x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tidakkah Oksigen itu Ajaib?

Kita mungkin menganggap udara dan oksigen fenomena biasa. Hanya di saat-saat kritis, kita menyadari ketergantungan pada oksigen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“If you surrendered to the air, you could ride it.”
--Toni Morrison (Novelis, 1931-...)

 

Suatu ketika, selagi membersihkan rumah dari debu halus, saya mulai bersin-bersin, mata berair, napas mulai terasa sesak, dan kemudian keringat dingin mencekam kulit. “Ada apa ini?” Saya kian sulit menarik udara segar, sekitar mata terasa panas, dan rasa pusing mulai menyerang kepala. “Oksigen... oksigen....”

Oksigen yang saya hirup dari tabung tidak serta-merta meringankan sesak, melainkan perlahan-lahan. Saat itulah saya teringat ketika tubuh setengah tenggelam di kolam renang. Saya menggapai-gapai mencari oksigen di udara. Kematian berada di luar urusan saya, menemukan dan menghirup oksigenlah yang bisa saya lakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika gelap, alangkah berharga setitik cahaya; ketika pengap, alangkah bernilai setarikan napas oksigen. Pada momen-momen kritis seperti inilah kita kerap baru menyadari ‘nilai oksigen bagi kehidupan’.

Layaknya cahaya Matahari, kita menganggap oksigen dan udara sebagai fenomena biasa. Oksigen tersedia di atmosfer Bumi dan kita tak perlu membelinya. Barangkali karena kita memperolehnya secara cuma-cuma, setiap detik sepanjang usia kita bisa mengirupnya tanpa siapapun mengajukan tagihan: “Ini biaya pemakaian oksigen Anda bulan ini.”

Ketika kita mengirup udara bersih dan belum tercemar polutan, kita merasakan kesegaran. Tubuh kita, dengan mekanisme yang kompleks, menangkap oksigen dari udara, memasukkannya ke dalam paru-paru, dan kemudian mengalirkannya bersama darah ke seluruh bagian tubuh.

Sesuatu yang biasa? Kita kerap menganggapnya demikian, hingga suatu ketika kita melihat dan merasakan keajaiban udara dan oksigen tatkala kita tersengal-sengal, sesak napas, nyaris tenggelam dalam air. “Oksigen... oksigen!”

Ketika kita merasa nyawa kita di ujung tanduk, saat itulah kita barangkali menyadari bahwa udara jauh lebih berharga dari apapun. Waktu itu kita membutuhkan oksigen lebih dari apapun—rumah, logam mulia, mobil, kekuasaan, pangkat.

Dan ketika kita mendapatkannya, kita merasa lapang. Di malam yang sunyi, ditemani cahaya langit, kita dapat merasakan embusan angin—udara yang mengalir, dan darinya kita mengisap oksigen, menampungnya dalam paru-paru, dan mengalirkannya ke dalam darah yang berjalan menyusuri tubuh kita. Kita hidup!

Melalui keajaiban udara kita diberi kehidupan. Kita bernapas dengan oksigen dalam tawa, tangis, kemenangan, hasrat, memori, kesenangan, kesunyian—kita tidak pernah sendirian, ada udara yang menemani. Bahkan udara menemani kita tatkala terbang: apa yang terjadi bila tidak ada udara ketika kita ingin terbang dengan pesawat jet sekalipun? Kita mungkin lupa, setidaknya menganggap itu hal biasa. Udara dan oksigen memang tak terlihat mata, tapi itu tidak menafikan ketergantungan manusia kepadanya.

Pepohonan berkorban untuk manusia: mengikat karbondioksida dan melepas oksigen demi kita, manusia. Ketika kita menebang pohon sesungguhnya kita tengah melenyapkan sendiri oksigen yang kita butuhkan: tak ada lagi daun-daun yang menguarkan oksigen ke udara. “Orang masa sekarang lupa bahwa mereka hanya bagian dari alam,” kata mendiang Akira Kurosawa, sutradara film dan penulis skenario. “Tapi mereka menghancurkan alam yang menjadi tempat bergantung kehidupan kita.”

Polusi telah membikin udara tak lagi segar untuk diirup—kita menciptakan sendiri penyakit bagi tubuh dan jiwa kita. Kian sedikit oksigen yang dapat kita serap, kian sedikit oksigen yang mengalir dalam darah, kian sesak hidup kita. Barangkali kita tahu perkara ini, ilmu ini, tetapi tidak tergerak untuk berubah. Pengetahuan memang kerap berjarak jauh dengan hati. (sbr foto: thehindu.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler