“Benarkah ada koneksi Prancis di Arsenal?” Pertanyaan ini saya lontarkan ketika bertemu Robert Pires di Emirates Stadium, London, dua tahun lalu. Pires adalah salah satu pemain sayap terbaik dan tersubur yang pernah dimiliki Arsenal. Pemain yang bergabung dengan The Gunners dari 2000-2006 itu berkebangsaan Prancis, sama seperti pelatih Arsenal, Arsene Wenger.
Saya membayangkan Pires tak akan suka dengan pertanyaan saya mengingat ia begitu dekat dengan Wenger. Kedekatan itu tampak hingga kini: meski sudah lama pensiun, ia masih diminta membantu Arsenal mengurusi divisi komunikasi. Saya membayangkan Pires akan melengos, atau setidaknya berkerut lalu menjawab, “Saya tahu arah pertanyaan Anda” atau “Pertanyaan Anda tak relevan.”
Klub yang pertama kali berdiri di Holloway London itu juga memiliki sejarah membangun sepakbola profesional yang panjang. Berusia lebih dari 125 tahun, tak mungkin klub kebanggaan Inggris itu akan membiarkan “dikuasai” oleh orang Prancis. Mereka telah menjuarai 13 kali Divisi 1 (sebelum berganti Premier League) dan Premier League. Sudah ada pula 18 manajer Arsenal sejak berdiri 1886, dan hanya Wenger yang bukan berasal dari Inggris.
Ternyata pemain terproduktif Arsenal setelah Thierry Henry di era kepelatihan Wenger itu menjawab pertanyaan itu dengan terbuka. Pires malah dengan cepat menjawab, “Benar, ada.” Ia mengatakan sejak Fred Atkins menulis buku “Arsenal-The French Connection: How the Arsenal Became L'Arsenal” pada 2012, beberapa kali ia mendapat pertanyaan itu. Pires tak pernah menampik tesis Atkins itu.
Atkins, yang juga penggemar Arsenal, menyebut sejak mengambil alih kursi pelatih dari Pat Rice pada 1 Oktober 1996, Wenger sudah memperkuat skuadnya dengan pemain Prancis. Ia mendatangkan Patrick Viera dan Remi Garde. Viera adalah salah satu gelandang terbaik Prancis. Ia beberapa tahun menjadi kapten Arsenal. Bergabung dengan klub Gudang Peluru dari 1996-2005, Viera bermain hingga 407 pertandingan dan mencetak 33 gol. Sementara Remi Garde menjadi gelandang bertahan dari 1996-1999. Garde pernah menjadi pelatih klub Lyon, Prancis dari 2011-2014.
Sejak itu Wenger tak pernah absen mengisi kesebelasannya dengan para pemain Prancis. Bahkan di sebuah musim pada 2000-an, pelatih yang mendapat julukan “Profesor” itu pernah memainkan sekaligus enam pemain berkebangsaan Prancis. Ketika menjadi tim yang tak pernah kalah selama 49 kali dalam satu musim (2003-2004) dan merupakan rekor selama Premier League, Arsenal diperkuat lima pemain Prancis. Mereka mengisi periode “emas” Prancis di klub London itu.
Salah satu pemain yang paling meroket saat itu adalah Thierry Henry. Ia menjadi penyerang yang tak tergantikan. Bermain dari 1999-2007, Henry kembali dipanggil Wenger pada 2012. Dengan 228 gol, Henry menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi The Gunners. Henry adalah ikon Arsenal. Di periode ini pula ada Pires dengan mencetak 84 gol. “Arsenal adalah tempat hati saya tertambat,” kata Henry tentang mantan klubnya itu.
Hingga kini, Wenger yang sudah melatih Arsenal selama 19 tahun, telah mendatangkan sedikitnya 18 pemain Prancis (lihat daftar). Para pemain Belanda dan Spanyol menyusul kemudian. Jumlahnya, masing-masing, kurang dari 10 pemain. Peringkat pemain asing berikutnya ditempati para pemain dari Jerman dan Eropa Timur. Saat ini pun ada lima pemain Prancis: Mathieu Flamini, Olivier Giroud, Laurent Koscielny, Mathieu Debuchy dan Francis Coquelin, yang selalu dipasang Wenger bila tak didera cedera.
“Sepanjang periode kepelatihannya, Wenger hanya pernah tak menurunkan pemain Prancis ke lapangan selama dua pertandingan,” tulis Atkins yang menghitung penampilan “legiun” Prancis hingga 2012. Tak mengherankan jika Atkins kemudian dengan enteng memelesetkan Arsenal menjadi L’Arsenal.
Mengapa Wenger membangun koneksi Prancis di klub yang begitu bangga pada sejarah darah pekerja Inggris—didirikan oleh para pekerja di pabrik-pabrik senjata dan amunisi untuk angkatan bersenjata Inggris? Pires mengatakan Wenger sama sekali tak pernah memasukkan pertimbangan primordial ketika memilih pemain. “Semua dengan pertimbangan profesionalisme,” katanya.
Pada tahun ketika Wenger datang ke London dari Monako, misalnya, sepakbola Prancis tengah memasuki masa keemasan. Ada banyak pemain Prancis yang menonjol. Terbukti dua tahun kemudian negara itu menjadi juara dunia dengan skuad yang diperkuat antara lain oleh Zenedine Zidane, Didier Deschamps, Laurent Blanc, dan Lilian Thuram. Pada 2000 pun Prancis menjadi juara Eropa dengan regenerasi pemain yang bagus. Viera dan Henry ada di periode ini. Tak aneh, kata Pires, jika Wenger menjatuhkan pilihan pada para pemain Prancis.
Jika orang kemudian menyebut pilihan Wenger sebagai “koneksi Prancis”, seharusnya sebutan yang sama perlu disematkan pada pilihan Alan Pardew ketika melatih Newcastle United saat itu. Daftar pemain Prancis di klub ini tak kalah banyak dibanding Arsenal. Ada Moussa Sissoko, Yoan Gouffran, Mapou Yanga-Mbiwa, Massadio Haidara dan Mathieu Debuchy sebelum pindah ke Arsenal. Pada 2013 itu Pardew bahkan menugaskan pemandu bakatnya, Grahan Carr, untuk memantau 24 pemain Prancis. Carr mengatakan langkah Pardew itu mengikuti cara Wenger. “Saya yakin klub lain pun melakukannya karena pertimbangan profesionalisme,” kata Pires.
Kedua, Wenger memiliki filosofi sepakbola menyerang yang jauh berbeda dengan pelatih sebelumnya yang disebut Atkins, cenderung mekanis. Filosofi ini sangat cocok dengan sepakbola Prancis. Mantan kapten tim Prancis Michel Platini pernah mengatakan “sepakbola Prancis merayakan keindahan”. Sepakbola ala Wenger pun bertumpu pada keindahan. Dalam satu ucapannya yang diabadikan di markas Arsenal, Wenger mengatakan, "I believe the target of anything in life should be to do it so well that it becomes an art."
Tapi pertanyaannya, apakah seni dan profesionalisme yang dipegang kukuh Wenger sanggup mengakhiri paceklik gelar Premier League selama 11 musim terakhir?
Yos Rizal Suriaji
Daftar “Legiun” Prancis di Arsenal
Pemain Tahun Main Gol
Patrick Viera 1996-2005 407 33
Remi Garde 1996-1999 31 0
Giles Grimandi 1997-2002 169 6
Emmanuel Petit 1997-2000 118 11
Thierry Henry 1999-2007 377 228
Sylvain Wiltord 2000-2004 176 49
Robert Pires 2000-2006 284 84
Gael Clichy 2003-2011 264 2
Mathieu Flamini 2004, 2013- 222 11
William Gallas 2006-2010 142 17
Abou Diaby 2006-2015 180 19
Bacary Sagna 2007-2014 284 5
Samir Nasri 2008-2011 125 27
Laurent Koscielny 2010- 207 16
Olivier Giroud 2012- 137 59
Yaya Sanogo 2013-2015 11 0
Mathieu Debuchy 2014- 10 1
Francis Coquelin 2014- 22 0
Ikuti tulisan menarik Yos Rizal Suriaji lainnya di sini.