x

Naskah musik langka yang berisi karya Mozart. Foto: dailymail.co.uk

Iklan

idrus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pelajaran dari Mozart

Desember adalah bulan perpisahan. Dini hari, 5 Desember 1791, Wolfgang Amadeus Mozart pergi untuk selama-lamanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Desember adalah bulan perpisahan. Dini hari, 5 Desember 1791, Wolfgang Amadeus Mozart pergi untuk selama-lamanya. Usianya belum lagi mencapai 36 tahun. Di ranjang sakitnya, ditemani demam tinggi yang tak kunjung reda, ia berkelahi melawan waktunya yang sempit demi menyelesaikan karyanya yang terakhir: Requiem Mass in D minor K. 626, dan kalah. Ia meninggal sebelum merampungkan Requiem (lagu untuk kematian) ini.

Requiem musik yang bergerak lambat, tapi menghanyutkan, seperti sungai di dataran rendah. Bagian pertama, Introitus, diawali permainan dua barisan alat gesek yang berjalan beriringan, silih berganti. Gesekan biola satu dan biola dua terdengar mengisi arus permukaan, dalam garis melodi putus-putus. Sedangkan cello, kontrabas dan bas mengikuti pola yang sama, bergerak bersama arus di dasar sungai; dalam nada-nada rendah yang berat, dan berjarak satu oktaf di bawah biola.

Di antara keduanya terdapat sebuah matriks kompleks yang biasa kita dapati di dunia paduan suara. Alto, bas, tenor, bariton, sopran, dan meso-sopran, masing-masing mengikuti partiturnya sendiri, namun kita dapat merasakan betapa mereka memainkan musik yang sama. Semua seakan-akan hendak menggarisbawahi, inilah musik yang memang diciptakan untuk mengiringi langkah orang-orang yang mengikuti prosesi pemakaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebenarnya Requiem in D minor K.626 adalah buah kesedihan seorang bangsawan yang kehilangan istri tersayang. Inilah pesanan Count Franz von Walsegg yang ditinggalkan istrinya yang cantik dan belia: Anna von Walsegg. Anna meninggal dalam usia 22 tahun. Namun dalam perkembangannya, Mozart kemudian merasakan seolah-olah ia menggubah musik ini untuk kematiannya sendiri. Komposisi yang belum lagi rampung hingga kepergiannya ini lantas diselesaikan oleh Franz Xavier Süssmayr, salah seorang muridnya.

Mozart, hidupnya penuh drama: mati muda, tapi menghasilkan 626 buah karya musik luar biasa. Banyak legenda tentang kematian Mozart. Di pekuburan St Mark's, Wina, sebuah monumen putih berdiri, pada dindingnya tertera W.A Mozart 1756 – 1791, dengan patung malaikat kecil yang tampak rapuh –termenung, pandangannya ke bawah, menukik ke tanah.

Tak jelas benar apakah jenazah Mozart dikebumikan di bawah monumen itu. Besar kemungkinan jasadnya dimakamkan di pekuburan massal untuk orang-orang miskin, dengan empat sampai lima mayat dalam satu lubang. Ia dikebumikan tanpa musik, tanpa upacara, tanpa kata-kata untuk melepas tubuhnya.

Mungkin dari riwayat hidupnya yang penuh kontras itulah, segalanya mengenai dirinya kerapkali digambarkan dengan ungkapan hiperbolis. Beberapa tahun silam, majalah The New Yorker memuat sebuah kartun yang diberinya teks: segalanya yang perlu Anda ketahui tentang Mozart. Ilustrasinya tak menyenangkan. Lanskap yang muram, seolah kota yang sudah ditinggalkan oleh penduduknya; puing-puing teronggok, asap hitam, barang-barang terbakar, sampah tersebar di mana-mana. Sebuah kota minus peradaban. Kartun itu diberi judul “Hidup Tanpa Mozart”.

Ada buku yang mengatakan Mozart sengaja diciptakan Tuhan, supaya kita tetap rendah hati dengan kemampuan dan kreativitas yang kita miliki. Rasa bangga akan kehebatan ini biasanya akan cepat meleleh begitu kita ingat bahwa Wolfgang Amadeus Mozart melakukan hal yang sama –mungkin lebih hebat lagi-- pada usia 9 tahun.

Idrus F Shahab

Ikuti tulisan menarik idrus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB