Lina Jubaedah Lebam dan Diracun? Dengan Fakta-fakta Ini Rizky Febian Harusnya...

Minggu, 12 Januari 2020 19:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sudah berhari-hari publik menyoroti kasus Lina Jubaedah yang meninggal pada Sabtu, 4 Januari 2020. Makam almarhumah harus dibongkar demi melampiaskan rasa curiga. Jenazah Lina pun harus diotopsi.

Sudah berhari-hari publik menyoroti kasus Lina Jubaedah  yang meninggal  pada Sabtu, 4 Januari 2020.  Makam almarhumah dan jenazah Lina pun sudah diotopsi. 

Kepolisian Resor Kota Bandung tidak bisa dipersalahkan. Penegak hukum memang harus menindaklanjuti laporan  anak kandung Lina, Rizky Febian, yang menganggap  ada yang janggal di seputar kematian  Lina.


Polisi sudah memeriksa saksi-saksi,  termasuk Teddy Pardiyana (suami Lina), Putri (adik Rizky), dan orang yang memandikan jenazah.  Polisi juga sudah memeriksa CCTV dan HP Teddy.  Otopsi selesai dan tinggal menunggu hasil  uji toksikologi.

Mungkinkah Lina diracun? Dari  perkembangan sejauh ini, muncul sejumlah indikasi yang menarik.

1.Dua kali masuk  Rumah Sakit
Teddy Pardiyana mengungkap  bahwa pada 21 November 2019, Lina pernah masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena asam lambungnya naik.  Ia sempat diberi obat utama dan tambahan.

Saat itu kondisinya jauh lebih baik. Hal itu disampaikan Teddy kepada Tribunnews setelah diperiksa polisi Sabtu lalu.

Pada 11 Desember, Lina  juga mengalami sesak dan dibawa ke Rumah Sakit Santosa untuk menjalani rawat inap selama satu hari. "Dibilang sama, asam lambung juga. Terus yang lainnya sehat, darahnya sempat 220 per diastolik sistolik itu tinggi saja. 220 per 150 kalau enggak salah. Terus paling rendah itu 150 per 110," ujar Tedy .

2.Makanan yang disantap sebelum meninggal
Teddy  juga membeberkan bahwa Lina  makan masakan Padang sebelum meninggal dunia. Padahal, sebelumnya ia juga didiagnosis hipertensi di  Rumah Sakit Al Islam. Tedy menduga makanan Padang dan beberapa makanan yang mengandung minyak yang sempat dikonsumsinya, menjadi pemicu hipertensi.

Baca juga
Lina Jubaedah Dibunuh? Terungkap, Silent Killer Inilah Diduga Kuat Penyebabnya

"Kalau dari hipertensi, itu kan sebelumnya makan nasi padang yah, bukan jelek-jelekin itu ya. Dari situ agak susah nelen (menelan), jadi kayak (asam) lambungnya naik ke saluran THT, jadi agak susah nelen dan susah napas,"  ujar Teddy

Selanjutnya: soal kejanggalan
<--more-->

3.Tak ada kejanggalan yang mencolok
Harus diakui, tidak ada keanehan yang mencolok dalam proses  kematian  Lina  Juabaedah.  Suami Lina, Teddy Pardiyana pun tampak memberikan keterangan secara konsisten. Mulai  dari  pingsan (atau kemungkinan langsung meninggal) habis salat Subuh hingga sampai di rumah sakit  Al Islam Bandung.

Polisi bahkan sudah menanyakan Teddy tentang berbagai hal, termasuk apakah mulut Lina berbusa saat meninggal.  Sang suami menjawabnya ‘tidak”.  Soal rekam medis juga sudah jelas, bahwa sebelumnya  Lina menderita penyakit lambung  dan hipertensi.   Teddy juga sudah memberikan semua obat yang pernah diminum oleh Lina ke polisi.

Jadi sebetulnya tidak ada yang aneh di seputar kematian.  Pingsan termasuk gejala yang medis  yang normal sebelum orang meninggal, tergantung penyakitnya.   Orang yang meninggal karena jantung atau stroke, bisa juga mengalami kejang sebelum meninggal.

Kalau pun ada lebam atau tanda fisik  setelah meninggal, hal itu juga biasa saja sebagai reaksi tubuh atas kematian mendadak.

Secara umum, penyakit  lambung atau maag tidak bisa memicu kematian mendadak. Logikanya, mungkin ada penyakit lain yang memicu kematian Lina.  Sebelumnya memang pernah dilakukan medical check yang mengindikasikasi tak ada penyakit jantung. 
Tapi kita juga belum tahu pasti apakah medical check up   itu akurat. Harus dicatat juga,  penyakit yang bisa bikin kematian mendadak bukan cuma jantung.

Adapun alasan pihak Rumah Sakit Al Islam Bandung  tidak bisa  mendiagnosa penyebab kematian karena saat Lina dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah tak bernyawa.  "Kemungkinan bisa macam-macam. Data di kami riwayat ada hipertensi (tekanan darah tinggi)," ucap dokter Guntur Septapati

4. Soal uji racun
Sekali lagi, tes toksikologi merupakan bagian dari uji forensik biasa saja. Tak harus pula polisi menemukan indikasi bahwa korban diracun untuk melakukan tes ini.

Hasil tes  ini pun akan sulit menjadi patokan bila indikasi kurang kuat atau kadar racunnya  terlalu sedikit. Karena hasil itu bisa saja berasal dari makanan yang dikonsumsi secara tak sengaja atau obat yang diminum.


Dalam kasus Lina bahkan tujuan uji racun itu lebih praktis saja. Polisi tidak perlu mengambil sampel lagi dengan membongkar kuburan jika belakangan ditemukan kecurigaan diracun.

Soal saksi dan CCTV
<--more-->

5.Banyak saksi dan ada CCTV
Dari pemeriksaan polisi  sejauh ini, tampak  juga belum ada kejanggalan.  Kalau  ada, pasti sejak awal mudah terungkap karena di rumah Lina dan Teddy, banyak sekali saksi  sebelum Lina meninggal.   Adik Rizky dan pacarnya di situ. Lagi, pula  Lina dan keluarganya baru saja liburan , jalan-jalan bersama anak-anaknya.

Boleh jadi justru karena faktor kecapekan  habis  berpergian itulah yang membuat kondisi kesehatannya menurun.  Kondisi itu tidak terlalu dirasakan karena ia sedang bahagia bisa kumpul dengan anak-anaknya.

6.Tak ada motif membunuh Lina
Sejauh ini tidak ada motif yang menonjol di balik kematian itu.   Orang yang paling dicurigai  tentu saja Teddy.  Soal harta memang disebut-sebut bisa menjadi motif. 
Hanya, tidaklah terlalu kuat karena Teddy justru menyebut harta warisan Lina buat anak-anaknya.

Intinya, tidak  ada motif yang signifikan dari sang suami untuk berbuat buruk terhadap isteri sendiri, sementara  pasangan ini tengah memiliki si kecil. Kebetulan pula hubungan Lina dengan anak-anaknya dari perkawinannya dengan Sule malah  membaik.

7.Rizky perlu minta maaf
Kemungkinan besar polisi  akan menyimpulkan bahwa tak ada kejanggalan di balik kematian Lina, setidaknya  dari  temuan di TKP dan pemeriksaan saksi. 

Kalau  kelak ada sedikit keanehan dari hasil otopsi dan uji toksikologi, tetap harus dihubungkan  dengan temuan di TKP dan kesaksian untuk menyimbulkan bahwa kasus ini adalah pembunuhan.

Jadi sungguh tidak mudah. Untuk membuktikan adanya kasus pembunuhan bukan cuma dari hasil otopsi dan uji racun, tapi harus ada bukti dan saksi di tempat kejadian perkara.

Itu sebabnya, bila  kelak tidak terbukti ada pembunuhan, sebaiknya    Rizky  merasa malu dan meminta maaf kepada Teddy. Ia juga perlu minta maaf  pada polisi karena telah merepotkan penegak hukum.   Kepolisian  banyak tugas yang jauh lebih penting bagi masyarakat luas.

Ia juga perlu minta maaf pada publik, karena masyarakat ikut  peduli dalam urusan ini.  Bila tuduhan Rizky tak berbukti, bahkan publik  bisa merasa dipermainkan untuk sekedar cari sensasi.

****

Baca juga
Lina Jubaedah Dibunuh? Terungkap, Silent Killer Inilah Diduga Kuat Penyebabnya

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Novitasari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler