x

Didi Kempot menghibur di Goa Pindul, Gunung Kidul, Yogyakarta, 22 Juni 2019. Tempo/Imam Sukamto

Iklan

tuluswijanarko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 5 Mei 2020 09:45 WIB

Mengenang Didi Kempot, Perjalanan Kemanusiaan yang Paripurna

Seniman Didi Kempot dikabarkan berpulang pada Selasa, 5 Mei 2020, pukul 07.30 di Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta. Menurut informasi beberapa media penyanyi yang berjulukan Lord Of Broken Heart itu meninggal dunia karena sakit jantung. Perjalanan kemanusiaannya memberikan banyak inspirasi dan ia layak mendapat penghormatan tinggi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seniman Didi Kempot berpulang pada Selasa, 5 Mei 2020, pukul 07.30 di Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta. Menurut informasi penyanyi berjulukan Lord Of Broken Heart itu meninggal karena sakit jantung. 

Didi Kempot dengan karya-karyanya yang khas melejit di blantika musik nasional dalam 1.5 tahun terkahir. Penggemarnya bukan saja dari lapisan orang dewasa tetapi juga dari kalangan anak-anak muda milenial. Di saat-saat terkahir usianya, Didi Kempot terlibat dalam serangkaian konser untuk menggalang donasi bagi korban terdampak wabah Covid-19 dengan hasil yang fenomenal.

Sebelum ini, dengan kemampuan yang ada pada dirinya, Didi Kempot juga telah mengangkat sosok-sosok lain untuk tampil ke muka. Dia berusaha mengoptimalkan kemampuan mereka agar bisa lebih dikenal publik. Sobat Ambyar tentu kini akrab dengan nama-nama berikut ini: Dorry Harsya (penabuh gendang), Sandy Ria Ervinna (pemain biola), atau Ardha Krisna Pratama, anak difabel bersuara merdu yang diberi kesempatan melantunkan lagu-lagu Didi Kempot.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengingat semua ini, Didi Kempot telah menyempurnakan perjalanan kemanusiaannya. Dan ia layak mendapat kehormatan yang tinggi untuk semua itu. 

Kepergian Didi Kempot ini, benar-benar membuat patah hati jutaan penggemarnya. Membuat ambyar hati para Sadboys dan Sadgirls--nama fans Didi. Tetapi perjalanan Didi Kempot akan memberikan inspirasi luar biasa bagi mereka agar segera bangkit dan mengikuti jejaknya dalam hal kebaikan. 

Untuk mengenang Didi Kempot, kami unggah lagi sebuah tulisan yang pernah tayang di Indonesiana,id berjudul: Didi Kempot, Penyambung Lidah Kaum Patah Hati Milenial.   

Selamat menyimak

----

wes samestine ati iki nelongso
wong seng tak tresnani mblenjani janji
opo ora eling naliko semono
kebak kembang wangi jeroning dodo

Tanyakan kepada para “anggota” Sadboys, Sadgirls dan Sobat Ambyar apa judul lagu dari bait tersebut. Saya jamin tak perlu waktu lama, mereka sigap menjawab Cidro. Tak musthail mereka juga segera meyambar potongan lirik dan mendedangkannya penuh suka-cita.

Sadboys, Sadgirls, Sobat Ambyar, lalu ada Kempoters, adalah sebutan untuk para penggemar penyanyi Didi Kempot. Uniknya, kebanyakan mereka ini adalah anak-anak muda milenial yang usianya kurang dari 30 tahun. Alias, sad people ini belum lahir ketika Cidro diciptakan Didi pada 1984 silam (35 tahun lalu!).

Didi Kempot hari-hari ini memang menjelma jadi idola kaum yang sejak kecil sudah bermain-main dengan gadget itu. Konser-konsernya selalu dibanjiri wajah-wajah remaja—laki dan perempuan. Tak hanya datang, mereka juga hapal hampir semua lagu yang dilantunkan Didi di panggung. Mulai dari Cidro, Stasiun Balapan, Sewu Kutho, Banyu Langit, Layang Kangen, Ketaman Asmara, Tatu, Pamer Bojo, Suket Teki, Dalan Anyar, Tanjung Mas Ninggal Janji, Ambyar, dan lain-lain.

Tak hanya bernyanyi, mereka pun berjoget dengan syahdu. Para pandemen itu menggoyangkan badan mengikuti irama musik, tapi dengan raut muka yang menunjukkan perasan antara nelangsa, riang, dan terkenang-kenang pada entah apa/siapa.

Saya tak habis pikir apa yang membuat generasi era revolusi industri 4.0 ini begitu intens dan fanatik pada Didi Kempot (dan karya-karyanya). Bahkan tak sedikit diantara mereka bukan pengguna bahasa Jawa. Mereka ini, lewat piranti gadget, adalah penjelajah yang menapaki banyak hal di dunia tak terbatas di ranah maya, tapi kini berhimpun merayakan lagu-lagu yang 90 persen bertema patah hati dan ditulis dalam bahasa Jawa tersebut.

Saat ditanya dalam beberapa wawancara, Didi Kempot menduga anak-anak muda suka karena lagu-lagunya mewakili apa yang pernah mereka alami, yakni patah hati. Kata dia, semua orang pernah patah hati. Pernah brokenheart.

Perkiraan itu bisa jadi benar. Apalagi para pemuja itu pun lalu menjuluki Didi dengan gelar Godfather of Brokenheart. Ini semacam pengakuan sekaligus pentasbihan untuk penyanyi asal Sala itu.

Selanjutnya: Cara baru merayakan patah hati

Ikuti tulisan menarik tuluswijanarko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler