x

Spot foto

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 18 Januari 2024 11:52 WIB

Tersenyum Bersama Tapi Menangis Sendiri

Kalau Anda punya banyak kawan jangan senang dulu. Sebagian besar hanya mau berkawan ketika Anda baik baik saja. Ketika Anda susah mereka akan pergi kecuali sedikit saja. Lantas bagaimana kita harus bersikap dan kepada siapa kita berharap? Ikuti terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono

Intro

Sifat manusia dibentuk oleh banyak faktor.  Salah satu faktor tepenting adalah keturunan.  Sifat diturunkan oleh kedua orang tuanya.  Dalam bahasa ilmiahnya ada unsur DNA yang membentuk sifat anak.  Ini diwarisi dari kedua orang tuanya. Kemudian pola asuh kedua orang tuanya atau orang yang mengasuhnya juga memengaruhi.

Lingkungan sosial juga ikut membentuk sifat anak anak.  Kemudian unsur kebudayaan juga memiliki peran dalam bembentuk sifat anak yang tumbuh.  Itulah sebabnya sifat manusia beragam.

 

Sifat egois manusia

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Sifat manusia memang bermacam macam, meskipun demikian ada juga sifat yang mirip di antara manusia.  Salah satu kemiripannya adalah sifat egois.  Sifat ini ada pada semua orang, hanya derajatnya saja yang berbeda.    

 

Sifat ini melekat pada manusia lintas suku dan kebangsaan.  Salah satu indikasinya nampak pada peribahasa mereka.  Mari kita cermati sebuah peribahasa dari Rusia berikut ini.  Ini hanyalah terjamahannya dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

 

When we sing everybody hears us, when we sigh nobody hears us (Peri Bahasa Rusia)

Ketika kita menyanyi sema orang mendengarkan kita, Ketika kita menarik napas Panjang (bersedih) tidak ada orang yang mendengarkan.

Peribahasa ini bisa terbuka terhadap berbagai tafsiran. Berikut ini tafsiran saya.

 

Ketika kita menyanyi adalah gambaran keadaan yang baik.  Jadi maksudnya Ketika kita sedang berbahagia karena semua unsur baik baik saja. Raga dan jiwa kita sehat. Demikian juga keluarga kita. Kondisi keuangan juga baik. Karir juga sedang baik. Tentu sja semua orang punya masalah.  Tapi hanya masalah teknis kecil, tidak ada masalah yang menyusahkan.

 

Dalam keadaan baik seperti itu semua orang ingin mendekat.  Itulah yang dimaksudkan dengan semua orang mendengarkan.  Banyak orang mendekat dengan niat tulus hanya ingin berteman.  Tapi tidak sedikit orang yang datang itu memiiki keinginan minta tolong.

Ada yang minta tolong mencari pekerjaan.  Ada juga yang terus terang meminta pinjaman uang atau barang.  Ada yang datang meminta bantuan untuk anaknya atau saudaranya, dsb.  Bahkan ada juga yang ingin menipu atau berniat jahat.

 

Jika Anda sedang dalam kelapangan sebaiknya Anda membantu mereka. Tidak ada amal yang sia sia.  Semua perbuatan baik mauun jahat akan Kembali kepada pelakunya. Pertolongan Anda akan dibalas oleh Allah.

 

Bagian pertama peribahasa itu belum menunjukkan sifat egois manusia yang lebih ektrim.  Di bagian kedua sifat ini lebih jelas.

Ketika Anda menarik napas Panjang, tidak ada orang yang mendengarkan. Kalimat ini juga mengandung kiasan. Menarik napas Panjang di sini bukan sekedar perbuatan fisik semata. Tindakan ini bisa diartikan sebagai ungkapan kesedihan hati, atau kondisi yang sedang tidak baik baik saja. Mungkin kondisi Kesehatan sedang menurun. Bisa jadi kondisi keuanan sedang kurang menggembirakan.  Mungkin juga ada unsur lain yang menyebabkan perasaan kita tidak enak.

 

Dalam kondisi yang demikian itu Sebagian besar orang akan menjauh.  Hanya sedikit orang saja yang betul betul berhati sehat, bersih dan mulia yang masih bersedia mendekat.

 

Dalam Bahasa Jawa ada peribahasa berikut ini.  

Ojo cedak kebo gupak. 

Artinya jangan dekat dengan kerbau yang sedang mandi lumpur. Karena nanti kita bisa terciprat lumpur sehingga menjadi kotor.

 

Maksudnya kita jangan dekat dengan orang yang sedang bermasalah karena nanti bisa terkena masalahnya. Orang yang sedang sakit bisa menulari. Orang yang sedang kesulita keuangan bisa meminjam uang yang belm tentu kembali. Demikian juga dengan berbagai masalah lain.

 

Peribahasa itu ada benarnya. Tapi ia sekaligus mengungkapkan egoism yang agak ekstrim.  Peribahasa ini menganjurkan kita mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada kesulitan orang lain.  Maka peribahasa ini tidak sesuai dengan Islam. 

 

Peribahasa bijaksana

 

Selain peribahasa yang egois itu Orang Jawa juga punya peribahasa yang bijaksana.  Peribahasa ini berupa anjuran untuk menata hati dan sikap untuk menghadapi gelombang kehidupan. 

 

Ojo kagetan.  Artinya jangan mudah kaget.  Maksudnya dalam menghadapi berbagai masalah kita harus tetap tenang dalam hati dan pikiran.  Kita tidak akan stress kalau memiliki hati dan pikiran yang tenang dan tidak mudah kaget.

 

Ojo gumunan.  Artinya jangan mudah heran dengan kehidupan ini. Orang yang mudah heran akan bertingkah aneh dan tidak tepat tindakannya dalam menanggapi kehidupan.

 

Ojo dumeh artinya jangan sombong.  Peribahasa ini cocok untuk orang yang sedang jaya.  Jangan takaburkarena semuanya milik Allah. semua harta benda, pangkat, jabatan, ilmu, kecerdasan semuanya adalah pemberian Allah swt. 

 

Kalau Anda takabur Ketika sedang jaya, maka Anda akan mendapat kesulitan Ketika Anda sudah surut.  Kalau Ketika menjabat Anda arogan maka Ketika sudah surut Anda akan stress karena mantan anak buah bisa jadi balasn dendam tidak mau menghargai Anda lagi. Bahkan mungkin mereka akan melecehkan Anda.

 

Berharap kepada Allah saja

 

Sifat manusia yang egois sejatinya membawa kesulitan untuk pelakunya dan untuk orang lain.  Tidak jarang kita menjadi kecewa karena terlalu berharap kepada manusia.  Oleh sebab itu Islam datang dengan membawa ajaran yang bisa mengatasi masalah tersebut.

 

Jangan berharap kepada manusia karena akan kecewa. Berharaplah kepada Allah. silahkan cermati hadist berikut ini.

Sayyidina Ali pernah berkata “Aku sudah pernah merasakan kepahitan dalam kehidupan dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia” (Ali bin Abi Thalib).

 

Imam Syafi’i mengatakan, “Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.”

 

Penutup

 

Kata Mutiara adalah ekspresi bangsa berdasar pengalaman hidup mereka. Kata Mutiara Rusia dan Jawa ada titik tautnya.  Intinya manusia hanya ingin bersenang senang saja, tidak mau menderita. Maka kalau kamu menderita, sedih, susah Sebagian besar akan menjauh. Hanya orang berhati mulia saja yang masih mau mendekat dan menolong.

Jadi berharap pertolongan hanya kepada Allah saja.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler