paling jelas dan tampak kasat mata adalah dengan terwujudnya hilirisasi aspal Buton, maka akan terjadi multiplier effect untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara lebih cepat dan signifikan. Lho, bagaimana mungkin?

Menurut data dari Departemen Perindustrian dibutuhkan dana sebesar Rp 4 triliun untuk membangun pabrik-pabrik ekstraksi aspal Buton dengan total kapasitas 500.000 ton per tahun. Dengan asumsi untuk Indonesia mampu berswasembada aspal, maka Indonesia harus mampu memproduksi aspal Buton ekstraksi sebesar 2 juta ton per tahun. Untuk membangun beberapa buah pabrik ekstraksi aspal Buton dengan total kapasitas 2 juta ton per tahun, maka dibutuhkan dana sebesar Rp. 16 triliun. Sekarang mari kita bandingkan dengan dana untuk membangun IKN yang sebesar Rp 466 triliun. Jadi dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton hanya 3,43% dari dana untuk membangun IKN.

Dengan asumsi Indonesia sudah mampu berswasembada aspal, maka apa dampak positipnya terhadap perubahan pertumbuhan dan peningkatan ekonomi Indonesia?

Pertama: Dana yang sebesar Rp 22,5 triliun per tahun yang selama ini merupakan jumlah devisa negara yang harus dikeluarkan oleh Indonesia untuk mengimpor aspal, sekarang dana tersebut sudah dapat dimanfaatkan dan digunakan di dalam negeri untuk mendanai pembangunan-pembangunan, dan menggerakkan roda perekonomian.

Kedua: Untuk memproduksi 2 juta ton aspal Buton ekstraksi per tahun dibutuhkan bahan baku batuan aspal Buton sebanyak 10 juta ton per tahun. Ini jumlah yang sangat luar biasa besarnya. Berapa banyak infrastruktur, sarana, dan prasarana pendukung eksploitasi, operasi. dan produksi yang akan dibutuhkan? Berapa banyak tenaga kerja yang akan dibutuhkan? Tidak terbayangkan sangat luar biasa besarnya. Pulau Buton akan menjadi sebuah kawasan industri yang paling sibuk di dunia. Mari kita bandingkan dengan IKN Nusantara. Mungkin bangunan istananya sangat megah, indah, dan mempesona. Tetapi suasananya gersang, hambar, dan sunyi. Sangat berbeda dibandingkan dengan Pulau Buton. Dengan adanya industri aspal alam Buton akan hidup di Pulau Buton bagaikan di taman Firadus. Penuh dengan gelak dan tawa dari rakyatnya yang hidupnya lebih makmur dan sejahtera.

Ketiga: Mewujudkan hilirisasi aspal Buton berarti memenangkan perang melawan penjajahan aspal impor. Faktor ke 3 ini adalah sejatinya yang menjadi simbol transformasi perubahan Indonesia. Karena kalau aspal impor sudah mampu dikalahkan dan digantikan oleh aspal Buton. Maka semua produk-produk impor yang dapat digantikan oleh produk-produk lokal, maka akan menjadi proyek-proyek prioritas utama dan kebijakan strategis negara. Dengan demikian, akan terjadi pemerataan pembangunan di seluruh daerah di Indonesia yang potensi-potensi hilirisasi sumber daya alamnya selama ini masih belum mampu diwujudkan.

Sebenarnya multiplier effect dari hilirisasi aspal Buton ini masih sangat banyak sekali. Salah satu diantaranya adalah membangun jalan-jalan tol, provinsi, kabupaten, kota dan desa yang baru di seluruh wilayah Indonesia. Ada kisah atau cerita di jaman Presiden Soekarno, bahwa pemerintah Perancis pernah menawarkan kepada Indonesia untuk membangun Trans Sumatera. Tetapi syaratnya adalah kiri dan kanan sepanjang jalan Trans Sumatera itu akan digunakan untuk perkebunan jagung selama 25 tahun. Dan semua biaya pembangunan jalan Trans Sumatera itu akan dibayar dari hasil perkebunan-perkebunan jagung tersebut. Entah benar atau tidak cerita ini. Tetapi seandainya saja kita sekarang mau membangun jalan-jalan Tol, provinsi, kabupaten, kota dan desa yang baru, dan kiri kanan jalan akan dijadikan untuk lahan-lahan perkebunan, pertanian, dan peternakan, dll, yang produktif, maka perekonomian Indonesia tentunya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat dan signifikan.

Silahkan paslon nomor urut 1, 2, dan 3 membaca tulisan ini sebagai referensi untuk acara perdebatan berikutnya. Isu IKN pasti akan muncul kembali sebagai topik perdebatan yang paling krusial dan menarik. Kita tunggu saja pernyataan resmi klarifikasi dan penjelasan dari pak Jokowi mengenai IKN adalah simbol reformasi pembanguan Indonesia. Silahkan bandingkan multiplier effect dari IKN dengan multipiler effect dari mewujudkan hilirisasi aspal Buton. Multiplier effect dari IKN atau mewujudkan hilirisasi aspal Buton, yang akan membawa Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera?  

 

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu