Di dalam pertandingan sepak bola, jeda antara satu babak ke babak berikutnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh kedua tim yang bertanding. Mempertahankan apa yang sudah berjalan dengan baik, dan merancang taktik menutupi celah dan kekurangan yang ada. Disinilah “jeda” menemukan peran pentingnya yang berpengaruh pada penampilan kedua tim di lapangan.
Apa yang terjadi jika pertandingan berlangsung tanpa jeda? Sangat besar kemungkinan kedua tim akan mengalami kelelahan, kehilangan akurasi dalam bermain, dan bahkan kehilangan motivasi bertanding. Pertandingan pun berjalan monoton, tanpa banyak kreativitas dalam bermain.
Dalam banyak hal, di dalam kehidupan kita sehari-hari kita memerlukan yang namanya “Jeda”. Mulai dari menjalankan rutinitas; menggeluti hal-hal yang kita sukai dan nikmati; mengkritisi hal-hal yang terjadi di sekitar kita; menikmati kebahagiaan; mengeluhkan sesuatu yang menggelisahkan dan tidak menyamankan diri kita; hingga melakukan hal-hal yang baik sekalipun. Semua itu membutuhkan yang namanya ‘jeda’.
Mengapa? Yang pasti, kita tidak mau terjebak pada hal yang namanya ‘berlebihan’. Terlalu berlebihan mengeluh, nyinyir, kritis, menyukai dan membenci sesuatu, tentunya tidaklah konstruktif buat diri kita dan mungkin buat orang-orang di sekitar kita.
Apapun itu, baik atau buruk, jika dilakukan secara berlebihan cenderung tidak baik hasilnya. Sikap berlebihan bisa menjadikan pintu diri kita tertutup dari kesempatan mendapatkan gambaran sisi lain diri kita. Akibatnya, mata batin kita buta, membeku dan tertutup oleh masukan, saran, dan kritik orang lain. Seolah segala yang kita lakukan tidak lagi memiliki celah yang melemahkan sama sekali.
Jeda, jika dilakukan di saat yang tepat, akan memberikan kita ruang untuk berpikir, berefleksi, menilai, menguji dan menimbang apa saja manfaat dan madhorot atas apa yang telah kita lakukan. Harapannya, kita akan menemukan inspirasi, ide baru, improvisasi, kreatifitas, suntikan semangat yang akan bermanfaat buat diri kita dalam mengambil keputusan untuk langkah selanjutna.
Persoalannya, bagaimana kita tahu melakukan “Jeda” di saat yang tepat? meski sangat subyektif sifatnya, di saat kita sudah merasa berlebihan dalam melakukan satu hal, itu lah saatnya kita bertanya kepada diri kita sendiri Apakah ini saat yang tepat untuk Jeda?. #gusrowi
Sumber gambar: http://www.friendshipcircle.org/blog/wp-content/uploads/2012/10/break.jpg
Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.