x

Merupakan gerakan membangun desa yang diinisiasi oleh media berdesa, demi terwujudnya desa maju dan mandiri

Iklan

Muwaffiq Jufri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Februari 2020

Selasa, 3 Maret 2020 07:59 WIB

Berkat Integritas, 3 Kades Ini Sukses Menjadikan Desanya Berpendapatan Miliaran Rupiah

Oretan prestasi emas para Kades di artikel ini tentu berbanding terbalik dengan banyaknya endapan dana daerah yang tertimbun di bank-bank daerah. Antara dana daerah nganggur yang berbanding terbalik dengan dana desa yang sukses membangun. Inilah kisah sukses Kades di Desa Ponggok (Klaten), Pujon Kidul (Malang), dan Serang (Blitar).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada kejadian menarik di sela bergulirnya Rapat Koordinasi Nasional Investasi tahun 2020 pada 20 Februari 2020 kemarin, yakni ketika Presiden Jokowi kembali menyinggung seputar banyaknya dana daerah yang mengendap di bank-bank daerah. Tidak tanggung-tanggung, endapan dana dikabarkan menyentuh angka Rp. 220 Triliun.

Pernyataan itu setidaknya kembali menyiratkan bahwa dana pengelolaan daerah memang belum sepenuhnya tersalurkan dengan baik. Padahal pemberian kewenangan daerah pasca diluncurkannya rezim Otonomi Daerah ialah untuk memberikan kebebasan bagi daerah dalam mengatur tata pemerintahannya.

Konsep Otonomi Daerah mengamanahkan kepada para pimpinannya untuk bisa mandiri dalam mengelola keuangannya, harapannya agar kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan jalan penerapan kebijakan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat daerah, yakni kebijakan berbasis klaster kewilayahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat fenomena ini, saya teringat tentang mozaik kehidupan para kepala desa (Kades) yang terbilang piawai dalam mengelola dan memanfaatkan dana desa. Bahkan beberapa Kades tersebut mampu menyulap desanya menjadi desa mandiri dengan penghasilan di atas Rp. 4 Miliar pertahunnya.

Oretan prestasi emas para Kades ini tentu berbanding terbalik dengan banyaknya endapan dana daerah sebagaimana disampaikan presiden di atas. Antara dana daerah nganggur yang berbanding terbalik dengan dana desa yang sukses membangun.

Ada banyak catatan menarik terkait suksesnya para kepala desa dalam memajukan desanya, menjadikan desa sebagai rumah yang nyaman bagi para warganya. Kenyamanan dan keramahan desa jelas berpengaruh pada minimnya warga desa untuk sekedar memimpikan kehidupan (penat) alam kota, pun juga kehidupan keras mancanegara.

Dimulai dari aksi menakjubkan yang dipertontonkan oleh Junaedi Mulyono, Kades Ponggok, Kabupaten Klaten, yang sukses mencatatkan pendapatan desa hingga menembus angka di kisaran Rp. 4 Miliar per-tahun. Pencapaian ini bahkan mengangkat derajat Desa Ponggok yang sebelumnya terdampar dengan status desa miskin dan tertinggal menjadi desa mandiri dan maju.

Sentuhan tangan dinginnya dimulai dari usaha mengoptimalkan potensi air yang cukup melimpah. Junaidi memoles wahana pemandian yang kumuh menjadi wisata pemandian dan wisata air modern lengkap dengan alat selamnya. Konsep ini sukses memancing para wisatawan lokal, regional, hingga nasional.

Sukses dengan wisata air, Junaedi mengepakkan sayap bisnis desanya pada ranah budidaya ikan air tawar dan pembukaan toko desa. Menariknya, kesemuanya investornya berasal dari warga lokal desa Ponggok. Barangkali model invesatsi inilah yang perlu dilirik dan digalakkan oleh para pemangku kebijakan negara.

Dalam menjalankan kepemimpinannya, Junaedi hanya bersandar pada prinsip sederhana, “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”. Masyarakat sebagai pemilik modal tentu akan semakin bersemangat dalam memajukan usahanya, karena ketika usaha-usaha itu sukses cipratan berkah dan rejeki akan mengalir ke warga desa.

Salah-satu inovasi yang menarik lainnya ialah keberhasilannya mencetak banyak sarjana desa dengan program Satu Rumah Satu Sarjana. Dan yang lebih menarik, sumber pendanaan untuk membiayai para sarjana ini berasal dari kas desa. Suatu kebijakan pengelolaan dana desa yang sukses membangun mental warga.

Berikutny: Kisah Sukses Kades di Blitar dan Kabupaten Malang

Ikuti tulisan menarik Muwaffiq Jufri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler