Gen Z Bisa Menyukai Pertanian Kalau Ada Komunitasnya

Rabu, 26 Februari 2025 20:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Genz 3
Iklan

Ternyata anak muda yang biasanya jauh dari kegiatan pertanian dan berkebun bisa nyaman dengan kegiatan ini saat menemukan komunitas yang tepat.

Di tengah menurunnya minat generasi muda terhadap usaha pertanian, sekelompok anak muda yang tergabung dalam organisasi Odesa Indonesia justru hadir membawa angin segar. 

Dengan semangat belajar dan kepedulian yang tinggi terhadap ekologi, mereka terjun langsung ke lading-ladang para petani di Cimenyan Kabupaten Bandung. Di sana mereka belajar bertani dan membantu petani menjalankan aksi-aksi ekologi dengan berbagi bibit dan berbagi keilmuwan.  

Manajer Sekolah Tani Odesa, Hasna Dini Zahirah, mengatakan, ia bersama belasan relawan Odesa lainnya tertarik aktif berkegiatan pertanian karena memperkaya pengalaman. 

“Saya bisa belajar mengenal asal usul makanan, belajar menanam, mengenal kandungan gizi hingga praktik konservasi lahan bisa saya dapatkan. Lebih dari itu, kami juga mendapatkan kesempatan memperbaiki keadaan warga miskin,” kata Hasna, yang kini masih berstatus mahasiswa di UIN Sunan Gunung Jati Bandung tersebut.

Gen Z Keluar dari Arus Utama

Anak muda Odesa Indonesia menanam

Anak-anak muda seperti Hasna adalah golongan Generasi Zoomer atau Gen Z yang semakin terpisah dari dunia pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, dari 65,82 juta pemuda di Indonesia, hanya 18% yang bekerja di sektor pertanian. Mayoritas anak muda masih menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang berat dan kurang menguntungkan. Namun, komunitas Odesa Indonesia membuktikan bahwa sektor ini memiliki potensi yang besar, terutama dalam menciptakan kemandirian pangan.

Bagi relawan di Odesa seperti Hasna, berkebun bukan hanya menghasilkan pangan, tetapi juga menjadi terapi dalam menghadapi tekanan kehidupan modern. Relawan lain, Rizki Anggita Dewi yang sebelumnya berkegiatan mengajak anak-anak desa selama 3 tahun di Sekolah Samin Odesa mengatakan, dirinya termotivasi mempelajari pangan lokal. 

“Sebelum bergabung dengan Odesa, saya hanya mengenal nama tanamannya, tanpa tahu bentuk dan manfaatnya. Sekarang, saya lebih memahami bagaimana pangan lokal bisa berdampak pada masyarakat luas,” ungkapnya.

Anggita adalah seorang Duta Literasi Kota Bandung yang sangat aktif di Odesa. Ia mengambil peran dalam banyak kegiatan seperti penyaluran bantuan bibit, penyiaran pertanian, mengajar anak-anak desa dan juga terlibat aktif dalam kajian pengembangan pemikiran sejarah dan budaya. Menurutnya, berkebun adalah sesuatu yang penting karena mengajarkan nilai-nilai karakter.

“Berkebun mengajarkan saya untuk lebih sabar dan memahami bagaimana alam bekerja. Dari menyemai bibit hingga panen, saya melihat sendiri bagaimana setiap proses memiliki peran penting dalam keberlangsungan lingkungan,” ujarnya.

Memahami Sunnatullah

Sementara itu, rekan lain, Hakim Adila Rusyana, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung berpikir, bertani bukan hanya soal cocok ditanam, tetapi juga membangun kesadaran ekologis.

“Saya melihat bahwa belajar tentang pertanian tidak hanya sekedar menanam, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Selain itu, ada kepuasan tersendiri saat melihat hasil kerja tangan kita, entah itu panen kecil atau sekadar menanam bibit baru,” ujarnya.

Baginya, berkebun adalah cara memahami siklus kehidupan atau sunnatulah secara konkret. Dari proses menyemai bibit hingga panen, ia semakin menghargai kerja keras para petani yang sering mendapat perhatian dari generasi muda perkotaan.

Sementara itu, Syifa R. Salsabila, mahasiswa Universitas Islam Nusantara yang juga kini menjadi Manager Program Sekolah Botani Odesa berpendapat, kegiatan berkebun di ladang-ladang pertanian serta memulai dengan para petani adalah langkah-langkah perluasan dalam pengalaman hidup. Menurutnya, ada banyak pengalaman yang menarik di desa-desa Kawasan Bandung Utara karena di sana.

“Saat terjun ke lapangan, saya mendapat banyak wawasan dari para petani. Mereka mengajarkan kegigihan dan ketekunan yang luar biasa. Ini bukan sekadar pekerjaan fisik, tapi sebuah cara hidup yang sarat makna,” tuturnya.

Menurut Ketua Pembina Odesa Indonesia Budhiana Kartawijaya, perihal anak-anak muda yang tertarik dengan pertanian tersebut membuktikan bahwa generasi Indonesia tidak anti terhadap pertanian. Menurutnya, selalu ada yang tertarik pada urusan pertanian dan bahkan kelak akan lahir generasi petani yang tampil dengan model lain. 

Gen Z Butuh Komunitas

“Di Odesa itu ada lebih dari 30 anak-anak muda terlibat kegiatan di perdesaan. Urusan perpustakaan anak desa otomatis terhubung dengan kegiatan pertanian. Dari situ Odesa mencoba membuat sistem agar anak-anak muda kota Bandung ikut mengambil bagian. Dan ternyata hasilnya luar biasa. Banyak relawan dari kalangan pelajar yang sadar berkegiatan budidaya tanaman. Mereka tertarik pada herbal, tertarik pada masalah kesuburan tanah, dan juga pentingnya pangan sehat bergizi,” kata Budhiana.

Menurut Budhiana, anak-anak muda Gen Z sebenarnya open mind dan pemikirannya tidak tersekat-sekat dalam stigma. Mereka menikmati menikmati kegiatan menyangkul, menanam, dan memanen. Hal tersebut menandakan bahwa jika ada kesempatan atau ruang untuk kegiatan bertani bagi anak muda, maka tidak mungkin banyak anak muda yang akan menjadi bagian dari kewirausahaan pertanian.

“Kalau soal minat dalam urusan pertanian itu ada. Tinggal sekarang ada enggak komunitas yang bisa menjadi tempat bagi kegiatan anak-anak muda. Kita sungguh membutuhkan banyak komunitas yang memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk berkreasi di bidang pertanian. Mereka bisa belajar sekaligus membantu para petani,” papar Budhiana.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Arinda Eka Putri

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler