x

Iklan

Utvy apprily

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Utilitarianisme Penunjang Keberhasilan Bisnis

Dengan diterapkannya etika Utilitarianisme dalam suatu bisnis maka akan menunjang kepercayaan dari konsumen sehingga produk tersebut diminati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubugan dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan atau masyarakat. Atau dapat juga diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal secara ekonomi maupun sosial.

Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan.

Utilitarisme menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Perbuatan yang sempat mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Mudah dapat dipahami bahwa utilitiarisme sebagai teori etika cocok sekali dengan pemikiran ekonomis. Misalnya, teori ini sukup dekat dengan cost benefit analysis yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelemahan dari etika utilitarianisme adalah:

  1. Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit
  2. Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
  3. Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat dikualifikasi.
  4. Etika utilitarianisme membenarkan kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.

Dalam hal bisnis, produsen memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kepuasan konsumen. Karena jika dilihat dari tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan konsumen yang merasa puas. Terciptanya kepuasan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain pengaruh antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.

Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan seteah pemakaian.

Nah, dalam hal ini maka seharusnya para produsen harus berlomba-lomba dalam memberikan layanan atau menciptakan produk yang memberikan manfaat besar pada konsumen dan dirinya sendiri. Berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dalam bisnis diupayakan untuk selalu memperoleh profit daripada kerugian. Keuntungan dan kerugian tidak hanya mengenai finansial, tapi juga aspek-aspek moral seperti halnya mempertimbangkan hak dan kepentingan konsumen dalam bisnis. Dalam dunia bisnis dikenal dengan Corporate Social Responsibility, atau tanggung jawab sosial perusahaan. Suatu pemikiran ini sejalan dengan konsep utilitarianisme, karena setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan dan menaikan taraf hidup masyarakat secara umum, karena bagaimanapun setiap perusahaan yang berjlan pasti menggunakan banyak sumber daya manusia dan alam, dan menghabiskan daya guna sumber daya tersebut.

Kesulitan dalam penerapan utilitarianisme yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas merupakan sebuah konsep yang bernilai tinggi, sehingga dalam praktek bisnis sesungguhnya dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaku bisnis. Misalnya dalam segi finansial perusahaan dalam menerapkan konsep utilitarianisme tidak terlalu banyak mendapat segi manfaat dalam hal keuangan, manfaat paling besar adalah di dalam kelancaran menjalankan bisnis, karena sudah mendapat izin dari masyarakat sekitar, dan mendapat citra positif di masyarakat umum. Namun secara finansial, utilitarianisme membantu (bukan menambah) peningkatan pendapatan perusahaan.

Hal itu mungkin saja terjadi, karena logikanya ketika suatu perusahaan tidak menerapkan etika utilitarianisme dalam bisnisnya, maka perusahaan tersebut dapat dengan bebas atau leluasa dalam menjalankan bisnisnya tanpa harus memperdulikan manfaat atau mudharat bagi konsumennya. Perusahaan dapat melakukan kecurangan-kecurangan dalam bisnisnya dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan bisnis tersebut. Namun, jika hal ini diketahui oleh masyarakat atau konsumen, maka minat mereka terhadap produk tersebut pasti akan hilang. Karena dari sisi kepercayaan dan kepuasan mereka sendiri sudah tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan tersebut. Jadi dalam hal ini sudah jelas, bahwasannya etika utilitarianisem dalam berbisnis memang sangat dibutuhkan.

Contoh kasus Etika Utilitarianisme:

Belakangan ini ramai dibicarakan tentang pengoplosan daging sapi dengan daging babi. Hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan konsumen terhadap daging sapi khususnya pada saat peringatan hari-hari besar islam seperti ‘Idul Fitri, ‘Idul Adha, Maulid Nabi dan sebagainya. Sehingga para pedagang memanfaatkan keadaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, yang mana mereka mensiasatinya dengan mencampur daging sapi yang mereka jual dengan daging babi.

Dari kasus yang ada konsumen adalah pihak yang paling dirugikan. Karena terlepas dari kondisi daging babi diharamkan dalam islam, ternyata daging babi memiliki beberapa bahaya bagi tubuh manusia karena daging babi memiliki kandungan cacing pita. Daging bagi apabila tidak diolah dengan tepat dan juga benar bisa jadi masih memiliki kandungan cacing pita di dalamnya. Cacing pita sendiri dapat menyebabkan beberapa bahaya kesehatan bagi tubuh kita seperti: Fases yang keluar mengandung cacing, mual, kejang-kejang, selera makan menurun, sakit perut, gatal-gatal pada kulit dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, konsumen diharapkan untuk dapat lebih berhati-hati dalam menentukan apa yang akan mereka konsumsi. Dan untuk para produsen atau pelaku bisnis diharapkan untuk tidak melakukan kecurangan-kecurangan hanya untuk mendapat keuntungan sepihak, yaitu dengan tidak merusak hak-hak orang lain.

DAFTAR PUSTAKA:

Swastha, Basu. 2002. Azaz-azas Marketing. Liberty : Yogyakarta.

Umar, Husein. 1997. Study Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

 

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius : Yogyakarta.

http://setyawansigit.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 05 November 2017.

Ikuti tulisan menarik Utvy apprily lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu