Ibu Kota Terendam, Rekor Curah Lampaui Banjir Era Jokowi-Ahok: Begini Datanya

Rabu, 1 Januari 2020 16:40 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banjir yang meredam Jakarta dan sekitarnya awal tahun baru ternyata dipicu oleh curah hujan yang super ekstrim. Hal ini terlihat jelas dari rilis yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Rabu siang, 1 Januari 2020.

Banjir yang meredam Jakarta dan sekitarnya awal  tahun baru  ternyata dipicu oleh curah hujan yang super ekstrim.  Hal ini terlihat jelas dari rilis  yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)  pada Rabu siang, 1 Januari 2020.

Data itu menunjukkan sejumlah wilayah diguyur curah hujan ekstrim.  Bahkan di kawasan Halim,  curah hujan mencapai angka 377 mm.  Kawasan Taman Mini juga amat  tinggi  335 mm dan Jatiasih mencapai 259 mm.



Menurut catatan BMKG hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara sehingga menyebabkan banjir besar yg merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali. "Hujan kali ini bukan hujan biasa," tulis BMKG dalam keterangan tertulisnya.

Dibanding dengan curah hujan pada  banjir Jakarta  pertengahan Januari 2013, di era kepemimpinan Jakowi, curah hujan kali ini lebih tinggi.  Pada  banjir  2013,  curah hujan di Jakarta tercatat mencapai rekor curah hujan hingga 250–300 mm, melebihi kondisi Banjir Jakarta 2002 yang mencapai 200 m.  Tapi curah hujan  banjir 2013 itu  masih di bawah kondisi Banjir Jakarta 2007 yang mencapai 340 mm.

 

Dilihat dari data itu, boleh jadi curah hujan banjir 2020 merupakan yang tertinggi dalam  dua dekade terakhir, terutama di titik tertentu yang paling parah, yakni kawasan Halim

Selanjutnya: bundaran HI

<--more-->

Banjir  2013, bundaran HI terendam
Saat itu Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Mulyono Prabowo, mengatakan karakteristik curah hujan di Jakarta  Januari 2013 berbeda dengan enam  tahun lalu. "Bedanya pada persebaran curah hujan," katanya , 17 Januari Januari 2013.

Pada banjir  Jakarta 2007,  curah hujan tinggi terkonsentrasi di satu titik, yaitu Jakarta Selatan, 340 milimeter.

Adapun pada banjir Jakarta, 17 Januari 2013,  curah hujan tersebar merata di seluruh wilayah Jakarta. "Pantauan kami, sejak November 2012 sampai Januari 2013, curah hujan Jakarta tidak pernah mencapai angka itu. Maksimal 150 sampai 180."

Curah hujan yang merata ini mengakibatkan banjir di sebagian besar Jakarta sehingga aktivitas di ibu kota nyaris lumpuh. Hingga pertengahan bulan Januari 2013, curah hujan di Ibu Kota memang di atas normal, antara 250 sampai 300 milimeter.

Pada  17 Januari 2013 , curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Kemayoran, yaitu 193 mm/hari. Di Tanjung Priok tercatat 118 mm/hari, dan Citeko-Cisarua (98 mm/hari), serta Depok (60mm/hari). Hal ini dibeberakan oleh  Deputi Bidang Meteorologi, Soperiyo, Jumat, 18 Januari 2013

Berikut ini data curah hujan  1996 hingga  2016
1996: 216 mm/hari
2002: 168 mm/hari
2007: 340mm/hari
2008: 250mm/hari
2013: 100mm/hari
2015: 277mm/hari
2016: 100 - 150 mm/hari

 

***

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Novitasari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler