Apakah Indonesia Akan Resesi? Inilah 5 Poin Penting Soal Ancaman Resesi

Kamis, 10 Oktober 2019 10:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perlambatan ekonomi global yang kini terjadi merupakan imbas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan perang dagang dengan Cina.

Perlambatan ekonomi  global   yang kini terjadi merupakan imbas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan perang dagang dengan Cina.   Ia menaikkan tarif bea masuk barang-barang asal Cina.  Trump lupa bahwa industri manufaktur Amerika sangat bergantung pada bahan baku dari Cina. Akibatnya, industri Amerika terganggu.

1.Seberapa buruk  ekonomi Amerika dan Cina?
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat  melambat di kuartal kedua  2019 menjadi 2 persen dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 3,1 persen.  Menurut Reuters, perlambatan ekonomi  Amerika  terjadi setelah perang dagang dengan Cina yang telah berlangsung 15 bulan. Perang dagang menyebabkan melemahnya ekspor, manufaktur, pertanian, dan investasi.

Institute for Supply Management Amerika Serikat mengumumkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang menunjukkan kinerja industri manufaktur negara itu pada September lalu turun dari bulan sebelumnya 49,1 menjadi 47,8. Angka itu merupakan yang terendah sejak Juni 2009.

Adapun pertumbuhan ekonomi Cina  kuartal kedua  2019  sebesar  6,2 persen secara tahunan (yoy) atau , terendah dalam 27 tahun. Angka ini  lebih rendah dibandingkan 6,4 persen pada kuartal pertama 2019. Adapun Sepanjang semester  satu  2019, pertumbuhan ekonomi China mencapai 6,3 persen.

2.Seberapa besar ancaman resesi dunia?
Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan lagi bahwa ekonomi global tengah melambat dalam pidatonya  menjelang pertemuan tahunan bersama IMF baru-baru ini.  Pertumbuhan  global mungkin lebih lebih lemah dari perkiraan  Bank Dunia  yang  rilis pada Juni  lalu.  Saat itu Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 2,6 persen untuk tahun ini.

Adapun untuk  pertumbuhan ekonomi  negara-negara di Asia Timur  dan Pasifik, Bank Dunia  memperkirakan mengalami penurunan dari 6,3 persen pada tahun lalu, menjadi  5,8  persen pada 2019. Angka akan terus menurun menkadi  5,7  persen pada 2020 dan 5,6 persen pada 2021.

3.Bagaimana dampaknya bagi Indonesia?
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2019 secara kumulatif mencapai US$ 110,07 miliar atau menurun 8,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Dari angka itu, nilai ekspor nonmigas paling besar mencapai US$ 101.480 miliar.

Selama Januari-Agustus 2019, Cina menjadi negara tujuan utama ekspor RI dengan nilai mencapai US$ 15.947,9 juta atau 15,71 persen. Posisi kedua diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 11.513,5 juta atau 11,35 persen dan Jepang dengan US$ 9.091,5 juta (8,96 persen). Adapun komoditas utama yang diekspor ke Cina pada periode tersebut adalah batubara, lignit, dan minyak kelapa sawit

4.Apa yang dilakukan Pemerintah?
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita s mengatakan ada tiga kebijakan yang dibutuhkan agar Indonesia bisa terhindar dari ancaman resesi yang diprediksi oleh Bank Dunia. Ketiganya yaitu meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, dan menggenjot investasi.

“Indonesia akan survive (bertahan) kalau ekspor dan investasi ada, lalu 265 juta masyarakat Indonesia tidak jadi pasar semata dan dibanjiri produk luar,” kata Enggar  saat menghadiri acara peluncuran program “From Local Go Global” di Mall Sarinah, Jakarta Pusat, 6 Oktober 2019.

5.Apakah Indonesia akan Resesi?
Ekonom Faisal Basri yakin perekonomian negara kita tidak bakal resesi. Syaratnya, pemerintah harus bisa menjaga pertumbuhan konsumsi masyarakat di level 5 persen. Faisal mengatakan, konsumsi masyarakat saat ini hampir 58 persen dari Produk Domestik Bruto Indonesia. Sehingga, kalau konsumsi itu terjaga maka pertumbuhan ekonomi juga aman.

"Jadi ekonomi Indonesia itu, saya fully confident, misal dunia resesi kita tuh enggak akan resesi,"  ujar Faisal Basri di Kantor Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta Selatan, 30 September 2019.

Faisal menyebut suatu negara disebut mengalami resesi apabila dalam dua triwulan berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif.  "Enggak ada cerita kita minus," kata dia. Apalagi, ia melihat masyarakat Indonesia tidak akan lebih miskin dari sekarang. Sehingga, kalau pendapatan turun, konsumsi akan tetap positif. ***

Baca juga:
Perlu Dicatat, Inilah Poin-poin Penting Informasi Pendaftaran CPNS 2019
Mendaftar CPNS 2019, Begini Tahapan Seleksi dan Aturan Mainnya

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indonesiana

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Viral

Lihat semua