x

Seorang wisatawan memoto sebuah rumah terbalik yang dibangun untuk menarik sejumlah wisatawan di Fengjing Ancient Town, Jinshan, Shanghai, Cina, (1/5). REUTERS/Aly Song

Iklan

Suhana Lim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Rempong, Hoki Lai!

Masih banyak hal seputar feng shui yang perlu dirombak. Masih butuh revolusi cara berpikir, attitude, serta mental kita dalam mengaplikasikan feng shui secara objektif, proporsional, dan berlogika

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Walk the talk, do what you say. Begitulah yang sebaiknya dapat kita lakukan semaksimalnya. Kalau tidak sama aja boong. Bagi yang telah mengenal mengenal dekat tentu sudah ngeh bahwa walau sebagai praktisi, saya jauh dari fanatik apalagi menjadi crazy about feng shui. Yang wajar-wajar dan woles (santai) sajalah. Seperti yang saya selalu bilang, fanatisme dalam apapun tidak baik. Membuat banyak sekat dinding batasan bagi diri sendiri plus bikin rempong serta menyusahkan orang sekeliling. Contoh ter-gres ialah tragedi yang terjadi di Paris kemarin.

Tak jarang saya ditanya apakah saya mengandalkan warna? Warna hanyalah bagian sekunder saja, yang tanpa bagian utamanya sudah oke maka tak ada gunanya. Tak peduli kantor semuanya dicat kuning atau merah atau hijau atau lainnya, tanpa lokasinya bentuk bangunannya dan pengaturan layoutnya kondusif maka tak banyak guna. Jangan-jangan malah bisa dikira kantor cabang Golkar, PDIP, atau PPP.

Traveling around the globe secara rutin, koper saya bukan dari warna tertentu, yang dikatakan sebagai “warna hoki dan aman.” Thank God tidak ada masalah apa-apa dan semuanya lancar jaya abadi meski koper saya bukan “warna hoki dan aman.” Setiap kali saya menggembok dengan lock yang decent dan kalau sekiranya masih kurang yakin, biasanya saya bungkus kopernya di tukang bungkus koper di airport. Dan of course sebisanya pilih major airlines (ketimbang budget airlines) to minimize resiko dibongkar oleh orang dalem.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas bagaimana dengan pintu rumah, apakah mencong mencong karena menguber degree yang auspicious? Tentu tidak, karena bayangkan saja kalau mulut di wajah kita miring-miring biasanya habis kena serangan stroke. And of course posisi ranjang pun sama, masa sih memposisikan ranjang secara diagonal dan aneka posisi yang awkward?

Kapan sudah saatnya haircut, saya melakukannya. Tak peduli so called “tanggal baik hari baik” buat gunting rambut. Hoki, kesuksesan, kebahagiaan bukan semudah begitu cara mendapatkannya. Kalau begitu, gampang nian kita meraih hoki. Tinggal bermodalkan buku Thung Shu dan salon doang. Ya saya akui kadang saya juga mengecek timing kalau mau cukur, tapi untuk ngecek apakah salonnya buka atau tidak? Buat apa saya jauh-jauh untuk menemukan bahwa salonnya tidak buka. That’s the only time saya memperhatikan timing sebelum gunting rambut.

Secara berkala saya juga melakukan “ritual penguburan.” Secara sadar saya berusaha buat ikut sumbangsih dalam masalah carbon foot print. Itu mengapa saya melakukan daur ulang. Sampah-sampah basah yang bisa didaur ulang saya kumpulkan dan jadikan kompos dengan menguburnya di sekitar back garden. Saya juga secara berkala melakukan ritual “menanam” tapi ini beneran menanam pohon, bukannya mengubur sesuatu agar hoki lai (datang). Semua tadi adalah “ritual penguburan” yang saya kerjakan. Itulah ritual penguburan yang saya lakukan demi membantu menciptakan lingkungan yang “hoki,” yang eventually and indirectly juga akan memengaruhi saya.

Masih banyak lagi hal (seputar feng shui) yang perlu “dirombak.” Masih butuh revolusi cara berpikir, attitude serta mental kita dalam melihat dan mengaplikasikan feng shui (secara objektif proporsional dan berlogika). Tanpa bisa melakukannya, kita hanyalah kerbau dicocok hidung atau sekedar fanatik buta. Bikin susah diri sendiri dan bukan tak mungkin juga merugikan dan bikin rempong (ribet) orang lain!

Semua masalah diatas merupakan bagian dari isi buku Fengshui dan Kehidupan: Sebuah Catatan yang sudah bisa diperoleh di semua outlet Gramedia mulai Senin 12 Januari 2015. Di beberapa outlet malah sudah ada yang menjualnya this weekend.

Ikuti tulisan menarik Suhana Lim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu