Reformasi Mei 1988 dan Janji Tinggal Janji

Kamis, 14 Mei 2020 06:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mei 1998 dua puluh dua tahun berlalu.

Sudah 22 tahun berlalu, Mei 1998. Mengenang peristiwa Mei rasanya seperti membuka kembali kenangan saat saya berusia 7 tahun. Walaupun banyak orang bilang bocah tujuh tahun ingat apa. Tapi kenyataanya saya masih ingat harus mengungsi ke lapangan basket selama tiga hari tiga malam tidur di dalam tenda.

Boleh dikata itu adalah nasib baik. Dimana di luar sana banyak saudara-saudara saya yang kehilangan harta, benda, bahkan nyawa. Tim Gabungan Pencari Fakta peristiwa Mei sudah mengeluarkan hasil investigasi mereka 22 tahun yang lalu. Hasilnya beberapa nama yang duduk di pemerintahan era ini seharusnya duduk di kursi pesakitan tetapi nyatanya mereka nyaman duduk di kursi pemerintahan.

Setiap pemilu rakyat diberikan janji manis penuntasan kasus HAM dan terutama adalah kasus Mei 1998. Tetapi janji adalah sekedar janji, dan juga pendukung mereka lupa kalau sang jagoan belum menuntaskan janjinya.

Mungkin Mei 98 akan selalu dirayakan sebagai tonggak reformasi, dijanjikan setiap pemilu, dan dilupakan ketika berkuasa. Mungkin Mei 98 hanya diingat oleh Bu Sumarsih yang berdiri tegak di depan istana bersama payung hitamnya setiap hari kamis. Mei, Sampai kapan kau dikenang?

Bagikan Artikel Ini
img-content
Alfonsius

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Pemilu 2024, antara Ego dan Perubahan.

Rabu, 25 Oktober 2023 07:18 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler