Majalah Tempo rupanya bukan hanya sekali membikin ilustrasi sampul dengan menampilkan Pinokio. Tokoh dongeng dari negeri Italia, yang hidungnya memanjang bila ia berbohong, itu setidaknya sudah dua kali nongol di cover Tempo.
Di awal reformasi, majalah Tempo pernah pula menampilkan Akbar Tanjung pada cover edisi 19 Novermber 2001. Saat itu, Akbar yang menjabat sebagai Ketua Umum Golkar sedang terlilit dana nonbujeter Badan Urusan Logistik (Bulog)
Kini, Tempo menggunakan visualisasi yang serupa tapi beda, untuk Presiden Joko Widodo. Bukan dalam urusan korupsi, wajah Jokowi dengan siluet Pinokio terpampang dalam sampul majalah itu edisi 16 September 2019 berkaitan dengan gonjang-ganjing Komisi Pemberantasan Korupsi.
Beda visualisasi, beda kesan
Jika kita amati, jelas sekali cara penggarapan yang berbeda di antara dua cover itu. Sebagai orang awan masalah desain kreatif, kesan saya cover Jokowi lebih keren. Penggarapannya pun halus, menggunakan teknik yang mungkin lumayan sulit.
Pinokio pada sampul Tempo terbaru itu hanya muncul dalam siluet. Adapun gambar Presiden Jokowi ditampil utuh. Ini maknanya bisa macam-macam, bergantung penafsiran. Yang jelas, dari segi ide, cukup bagus.
Beda halnya dengan tampilan wajah Akbar Tanjung pada Tempo edisi 2001. Tampak sekali, cover itu amat berani. Hidung Akbar ditampilkan memanjang mirip Pinokio. Mulutnya ditutup dengan lembaran cek.
Metafora karakter Pinokio yang ditampilkan lewat cover Akbar amat langsung, agak vulgar kesannya. Adapun dalam cover Jokowi lebih simbolik.
Beda konteks, reaksinya mirip
Para pendukung Jokowi kini memprotes cover Tempo itu. Bahkan ada yang menganggap majalah itu telah mendiskreditkan Presiden. Dulu pun, cover Akbar Tanjung mengundang reaksi serupa, tapi akhirnya kayaknya mereda, sih.
Dari pemberitaan terungkap, para petinggi Golkar sempat mendatangi redaksi Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta, sehari setelah majalah terbit. Cover Tempo itu dianggap telah menghina partai. "Itu akan meresahkan anggota Golkar di daerah," ujar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Fahmi Idris saat itu.
Konteks cover Akbar adalah kasus dana nonbujeter Bulog sebesar Rp 40 miliar yang saat itu tengah diusut oleh Kejaksaan Agung. Akbar dituduh menerima dana tersebut dan penggunaanya tidak transparan. Penyaluran ke masyarakat lewat sebuah yayasan mencurigakan. Cover Tempo mengekspresikan keterangan Akbar yang berbelit-belit pada awal kasus itu mencuat.
Dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, terbukti Akbar Tanjung menerima dana itu dan disalurkan ke sebuah yayasan. Ia divonis 3 tahun penjara pada 2002, putusan yang kemudian dikuatkan oleh pengadilan tinggi. Tapi, Akbar akhirnya dibebaskan lewat putusan kasasi pada 2004 dengan alasan terdakwa hanya menjalankan perintah Presiden saat itu.
Adapun cover Jokowi kali ini amat berbeda konteksnya. Cover itu agaknya lebih menggambarkan kritik terhadap Jokowi yang bersikap tidak tegas terhadap kisruh KPK, terutama soal seleksi pimpinan lembaga ini dan revisi Undang-undang KPK. Padahal dalam kampanye, ia akan memperkuat lembaga itu.###
Ikuti tulisan menarik Ratna Asri lainnya di sini.