x

Iklan

Septiana Nurjanatin Aulia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Inspiratorku, Pemacu Semangat Suksesku

Sukses adalah bermanfaat bagi orang lain dan mereka yang telah sukses pantas dijadikan inspirator bagi orang lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

     Kesuksesan bukan berarti kita memiliki segalanya tetapi definisi kesuksesan yang sebenarnya adalah apa yang kita berikan dapat bermanfaat bagi orang lain. Yah, itulah definisi sukses menurutku. Walaupun sekarang aku merasa belum bisa merasakan sepenuhnya kesuksesan atau dengan kata lain kesuksesan terbesar dalam hidupku belum bisa kucapai, tetapi aku tetap bersyukur dengan apa yang ku miliki sekarang. Salah satu kesuksesan terbesar dalam hidupku yang ingin ku capai adalah membuat kedua orang tuaku bangga denganku. Dengan begitu, apa yang ku berikan bisa bermanfaat buat orang tuaku dan tak lupa pula aku juga ingin selalu membuat kedua orang tuaku tersenyum entah itu apapun yang ku lakukan karena aku ingin mereka bangga memiliki anak seperti diriku.

     Kedua orang tuaku adalah motivasi terbesar dalam hidupku untuk meraih kesuksesanku. Untuk mencapai kesuksesan itu tak mudah, perlu perjuangan dan usaha yang besar dalam meraihnya. Salah satu jalan kesuksesan yang sedang ku tempuh saat ini adalah menjadi salah satu mahasiswa Perguruan Tinggi di Surabaya. Aku seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, bidang yang sedang ku tekuni pada jurusanku saat ini adalah Pendidikan. Menjadi seorang guru atau tenaga pendidik adalah cita-citaku dari kecil. Setiap orang punya jalan kesuksesan masing-masing dan aku yakin menjadi seorang pendidik adalah jalan kesuksesanku, sukses untuk bermanfaat pada orang lain dan membuat kedua orang tuaku bangga padaku.

     Mengapa aku memilih menjadi seorang guru?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

   Jawabannya adalah karena banyak orang yang menginspirasiku. Berbicara tentang inspirator, banyak sekali sosok figur yang menjadi inspiratorku dari aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar hingga masuk di Perguruan Tinggi saat ini. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, adalah tonggak sejarah keinginanku menjadi seorang guru. Yang aku tau menjadi seorang guru itu enak, bisa mengajarkan ilmu, membuat soal ujian, dan memberi nilai. Itulah pemikiran seorang anak kecil yang masih duduk di kelas 3 SD. Aku mulai ada ketertarikan untuk menjadi seorang guru karena terinspirasi oleh wali kelasku yaitu Bu Hadliroh. Beliau adalah seorang guru yang penyabar, lemah lembut, dan penuh kasih sayang pada anak didiknya. Dalam mengajarkan pada murid, beliau sangat sabar dan penuh kasih sayang walaupun teman-temanku saat itu sangat bandel. Memang tidak ada keistimewaan lebih dari beliau, tapi bagiku beliau adalah sosok guru teladan yang penuh kasih sayang dan sabar menghadapi murid-muridnya. Suatu saat aku ingin menjadi guru seperti beliau yang memiliki dedikasi tinggi pada murid-muridnya.

     Duduk di bangku menengah, aku mulai mengerti bahwa menjadi seorang guru memang tidak mudah. Selain dedikasi yang tinggi, seorang guru harus cerdas dalam hal akademik. Hal itulah yang ku lihat dari sosok guruku yang menjadi figur inspiratifku di bangku SMP. Dia adalah Pak Nurul Yaqin. Seorang guru yang menurutku multitalent. Beliau mengajar dalam pelajaran Biologi. Tapi, beliau juga ahli di bidang pengetahuan lain dan penerapanya. Pak Nurul Yaqin adalah guru yang memiliki ide briliant, selalu saja muncul ide beliau baik dalam pelajaran maupun dalam penulisan LKTI, esai maupun artikel ilmiah yang dikaitkan dengan agama. Super sekali..! Saya sangat mengagumi beliau. Beliau juga sering memotivasi murid-muridnya agar melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Dalam hadist mengatakan “tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China”. Pak Nurul selalu bercerita tentang murid-muridnya yang lain yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 hingga ke luar negeri. Saya selalu termotivasi dari nasehat-nasehat beliau. Aku berharap aku bisa menjadi guru seperti beliau, guru multitalent yang cerdas dalam segala hal.

     Memasuki dunia remaja di bangku Sekolah Menengah Atas, semua terasa biasa. Belum ada sosok yang bisa menginspirasiku seperti Bu Hadliroh dan Pak Nurul. Menginjak kelas 3 SMA, aku menemukan inspiratorku. Beliau adalah wali kelasku sendiri, Pak Agus Susilo. Beliau mengajar mata pelajaran Biologi. Hal yang menginspirasiku dari beliau adalah kecerdasan akademiknya yang luar biasa. Bisa dikatakan beliau adalah Pakarnya ilmu Biologi, beliau sangat menguasai di bidangnya. Cara pembelajarannya secara konstruktivisme, cepat, dan mampu memahamkan muridnya. Perlu diketahui bahwa Pak Agus adalah guru terbaik se-Jawa Timur pada saat itu. Tak heran jika murid di SMA dan termasuk aku mengagumi beliau yang pantas dijadikan sosok figur inspiratif.

    Cita-citaku dan harapanku masih sama. Karena itu, aku masuk Perguruan Tinggi dengan mengambil jurusan Pendidikan IPA. Mengapa IPA? Selain karena minat dan keahlianku, hal ini juga karena sosok figur-figur inspiratifku yang telah menginspirasiku. Memasuki dunia baru ini bertambah banyak teman, relasi bertambah luas, dan semakin banyak pula orang yang berpendidikan tinggi yang ku tau. Orang-orang yang sukses itu membuatku ingin seperti mereka menjadi Dosen, Profesor, Guru Besar. Hal itu menjadikan semangatku untuk belajar di Perguruan Tinggi ini, aku harus sukses, aku harus menjadi orang besar, aku harus bermanfaat bagi orang lain, aku harus membuat kedua orang tuaku bangga, dan aku ingin menjadi inspirator bagi orang lain. Terimakasih untuk mereka yang telah memberi inspirasi bagiku dan memacu semangatku. Semoga kelak aku akan jadi orang sukses. Amin.

#TEMPO45

Ikuti tulisan menarik Septiana Nurjanatin Aulia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu