x

Iklan

Asep Bahtiar Pandeglang

www.asepbahtiar.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Polemik Ahok, Pemimpin Kafir, Why Not?

Siapa saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang adil meski itu non-Muslim tapi jujur, itu lebih baik daripada...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Islam itu agama rahmatan lil ‘alamin, kata seorang habib berjubah putih, tapi di saat kampanye politik, bukan lagi rahmatan lil alamin tapi esensi maknanya telah berubah menjadi islam rahmatan lil muslimin. Menjustifikasi bahwa bumi ini hanya milik kaum islam, tentu tidak sepenuhnya salah, yang keliru bila argument tersebut dibawa-bawa ke dalam arena politik yang kotor dan hina, ibarat merokok yang di hukumi makruh, akan menjadi haram hukumnya bila merokok (dibawa) ke dalam dan mengotori mesjid.

Merokok itu hak preogratif seseorang, akan menjadi bencana bila merokok dibawa ke sembarang tempat, seperti merokok di depan anak kecil, selain asapnya berbahaya bagi paru-paru juga menjadi pemandangan tidak sedap dilihat. sama dengan Islam, jangan terus-menerus atribut islam dibawa-bawa kata Cak Nun suatu hari, cukuplah islam disimpan dalam hati, tidak perlu ditunjukan kepada orang lain, dengan memakai atribut islam, jubah panjang surban putih jenggot menggelayut menutupi dada, malah akan memalukan islam itu sendiri, sebab kelakuan orang islam di Indonesia jika (dibawa-bawa) ke Eropa malah jauh lebih bagus kelakuan orang Eropa dibanding muslim Indonesia.

Satu contoh, orang islam di Indonesia kalau membuang sampah bisa di sembarang tempat, di Eropa, mereka (non muslim) tidak berani, orang jepang kalau merokok, abu puntung rokoknya saja mereka wadahi ke saku kecil, nanti jika ketemu tong sampah si abu dan puntung rokok itu mereka buang ke tempatnya. Di Jepang saking tertibnya, tong sampah saja ada warnanya, ada jenis dan hari membuangnya. Di Jerman, jangankan manusia, kucing dan anjing saja tidak berani melewati lampu merah, di Indonesia, jangankan kucing, bahkan lampu merah sudah dipajangi patung polisi pun kalau mau terobos lalulintas ya terobos saja, itu lah kelakuan orang indonesia padahal mereka islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi kalau islam dan atribut nya terus-terusan dibawa dan dijinjing ke dalam kancah politik, itu sama dengan menghina islam itu sendiri. Kenapa? sebab politik itu tempat para koruptor, para maling dan dedemit bangsat bajingan semua kumpul di arena politik, duit paling haram dari suap sogok, PSK, pajak diskotik, saham pabrik Bir, tempat judi semua kumpul di arena senayan. Politik itu kotor, penuh dusta, tipu menipu, saling jegal saling begal saling tindas, kok islam yang menyejukan, firman tuhan yang maha agung dan sabda nabi yang suci malah dibawa-bawa ke dalam arena politik menjijikan? itu sama dengan membawa air sabun untuk mencuci kotoran hewan, sampai kapanpun tidak akan hilang bau-nya, parahnya kok bangga? sampai gembar-gembor pakai mikrofond.

Pemimpin kafir Why Not?

Islam rahmatan lil alamin itu berlaku bagi seluruh umat di dunia, bukan islam yang cuma diterapkan di Indonesia, bayangkan bila fatwa haram memilih pemimpin kafir diterapkan di negara Amerika ?, maka KTP mereka (Muslim di Amerika) bakal nganggur, Golput semua, sebab calon kepala daerah di Amerika semuanya kafir (non muslim).

Islam seharusnya berdenyut seiring perkembangan jaman, jangan berpikir picik dan sempit, dengan alasan teknologi penuh dengan konten porno, lalu seenak udel mengharamkan gadget android ipad ?, kalau begitu urusannya, islam bisa bubar sebelum kiamat, toh kita tidak bisa menghindari teknologi itu sendiri. Padahal, kenapa tidak sekalian saja HP diharamkan oleh para pendakwah berjubah putih itu? jelas sebuah HP bisa membuat malapetaka besar, contoh kecilnya, seorang koruptor bisa menghubungi temannya yang jauh disana melalui HP, atau digunakan bos narkoba memantau anak buahnya, kenapa HP tidak sekalian diharamkan saja ? kenapa malah gembar-gembor mengharamkan pemimpin kafir tapi bahaya di depan mata (konten porno, jaringan narkoba, situs teroris dll) malah didiamkan? seseorang yang belum tersangka korup (Ahok) dipaksa suruh mengaku maling bahkan diancam gedungnya dibakar, padahal yang sudah benar-benar pakai rompi maling (Sanusi) malah didiamkan.

Black Campaign

Dalam konteks Historis fiqh, terdapat kaidah terkenal Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalbil mashaalih, Mencegah kerusakan itu lebih diutamakan karena berdampak membawa kebaikan.

Bila seseorang pergi ke pengajian, di tengah jalan melihat ada nenek-nenek buta yang ingin menyebrangi jalan, mana yang didahulukan? tetap kekeuh ke pengajian (melakukan kebaikan) atau kah menolong nenek buta (mencegah kerusakan)? Dalam kaidah ini tentunya lebih mendahulukan menolong nenek buta ketimbang pergi ke pengajian.

Ada banyak model-model kiai di Indonesia, dari yang berjenggot panjang sampai berjubah pendek, dari yang tidak pakai sendal sampai yang berpakaian cingkrang, tentu mereka mempunyai argumentatif dan konsepsi islam yang berbeda, tapi pada dasarnya Islam itu yusron wala tu’assir, islam itu mudah, tidak sesulit yang dibayangkan. Bila suatu daerah dalam pemilihan leadership dihadapkan pada alternatif serbasalah, tokoh pertama kapir adil jujur, tidak tebang pilih hukum, sedangkan satunya lagi muslim suka menipu, suap dan korup, manakah yang lebih diutamakan?

Bila melihat denstruksi rekonstruksi kaidah fiqh diatas, umat pastinya akan cenderung memilih leader kapir adil bersih tidak korup ketimbang pemimpin muslim berjiwa koruptor suka main perempuan berasal dari adopsi anak band. Sebab memilih pemimpin (auliya’) harus melihat konteks historis dan dampak akhir yang dihadapinya. Ada banyak pemimpin di negri ini, tidak semua harus muslim, memilih tukang becak dan supir Kopaja pun tentu melihat kinerjanya dilapangan, bagus tidaknya mengendalikan kendaraan, tidak penting apakah dia muslim atau kafir, yang diutamakan adalah keselamatan penumpangnya (dampak akhir).

Dalam konsepsi leadership, sangat menjijikan tentunya bila beberapakali isu SARA dilempar kedalam kancah perpolitikan kotor dan hina, bahkan Muhammad Saw, pun tidak bisa merubah Abu Tholib pamannya menjadi orang beragama islam, atau merubah kulit hitam sahabat Bilal menjadi putih sebab hitamnya kulit seseorang, muslim kristen agamanya seseorang, lahirnya di Afrika atau China itu semata-mata kembali pada kehendak absolut Tuhan (Qodlo'), jadi mengapa isu SARA (Qodlo') selalu dibawa-bawa? SARA itu qodlo’ sama dengan garis kelahiran dan kematian yang tidak bisa diganggugugat karna semua kembali pada kehendak Tuhan. beda dengan Takdir, bila gigi potong, bengkoknya hidung katarak mata, miskin hidup seseorang masih bisa dirubah, SARA atau QODLO' jelas tidak bisa direkonstruksi manusia.

Tulisan ini tidak bermaskud berpihak pada satu pemimpin atau kelompok, atau dikaitkan pada orang tertentu sehubungan panasnya perpolitikan di Jakarta, tidak, ini merupakan kagatelan penulis terhadap penyimpangan sejarah politik di Indonesia yang saban tahun selalu isu SARA dihembuskan disetiap pemilihan kepala daerah. Tentunya bila kembali pada islam Rahmatan lil 'alamin, maka akan kembali pada pemangku utamanya (teladan) yakni Rasulullah Saw, mengherankan bila pendakwah berjubah putih itu mengaku cinta Muhammad tapi dari mulutnya keluar segala macam binatang bajingan pantat china kapir dan menjelek-jelekan rasisme kulturalisme pluraslisme humanisme dan agamisme.

Islam rahmatan lil alamin tentunya islam yang "Yusron wala tu’asir", memudahkan bukan menyulitkan, berdenyut seiring perkembangan jaman, bisa diterapkan diseluruh negara, tidak hanya di Indonesia tapi juga di belahan dunia manapun, jika terus memaksa haram pilih pemimpin berdasarkan agama, sesekali tinggallah di eropa, maka islam yang dia puja-puja itu tidak akan laku karna pemimpinnya non muslim semua. (*)

"Siapa saja yang mampu dan dipercaya rakyat, pemimpin yang adil meski itu non-Muslim tapi jujur, itu lebih baik daripada pemimpin Muslim tapi zalim. Di mana saja dan siapa saja,"

( Said Aqil, Ketua PBNU )

***

Saya kutip Kata-Kata Bergizi Gubernur Ahok

"Kalau kamu punya uang Rp10 juta, bisa dapat motor Jepang. (Kalau) kamu beli motor Tiongkok yang mereknya enggak jelas, merek 'Ahok', begitu loh. Lu mesti pilih Yamaha, Honda, atau Suzuki, Kawasaki. Duitnya sama kok, Nasib kamu lima tahun itu sama. Buang waktu juga sama, yakni waktu datang ke TPS. Pilihlah yang terbaik yang bisa mengurusi kamu, Kalau ada yang lebih baik dari saya, jangan pilih saya. Ada yang lebih jujur dari saya, jangan pilih saya. Kamu harus dapatkan yang terbaik dari yang terbaik untuk memimpin kamu. Tapi bukan cuma mengaku-ngaku seagama, se-suku, se-ras. Ya jangan dong. Kamu harus pintar sedikit," (Ahok)

*** 

Tafhim Wa Ta'khir

Mengenai hukum memilih pemimpin non muslim, penulis tetap berpegang pada pendapat jumhur ulama', di negara mayoritas muslim, tidak boleh kaum muslimin memilih orang Kafir sebagai Pemimpin. Tapi boleh kalau sudah darurat, artinya jika samasekali tidak ada calon pemimpin dari muslimin yang bersih, adil, tidak bisa disuap, tidak korup dll.

Garis besarnya begini, kalau cuma Ahok satu-satunya calon gubernur yang bersih, transparan, adil, berani, jujur, tidak korup, why not? kenapa tidak? lebih baik kafir dzimmy yang adil daripada pemimpin muslim tapi korup, bodoh, lembek, mudah disuap ditipu.

Tulisan ini lebih terfokus pada Black Campaign oleh para pendakwah yang terjun ke dunia politik, yang selalu kampanye membawa-bawa agama, pendakwah seperti itu cuma bikin malu, sebab nama Tuhan (suci) disandingkan dengan politik (hina, dunia).

 

Baca juga : Inilah Kelemahan Ahok Heru

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Asep Bahtiar Pandeglang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu