x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Alan Turing: Kejeniusan yang Berujung Tragedi

The Imitation Game, film biografis Alan Turing, sudah beredar. Siapa Turing, jenius yang mengakhiri hidupnya dengan sianida?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"We can only see a short distance ahead, but we can see plenty there that needs to be done."
--Alan Turing (1912-1954)

 

 

Awan gelap yang menaungi Eropa saat Perang Dunia II membuka kesempatan bagi Alan Mathison Turing untuk berbuat sesuatu yang kelak dikenang sebagai peristiwa historis yang berkontribusi terhadap cara-cara Sekutu menjinakkan Jerman. Di antara negara-negara Eropa Barat waktu itu, Jerman adalah anomali—Adolf Hitler tengah berkuasa dan rezim Nazi membedakan diri dari rezim demokrasi di sekitarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sempat bekerja di kampus Princeton University, AS, yang memang kerap mengundang ilmuwan brilian dari berbagai negara, Turing kembali ke negerinya, Inggris (1938). Barat, Inggris terutama, membutuhkan kecerdasan Turing untuk mengatasi kekuatan Jerman dalam merumitkan pesan-pesan rahasia dengan bantuan mesin Enigma.

Di usia 26 tahun, Turing bekerja penuh antusias. Di Bletchley Park, Turing menghabiskan hari-harinya untuk Departemen Kriptoanalisis pemerintah Inggris dengan tantangan utama: menundukkan Enigma. Bombe, mesin berpikir ciptaan Turing dan timnya, berhasil mengurai pesan yang dienkripsi Enigma—yang menjulangkan nama Turing.

Sejak itu, ia semakin yakin bahwa mesin berpikir tinggal menunggu waktu untuk diwujudkan. Mesin Turing, mesin yang betumpu pada kekuatan algoritma dan komputasi, menjadikannya pionir dalam ilmu komputer modern. Mesin pencari Google dan lainnya mengikuti jejak berpikir mesin Turing.

 Apa atribut yang pas bagi Alan Mathison Turing? Ia matematikawan dan ilmuwan komputer, tapi Turing juga cryptanalyst (pemecah sandi) yang tangguh, filosof yang tak gentar menjangkau wilayah baru, sosok yang memadukan matematika dan biologi, juga pelari jarak jauh—ia pernah berlari sejauh 64 km menuju London untuk menghadiri rapat tingkat tinggi. Ia seorang polymath dengan energi yang, barangkali, terlampau besar.

Sebagai matematikawan yang menaruh minat pada komputasi, Turing tergolong generasi awal yang melihat jauh tentang peran komputer ketika melontarkan gagasan tentang ‘mesin Turing’ yang mampu menjalankan sekumpulan perintah. Saat berusia 24 tahun, Turing mempublikasikan makalahnya, ‘On Computable Numbers, with an Application to Entscheidungsproblem’. John von Neumann, seorang jenius matematika dan polymath, mengakui karya monumental ini sebagai titik tolak konsep sentral komputer modern.

Turing selalu gelisah dan berhasrat menjelajahi wilayah-wilayah baru. Kecerdasan Turing dalam logika dan matematika membawanya ke area biologi dan kimia.  Makalahnya tentang morphogenesis (proses biologis yang menyebabkan organisme mengembangkan bentuknya) memperlihatkan minatnya. Prediksinya tentang reaksi kimia berosilasi menemukan buktinya pada reaksi Belousov-Zhabotinsky, yang pertama kali diobservasi pada 1960an.

Reputasinya yang menjulang membuat Turing, pada 1951, dipilih sebagai anggota The Royal Society—sejenis akademi ilmu pengetahuan di Inggris. Namun keanggotaan ini tak menghalangi polisi untuk menyeret Turing ke pengadilan. Ia ditangkap dengan dakwaan melakukan tindak pidana homeseksualitas—ketika itu, di Inggris, homoseksualitas adalah kejahatan.

Sebagai jenius dalam komputasi, ia sangat berisiko untuk diperas, hingga  security clearance-nya dicabut dan tak lagi bisa bekerja di institusi-institusi dengan kerahasiaan tinggi. Inggris, yang pernah ditopangnya tatkala menangani Jerman, kini berbalik hendak memenjarakannya.

Turing setuju untuk disuntik oestrogen secara teratur (untuk menurunkan hasratnya) sebagai ganti masuk penjara, namun hidupnya terlanjur goyah. Kecemasan lama yang menghantui dirinya akhirnya terbukti. Enambelas hari menjelang ulangtahunnya yang ke-42, tahun 1954, Turing mengakhiri hidupnya dengan sianida. Mungkin ia merasa dibuang. (Foto: Alan Turing, paling kiri; sbr foto: turing.org.uk) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu