x

Iklan

Susi Alawiyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menolak Dodi, Menentang Politik Dinasti

Yang menolak karena tahu betul efek negatif dari politik dinasti. Mereka sangat memperhatikan aspek kapabilitas dirinya apakah mampu mengemban amanah atau tidak jika terpilih menjadi Gubernur nanti.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peta politik Pilgub Sumsel 2018 semakin panas dan semakin jelas. Ada pasangan calon yang mendukung politik dinasti, ada pula yang menolaknya. Yang mendukung tentu saja karena berangkat dari keluarga petahana, yaitu Dodi Reza Alex Noerdin. Ia tidak memikirkan dirinya kompeten atau tidak, yang terpenting bisa melanjutkan kepemimpinan ayahnya.

Yang menolak karena tahu betul efek negatif dari politik dinasti. Mereka sangat memperhatikan aspek kapabilitas dirinya apakah mampu mengemban amanah atau tidak jika terpilih menjadi Gubernur nanti.

Bukan hanya dari masing-masing paslon, seruan mendukung dan menolak politik dinasti itupun datang dari masyarakat. Yang menolak politik dinasti kebanyakan dari masyarakat terdidik. Mereka menolak politik dinasti karena mengetahui dan memahami politik dinasti akan mencederai demokrasi di Sumsel ke depan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebaliknya yang mendukung tidak memikirkan jangka panjang dampak dari politik dinasti. Sudah jamak diketahui bahwa merekalah kelompok yang mudah disuap. Mirisnya lagi, kelompok ini jauh lebih besar dari kelompok pertama. Kebanyakan masyarakat masih tak sadar dengan bahaya dari politik dinasti. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan di Sumsel.

Meski ditentang, berkat kekuatan sumberdaya ekonomi dan kekusaan yang dimilikinya, politik dinasti terkadang sangat-sangat sulit untuk dilawan. Mereka rela melakukan segala cara agar ambisinya menguasai Sumsel terwujud. Itulah yang kini sedang dilakukan keluarga Alex Noerdin.

Aktivis Menolak Politik Dinasti

Di atas sudah dikatakan, masyarakat pada umumnya masih awam dengan bahaya dari politik dinasti. Sehingga mereka mudah dimanfatkan oleh calon dan pendukung dari politik dinasti. Disinilah peran dari pelajar dan aktivis untuk terus menyuarakan bahaya dari politik dinasti.

Kita perlu mengapresiasi beberapa aktivis yang selalu menentang dengan keras politik dinasti di Sumsel. Yang berulangkali menyuarakan bahwa sungguh tak elok kepemimpinan di Sumsel  berputar di dinasti politik. Hari ini bapaknya, besok anaknya, besok lagi saudaranya.  

Masyarakat Sumsel mengharapkan pemimpin yang punya pengalaman memimpin daerah. Diutamakan pemimpin yang peduli terhadap kecil, berpengalaman, kinerjanya bagus dan energik.

Nama Dodi Reza Alex Noerdin tentu tidak masuk kategori, karena keluarga dinasti dan minim pengalaman.  Untuk itu, berarti tinggal nama-nama seperti mantan Bupati OKU Timur Herman Deru, Wakil Gubernur Sumsel Ishak Mekki, dan Wali Kota Pangkalpinang Irwansyah.

Melihat ke tiga nama tersebut, berdasarkan survei dari berbagai lembaga, Cagub Sumsel terkuat masih ditempati Herman Deru. Akankah Herman Deru memenangkan Pilkada Sumsel? Melihat popularitas dan kredibilitasnya, jika tidak ada kecurangan dari lawan politiknya dipastikan HD akan dengan mulus menjadi orang nomor 1 di Sumsel.

Ikuti tulisan menarik Susi Alawiyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu