Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Prodi Jurnalistik, NIM 12405021030042

Bukan Hanya Hiburan, Konser Musik Jadi Terapi Mental bagi Gen Z

Minggu, 20 Juli 2025 07:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Konser Lyodra di Grand Metropolitan Bekasi
Iklan

Suasana keramaian yang penuh semangat membuat perasaan menjadi lebih lega dan jauh dari kesan sepi atau terisolasi.

***

Konser musik semakin menjadi pilihan utama bagi Generasi Z untuk melepas penat dan mengurangi stres di tengah rutinitas yang padat.

Berbeda dengan sekadar mendengarkan musik secara daring, pengalaman menghadiri konser memberikan sensasi energi dan kebahagiaan yang berbeda. Pengunjung dan panitia acara pun sepakat bahwa konser memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental anak muda saat ini.

Seorang pengunjung konser membagikan pengalamannya bahwa menghadiri konser sangat membantu mengurangi stres dan rasa cemas yang sering muncul akibat tekanan kehidupan sehari-hari.

“Menurut saya besar banget buat ngurangin stres dan rasa cemas, apalagi kalau yang ditonton adalah musisi atau band kesukaan. Kita bisa sing along, joget, atau apapun dengan penonton lain yang energi dan frekuensinya sama dengan kita,” ujar Irsyad di Grand Metropolitan Bekasi, Sabtu (12/7).

Suasana keramaian yang penuh semangat membuat perasaan menjadi lebih lega dan jauh dari kesan sepi atau terisolasi. Meski pengaruh positif konser terasa cenderung sementara, ia menegaskan bahwa kenangan dan perasaan bahagia yang terbentuk saat itu sering kali membekas lama dalam ingatan, bahkan ketika tubuh mulai terasa lelah setelah pulang dari acara.

Menurutnya, konser bukan hanya musik semata, tapi dari suasana sosial di mana para penggemar bisa saling berinteraksi, berbagi cerita dan pengalaman mengenai musik favorit mereka. Hal tersebut secara alami membantu memicu hormon positif sehingga menciptakan perasaan senang yang berbeda dengan hanya mendengarkan musik lewat streaming.

Selain itu, Irsyad juga menyebutkan bahwa bagi banyak generasi Z, menghadiri konser bukan hanya sekedar hiburan, melainkan juga bentuk pelarian atau pelampiasan dari masalah hidup sehari-hari. “Nangis denger musik, senang denger musik, jadi istilahnya mereka enggak ngelakuin hal-hal buruk buat ngelampiasin mental, tapi tetap menyalurkan lewat nonton konser ini.”

Lebih jauh, dia melihat bahwa beberapa penyelenggara konser mulai menyelenggarakan program tambahan seperti sesi ngobrol sebelum pertunjukan musik dimulai. Program seperti ini dipercaya efektif mempererat hubungan sosial antar penonton, sehingga mereka tidak hanya datang untuk menikmati musik, tetapi juga bisa saling kenal dan memperluas relasi yang bermanfaat.

Dari sudut pandang panitia penyelenggara, konser juga dilihat sebagai sarana yang ideal untuk membantu generasi Z menghilangkan stres, terutama di akhir pekan ketika banyak orang mencari hiburan yang menyegarkan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

“Anak-anak muda sekarang banyak yang menghadapi tekanan dari beban kerja atau masalah keluarga. Jadi nonton konser seperti ini bisa jadi pelarian atau healing yang sehat buat mereka,” ujar Ahdan selaku kameramen konser di Grand Metropolitan Bekasi, Sabtu (12/7).

Dengan hadirnya konser gratis atau free entry di mall atau tempat terbuka, akses bagi generasi Z untuk menikmati hiburan ini menjadi semakin mudah, sehingga tidak membebani secara finansial dan tetap memberikan manfaat bagi kesehatan mental.

Lebih dari sekadar hiburan, kameramen lain mengatakan bahwa konser merupakan ruang ekspresi diri yang sangat penting. “Di konser, mereka bisa teriak, loncat, joget sesuatu yang kalau dilakukan di tempat umum lain bisa bikin orang menganggap aneh, tapi di situ mereka merasa satu frekuensi dengan orang lain sehingga bebas mengekspresikan dirinya,” ujar Rafael menambahkan.

Menariknya, ia mengamati penonton generasi Z semakin banyak yang memilih melepas penggunaan ponsel di saat konser berlangsung dan benar-benar hadir untuk menikmati momen tersebut.

“Sekarang banyak yang lepas HP dan fokus menunjukkan ekspresi mereka, misalnya di konser Hindia kemarin, sekitar 80 persen orang lepas HP dan menikmati musik secara penuh. Itu yang bikin konser jadi pengalaman emosional yang sangat berkesan,” ungkap Ahdan.

Kebutuhan akan healing semakin penting di kalangan generasi sandwich bagi mereka yang menghadapi tekanan dari keluarga dan pekerjaan sekaligus. Karena itu, konser menjadi cara efektif untuk memberi jeda sejenak dari rutinitas yang membebani.

“Healing tidak melulu soal terapi atau konseling, healing juga bisa berupa me time seperti nonton konser. Buat generasi Z yang sibuk banget, ini sangat membantu untuk menghilangkan stres dan menyeimbangkan hidup,” tutur Ahdan menambahkan.

Dia menegaskan bahwa kegiatan positif seperti ini tidak menimbulkan dampak negatif, melainkan justru memperbaiki kesehatan mental sekaligus mempererat rasa kebersamaan antar sesama penggemar musik.

Fenomena konser musik yang kian marak di kalangan generasi Z bukan sekadar soal hiburan semata, melainkan telah menjadi bagian penting dari upaya mereka dalam menjaga dan memperbaiki kesehatan mental. Konser memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri secara bebas, membangun ikatan sosial, serta sejenak melepaskan beban hidup.

Dengan semakin banyaknya konser gratis dan program yang mendorong interaksi sosial, generasi muda jadi lebih mudah mengakses pengalaman ini dan merasakan manfaatnya secara langsung. Di tengah banyaknya tantangan kehidupan saat ini, konser berperan penting sebagai “terapi” emosional yang efektif untuk mengembalikan semangat dan menghadirkan kebahagiaan nyata. Sebuah momen penting yang sangat dibutuhkan oleh Generasi Z.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Alfath Abrar

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler