Presiden Pertimbangkan Bikin Perppu: Inilah 3 Faktor Dahsyatnya Demo Milenial

Kamis, 26 September 2019 12:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Presiden Jokowi mengatakan mempertimbangkan untuk mengeluarkan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang) mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi menyusul penolakan revisi UU KPK.

Presiden Jokowi mengatakan mempertimbangkan mengeluarkan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang) mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi menyusul penolakan revisi UU KPK.

"Berkaitan Undang-Undang KPK yang sudah disahkan, banyak sekali masukan pada kami utamanya masukan itu berupa penerbitan perppu. Akan segera kami hitung, kalkulasi, dan nanti dan setelah kami putuskan akan kami sampaikan kepada para senior yang hadir," kata Jokowi  seusai pertemuan dengan para tokoh hari ini, Kamis, 26 September 2019.

Sebelumnya Joko memerintahkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir  untuk meredam demo mahasiswa terkait penolakan terhadap sejumlah undang-undang kontroversial. "Arahannya adalah jangan sampai menggerakkan massa,  jangan sampai terjadi mengacaukan keamanan, jangan sampai terjadi," kata Nasir usai bertemu dengan presiden di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 25 September 2019.

Pemerintah sebaiknya mendengar tuntutan demonstrasi generasi milenial. Tampang mereka lucu, imut, dan terkesan tak peduli politik.  Tapi banyak faktor yang menyebabkan kekuatan politik mereka akan dahsyat.

1. Generasi  jumbo
Generasi remaja milenial jumlah amat besar dalam piramida kependudukan. Sesuai proyeksi Badan Pusat Statistik, jumlah kelompok umur 15 sampai 24 tahun sekitar 40 juta jiwa.  Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Secara kasat mata banyaknya generasi ini  terlihat dari jumlah penonton sepakbola yangs selalu melimpah di setiap kota.  Transportasi umum, jalanan, juga dipenuhi generasi milenial.  Begitu pula media sosial.

2.Cekatan menggalang demo
Tentu saja, mereka terbiasa hidup di era digital. Mereka berkomunikasi lewat berbagai aplikasi sosial dan amat ekspresif. Demonstrasi yang merebak dengan cepat di sejumlah daerah juga menunjukkan mereka mampu menyiapkan demo dengan cepat. Media sosial dimanfaatkan betul dan menggalang demonstrasi.

Jika kalangan pelajar di Jakarta pernah menggunakan media sosial untuk membikin geng, lalu berkelahi dengan kelompok lain,  mahasiswa dan pelajar kali ini menggunakan media sosial untuk  berdemo. Adapun generasi zaman sebelumnya, untuk menggalang aksi butuh waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan.

3.Responsif
Generasi zaman now terbukti amat responsif dalam memahami isu. Mereka cukup memahami masalah dari media sosial dan internet. Tak perlu banyak diskusi di kampus aau membentyk grup diskusi seperti mahasiswa  zama dulu. Mereka cukup diskusi di media sosial.

Harus diakui,  mereka mula-mula lebih memperhatikan isu yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Misalnya Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.  Tapi belakangan, mereka juga cepat memahami isu lain, termasuk Revisi UU KPK dan sederet UU yang lain.
                                                      ***

Dengan sejumlah kelebihan ini, pemerintah seharusnya menggunakan pendekatan yang berbeda, karena generasi ini memang istimewa. Mereka akan bisa merepotkan jika pemerintah tidak mampu memenuhi harapan generasi ini.  Bukan cuma menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup,  tapi juga memberikan kondisi sosial-politik yang sesuai dengan aspirasi mereka. Jangan lupa, mereka sudah terbiasa, bahkan sejak lahir hidup di era demokrasi.

Catatan: Artikel ini diupdate pada 26/9/2019 puku 17.25 WIB

Baca juga:
Demo Belum Reda: Presiden Jokowi Perlu Tiru Cara SBY

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rohmat Eko Andrianto

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
Lihat semua