Praktisi ISO Management System and Compliance. Blog tentang ISO 9001, SIO 14001, ISO 45001 dan ISO 45001 pada https://www.effiqiso.com/. Menulis Buku :Best Practice for Maintaining ISO 50001 Certification, \xd\xd ISO 9001:2015 A Practical Storytelling Guide for Newcomers, \xd\xd Maintaining Mental Health in the Digital Era.

Benarkah Jahe Bisa Menenangkan Perut yang Kacau?

14 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Minuman Jahe
Iklan

Jahe selalu jadi obat rumahan untuk mual dan muntah. Tapi benarkah ia efektif? Simak fakta ilmiah di balik keampuhan jahe sebagai penenang perut

Oleh bAmbang RIYADI


Saat perut mual setelah makan pedas, atau muntah-muntah karena mabuk kendaraan, banyak dari kita langsung meraih satu solusi yang selalu tersedia di dapur: jahe. Dibuat teh, dikunyah segar, atau diminum dalam bentuk kapsul — jahe telah menjadi obat rumahan andalan untuk gangguan pencernaan sejak ratusan tahun lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi pertanyaannya tetap ada: Apakah jahe benar-benar bekerja? Atau hanya sugesti belaka?

Fakta ilmiah menunjukkan, jawabannya bukan sekadar “ya” atau “tidak”. Jahe memang memiliki kekuatan nyata sebagai penenang perut — tapi dengan batasan dan konteks yang sering kali dilupakan.


Jahe: Obat Tua yang Tak Pernah Ketinggalan Zaman

Dari tradisi pengobatan Ayurveda di India hingga ramuan herbal Tiongkok kuno, jahe (Zingiber officinale) selalu hadir sebagai pelindung perut. Ia digunakan untuk mengatasi mual, muntah, kembung, hingga gangguan pencernaan ringan.

Hari ini, popularitasnya justru melonjak. Di Amerika Serikat, suplemen jahe termasuk salah satu produk suplemen diet terlaris, mengungguli ekstrak teh hijau dan echinacea.

Tapi apakah tren ini didukung sains?

Menurut Melinda Wenner Moyer, penulis dan jurnalis kesehatan yang kerap mengulas topik nutrisi, jawabannya adalah ya — dengan catatan.

“Jahe bukan obat ajaib, tapi ia memiliki efek farmakologis nyata yang bisa membantu menenangkan sistem pencernaan,” katanya.

 

Bagaimana Jahe Bekerja di Dalam Tubuh?

Kunci keampuhan jahe terletak pada senyawa aktifnya, terutama gingerol dan shogaol, yang dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan kuat.

Senyawa-senyawa ini bekerja dengan beberapa cara:

  1. Mempercepat Pengosongan Lambung
    Jahe membantu lambung mengosongkan isinya lebih cepat, sehingga mengurangi rasa mual dan muntah akibat lambatnya proses cerna.

  2. Meredam Aktivitas di Pusat Mual Otak
    Senyawa jahe dapat memengaruhi reseptor serotonin (5-HT3) di usus dan otak — reseptor yang terlibat dalam respons mual dan muntah.

  3. Mengurangi Peradangan di Saluran Cerna
    Sifat anti-inflamasinya membantu menenangkan iritasi ringan di dinding lambung dan usus.

Studi meta-analisis yang diterbitkan dalam Food Science & Nutrition (2022) menyimpulkan bahwa jahe secara signifikan mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil — tanpa efek samping serius bagi janin.

Penelitian lain menunjukkan manfaatnya bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi, serta orang-orang yang mengalami mabuk perjalanan.

Namun, jahe tidak efektif untuk semua jenis gangguan perut. Ia tidak membunuh bakteri, tidak menyembuhkan infeksi, dan tidak mengatasi penyakit kronis seperti maag parah atau radang usus.


Bentuk Mana yang Paling Efektif?

Tidak semua bentuk jahe sama kuatnya. Berikut perbandingannya:

 
Bentuk Jahe
Efektifitas
Catatan
Jahe segar (direbus jadi teh)
Tinggi
Mengandung gingerol utuh; paling alami dan mudah ditemukan
Ekstrak jahe (kapsul/suplemen)
Sedang-Tinggi
Dosis terstandar, tapi kualitas bervariasi tergantung produsen
Permen jahe
Rendah-Sedang
Kandungan jahe sering minimal; gula tinggi bisa memperburuk gejala
Minuman instan jahe
Rendah
Banyak yang hanya mengandung aroma, bukan senyawa aktif

Para ahli merekomendasikan jahe segar yang diseduh panas-panas sebagai bentuk paling efektif dan aman. Dosis umum: 1–2 gram jahe per hari (setara dengan 1–2 iris tebal), dibagi dalam 2–3 kali konsumsi.


Batasan dan Peringatan

Meski umumnya aman, jahe bukan tanpa risiko:

  • Bagi ibu hamil: Aman dalam dosis rendah (<1 gr/hari), tapi hindari dosis tinggi karena potensi memicu kontraksi.
  • Bagi penderita maag kronis: Jahe bisa meningkatkan asam lambung pada sebagian orang.
  • Interaksi obat: Jahe bersifat antikoagulan ringan, bisa berinteraksi dengan obat pengencer darah seperti warfarin.
  • Konsumsi berlebihan: Bisa menyebabkan mulas, diare, atau iritasi tenggorokan.
 

“Jahe itu seperti pisau bermata dua. Baik jika digunakan tepat, tapi bisa merepotkan jika dipaksa jadi obat untuk segala masalah perut,” kata dr. Lina Astuti, dokter spesialis penyakit dalam.

 

Penutup: Obat Rumahan yang Harus Dihormati, Bukan Dimagiskan

Jahe bukan sihir. Ia adalah tumbuhan dengan kekuatan biologis nyata yang telah bertahan uji waktu.

Di era ketika obat kimia dominan dan informasi kesehatan sering dilebih-lebihkan, jahe mengingatkan kita akan kebijaksanaan tradisi yang berakar pada observasi dan pengalaman panjang.

Tapi menghormati jahe juga berarti memahami batasannya. Ia bukan pengganti dokter. Ia bukan solusi untuk radang usus, ulkus, atau infeksi bakteri. Ia adalah penenang alami untuk gejala ringan, yang bekerja paling baik saat dikonsumsi secara bijak.

Jadi, saat perut Anda bergolak, secangkir teh jahe hangat boleh saja jadi penolong pertama.

Asal Anda tahu: ia membantu, bukan menyembuhkan.

Dan jika mual tak kunjung reda, tubuh Anda sedang berkata sesuatu yang lebih besar dari sekadar butuh jahe.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler