Al Arif merupakan Guru Besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekjen DPP Asosiasi Dosen Indonesia, Ketua IV DPW Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jakarta, Associate CSED INDEF, serta saat ini sebagai Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan
Menatap Kebangkitan Ekonomi Indonesia
Kamis, 29 Mei 2025 10:04 WIB
Indonesia harus beralih pada motor pertumbuhan ekonomi yang baru yaitu ekonomi digital.
***
Bangsa Indonesia setiap tanggal 20 Mei memperingati Hari Kebangkitan Nasional, dimana kita mengenang lahirnya semangat untuk bersatu dan berjuang secara kolektif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Makna kebangkitan di tentang tantangan zaman yang selalu berubah telah mencakup tidak hanya dimaknai sebagai suatu kemerdekaan tetapi bagaimana kita mampu bangkit dalam mengangkat martabat bangsa dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi.
Kebangkitan nasional ini berasal dari berdirinya organisasi Boedi Oetomo, yang didirikan oleh para mahasiswa Stovia. Lebih dari seabad setelah berdirinya organisasi pada tahun 1908, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Namun di tengah kompleksitas tersebut terdapat pula peluang emas bagi Indonesia untuk bangkit menjadi suatu kekuatan ekonomi yang diperhitungkan oleh dunia.
Artikel ini mengajak kita menatap kebangkitan ekonomi Indonesia dengan optimisme, refleksi kritis, dan gagasan strategis dalam menyongsong masa depan Indonesia Emas 2045.
Apabila kita merujuk data, sejumlah negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang melamban di kuartal pertama 2025 ini, salah satunya ialah Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung selama triwulan pertama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 4,87 persen atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 5,02 persen.
Secara umum, IMF telah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 akan mengalami penurunan dari prediksi sebelumnya yaitu dari 5,2 persen turun menjadi 5,1 persen. Bahkan Fitch Ratings merevisi perkiraannya menjadi 4,9 persen. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi ketegangan global dan menurunnya belanja konsumen.
Di tengah proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia saat ini memiliki peluang yang muncul sekali seumur hidup yaitu bonus demografi. Indonesia tengah menikmati bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibandingkan usia nonproduktif. Periode ini diperkirakan berlangsung hingga 2035. Namun, dibutuhkan suatu respons cepat agar bonus demografi ini dapat dioptimalkan untuk kemajuan bangsa.
Di sisi lain, Indonesia harus beralih pada motor pertumbuhan ekonomi yang baru yaitu ekonomi digital. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai nilai US$130 miliar pada tahun 2025, mencakup 44 persen dari pasar Asia Tenggara. Sektor ini mencakup e-commerce, fintech, edutech, dan layanan digital lainnya. Pemerintah optimistis bahwa ekonomi digital akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal yang tak kalah penting untuk kembali membangkitkan ekonomi Indonesia ialah penguatan pada sektor UMKM. Sektor UMKM selama ini telah terbukti menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyumbang sekitar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja. Namun, sektor UMKM menghadapi tantangan signifikan, termasuk kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang dapat berdampak pada keberlangsungan usaha mereka.
Potensi kebangkitan ekonomi Indonesia pun ditunjang oleh kebijakan hilirisasi industri yang telah dirintis sejak periode kepemimpinan Joko Widodo dan dilanjutkan di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto ini. Pemerintah mendorong hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri. Pada triwulan I-2025, realisasi investasi di sektor hilirisasi mencapai Rp136,3 triliun, atau 29,3 persen dari total investasi nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu, saat ini salah satu hal yang diperkuat oleh Pemerintahan sekarang adalah transisi energi dan ekonomi hijau. Pemerintah Indonesia memperkuat transisi energi dan ekonomi hijau melalui kolaborasi dengan komunitas Asia Zero Emission. Sektor energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan teknologi hijau diprediksi menciptakan 25 juta lapangan kerja baru. Selain itu, Bappenas memperkirakan jumlah pekerjaan yang berpotensi menjadi hijau mencapai 56 juta pada 2025.
Program prioritas untuk mewujudkan kedaulatan pangan adalah game changer yang dilakukan di pemerintahan ini untuk menjadi fondasi bagi kemandirian ekonomi, stabilitas sosial, dan pembangunan berkelanjutan. Sektor pertanian dan pangan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, terutama di daerah pedesaan. Dengan menjadikan kedaulatan pangan sebagai agenda prioritas, maka investasi, infrastruktur, dan inovasi di sektor ini akan meningkat.
Jika Indonesia mampu membangun sistem pangan yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing, maka Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menjadi eksportir produk pangan olahan dan organik bernilai tambah tinggi. Hal ini akan memperluas pasar ekspor, menambah devisa, dan memperkuat posisi Indonesia di rantai nilai global.
Kedaulatan pangan adalah pondasi strategis bagi kebangkitan ekonomi Indonesia. Dengan membangun sistem pangan yang kuat, berkelanjutan, dan berdaulat, Indonesia tidak hanya akan mampu menghadapi tantangan global, tetapi juga memperkuat struktur ekonomi nasional dari akar rumput hingga industri.
Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas merupakan beberaga agenda prioritas yang harus diwujudkan oleh pemerintah dalam mencapai Indonesia Emas 2045. Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan tinggi dan ekonomi terbesar ke-4 dunia.
Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, diperlukan kepemimpinan visioner, birokrasi yang melayani, partisipasi rakyat yang aktif, dan kebijakan berbasis data serta inovasi. Kolaborasi antar-pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi kunci keberhasilan.
Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan pengingat bahwa bangsa besar lahir dari kesadaran, pendidikan, solidaritas, dan kerja keras. Semangat Boedi Oetomo hari ini perlu diterjemahkan dalam perjuangan menegakkan kedaulatan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan daya saing bangsa. Kebangkitan ekonomi Indonesia bukan sekadar impian, tapi misi bersama. Saatnya seluruh elemen bangsa bersatu, melangkah dengan keyakinan, dan bekerja untuk masa depan yang lebih baik.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Sekjen DPP Asosiasi Dosen Indonesia, Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahan Pangan, Ketua IV DPW IAEI Jakarta, dan Associate CSED INDEF
3 Pengikut

Penempatan Dana Rp200 Triliun, Stimulus 8+4+5 dan Pertumbuhan Ekonomi
Selasa, 23 September 2025 10:20 WIB
Menanti Kemerdekaan Ekonomi Sejati
Selasa, 19 Agustus 2025 15:14 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler