x

Stand Up Comedian, Bintang Emon. Instagram/@bintangemon

Iklan

tuluswijanarko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 16 Juni 2020 07:11 WIB

Bintang Emon dan Ironi Kemerdekaan Berekspresi

Penyerangan terhadap komika Bintang Emon menunjukkan ada ironi dalam perkembangan demokrasi kita. Sendi utama dalam demokrasi adalah terjaminnya kebebasan berbicara, menyatakan pendapat dan berekspresi. Tentu saja itu semua ditujukan demi kemaslahatan masyarakat. Tetapi kebebasan itu ternyata juga ditunggangi untuk menyerang individu --bahkan cenderung melakukan fitnah-- hanya karena perbedaan pandangan politik dan hukum. Negara harus hadir.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelumnya komika Pandji Pragiwaksono dan Ari Kriting ikut memberikan dukungan kepada Bintang Emon. Pandji melihat penyerangan para buzzer itu menunjukkan kriitk Bintang Emon untuk dalam kasus Novel Baswedan adalah benar.

Arie Kriting bahkan terkesan jengkel terhadap aksi para buzzer tersebut. Ia menilai serangan mereka hanya memperkeruh keadaan. "Buzzer Fakyuuu. Siapa pun yang berpikir bahwa dengan cara begini, keadaan akan jadi lebih baik, coba kalian pikirkan lagi deh. Buzzer begini cuma memperkeruh situasi. Gak ada gunanya sama sekali. Siapa sih yang memelihara kebodohan begini," tulisnya di Twitter seperti dimuat di Tempo.co.

Sebagai orang yang mengenal baik, Arie Kriting yakin Bintang Emon bukan pemakai narkoba.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penyerangan terhadap Bintang Emon ini menunjukkan ada ironi dalam perkembangan demokrasi kita. Sendi utama dalam demokrasi adalah terjaminnya kebebasan berbicara, menyatakan pendapat dan berekspresi. Tentu saja itu semua ditujukan demi kemaslahatan masyarakat.

Tetapi kebebasan itu ternyata juga ditunggangi untuk menyerang individu --bahkan cenderung melakukan fitnah-- hanya karena perbedaan pandangan politik dan hukum. Sebuah serangan ad hominem yang bertujuan merusak integritas orang yang tak disukai, tetapi tanpa bukti kuat

Faktanya, dalam kasus ini para penyerang tak punya bukti bahwa Bintang adalah seorang pemakai narkoba. Hal itu dintunjukkan Bintang dengan yang melakukan tes mandiri di Rumah Sakit Pondok Indah Puri Indah (RSPI), Jakarta Barat. Hasil tes menunjukkan ia negatif dan surat keterangan dari RSPI Puri Indah itu diunggahnya di akun Instagramnya pada Senin, 15 Juni 2020.

"Pasien diperiksa di RS Pondok Indah Puri Indah dan dilakukan pemeriksaan urin test Amphetamine, Opiates Coccaine, Marijuana, dan Benzodiazepine hasilnya dinyatakan negatif," tertulis dalam surat tersebut.

Penunggangan demokrasi untuk melakukan fitnah, doxxing, dan semacamnya ini akan terus berlanjut jika tak dilakukan penegakan hukum. Atau sekurangnya negara hadir untuk menunjukkan perlawanan terhadap aksi itu. 

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat Muhammad Afif mengatakan negara tak boleh tinggal diam menyikapi hal ini. "Di titik ini negara harus memproteksi aktivitas warga negara dalam menyampaikan pendapat atau berekspresi," ujar Afif kepada Tempo.co, Senin, 15 Juni 2020.

Afif mengatakan, diamnya negara, terlebih aparat, terhadap serangan ini membuktikan mereka tak berdaya. Sikap diam juga menunjukkan tak adanya komitmen kuat terhadap kemerdekaan berpendapat atau berekspresi.

Sampai saat ini negara memang masih diam. Bintang Emon hanya mendapat pembelaan dari sesama elemen masyarakat sipil. Apakah negara berpendapat serangan terhadap Bintang Emon itu adalah ketidak-sengajaan?

Ikuti tulisan menarik tuluswijanarko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu