x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tangisan Ahok

Ulasan tentang tangisan Ahok ketika membacakan eksepsinya pada sidang perdananya 13 Desember 2016, di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Karena belajar dari pengalaman bertahun-tahun lamanya, saya tiba pada suatu kesimpulan dasar bahwa setiap tangisan adalah benar, sampai terbukti sebaliknya. Sangat sulit menangis acting, kecuali penipu ulung.

Acuan kesimpulan dasar itu yang saya gunakan ketika menonton siaran televisi pada 13 Desember 2016, yang menayangkan Ahok (duduk membelakangi kamera) yang sesunggukan, dan berkali-kali berhenti membaca eksepsinya, dan melap linangan air matanya.

Buat saya, tangisan Ahok itu adalah benar dan tidak direkayasa ataupun acting. Alasannya, tangisan itu terjadi ketika membacakan eksepsi yang berkaitan dengan ibu angkatnya (yang Muslimah dan sudah almarhumah).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi, penjelasan tentang nostalgia Ahok dengan ibu angkatnya (yang membuatnya menangis sesunggukan itu), tidak boleh mengoceh pemirsa apalagi hakim dan jaksa. Karena nostalgia itu lebih bersifat human interest dan sangat personal. Sesuatu yang sangat manusiawi. Sementara dugaan penistaan itu adalah persoalan hukum.

Dan kayaknya terlalu dipaksakan bila tangisan itu (betapapun benarnya) dikaitkan dengan dugaan penistaannya terhadap Al-Maidah 51. Apalagi jika dikatakan "...tidak mungkin saya menistakan agama Islam".

Karena itu, meskipun saya menilainya sebagai tangisan sungguhan, namun tidak mempengaruhi sama sekali pandangan saya terhadap kasus dugaan penistaan agama, yang sedang diadili itu.

Dan kalau tangisan itu dipelintir oleh pendukung Ahok sebagai materi untuk mencari simpati publik - apalagi mempengaruhi hakim dan jaksa - ya salah kaprah jadinya. Bakal nggak ngefek, minimal buat saya.

Saya tidak paham, kenapa Ahok dan para pengacaranya tidak mengedepankan "permohonan maaf". Padahal dalam berbagai kesempatan, Ahok setidaknya sudah tiga kali menyampaikan permohonan maaf ke publik. Dan yang paling jujur adalah permohonan maaf yang disampaikan melalui rekaman video yang diunggah di Youtube, dan sepertinya sengaja dishooting bersama Nusron Wahid.

Jangankan Ahok, seorang ustadz atau kiai saja bisa selip lidah, kok. Apalagi Ahok yang memang terkenal ceplas-ceplos.

Tapi eksepsi Ahok dan penjelasan lanjutan oleh para pengacaranya menunjukkan Ahok berniat "melawan tuduhan penistaan tersebut". Artinya Ahok merasa tidak bersalah. Dan sekali lagi, perlawanan ini justru membuktikan bahwa permintaan maaf yang berkali-kali disampaikan Ahok sebelumnya, menjadi tidak berarti. Ahok berbohong dengan permintaan maaf tersebut. Dan sikap seperti ini justru akan semakin membuka ruang bagi lawan-lawan Ahok untuk bermanuver.

Syarifuddin Abdullah | 15 Desember 2016

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu