Revolusi industri era 1.0 hingga 4.0 memiliki dampak yang luar biasa untuk dunia. Revlousi industri ini dapat mengubah cara kerja manusia dari tradisional menjadi digitalisasi. Saat ini sudah ada negara-negara yang mendapat julukan sebagai raksasa industri, mereka adalah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, Korea Selatan, dan Inggris.
Untuk mendapatkan predikat sebagai raksasa industri tidaklah mudah. Tiongkok misalnya. Negeri Panda tersebut banyak membangun prasarana penunjang, mulai dari membuka industrial estate yang baik, membuka infrastruktur, hingga membagun asrama dengan fasilitas terbaik. Selain infrastruktur, Tiongkok juga memiliki peraturan yang memudahkan industri untuk berkembang, dari regulasi inilah yang Negeri Tirai Bambu tersebut mampu mengundang banyak investor. Rahmat Gobel selaku Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel Indonesia mengungkapkan bahwa Tiongkok memberikan lampu hijau untuk investor asing menguasai 100 persen serta adanya kesepakatan mengenai upah karyawan tidak mengalami kenaikan selama lima tahun.
Mantan wakil presiden, Jusuf Kalla pernah mengatakan bahwa industri Indonesia harus belajar dari Tiongkok dan Singapura. 30 tahun lamanya waktu yang diperlukan oleh Tiongkok untuk mengubah merestorasi dari negara agraris menjadi negara industri. Indonesia mau tidak mau harus mengejar raksasa industri lainnya bila ingin lebih berkembang.
Output dari industri manufaktur Tiongkok saja pada bulan Januari hingga Februari 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 35,1 persen. Pertumbuhan tersebut lebih cepat dari kenaikan 7,3 persen pada bulan Desember 2020 lalu. Jadi jangan heran ya bila tulisan “Made in China” merajalela di Indonesia bahkan negara lainnya.
Belajar dari raksasa industri inilah, yang membuat pemerintah terus mendorong sektor atau kawasan industri sebagai penyelamat ekonomi negeri. Dari kawasan industri inilah kita dapat mengolah barang mentah menjadi barang jadi yang bermanfaat. Sumber daya alam Indonesia melimpah, tenaga kerja juga tersedia banyak. Selain itu, peluang mendatangkan investasi dari luar negeri dalam bentuk kerjasama juga penting. Ketiga faktor ini membuktikan bahwa
Mengembangkan industri yang berdikari bukanlah hal yang mustahil untuk Indonesia. Tidak hanya berdiri di kaki sendiri, namun paradigma dari negara agraris menjadi industri terwujud.
Sampai sini sudah tahu kan tujuan dari pembangunan industri? Ya, negara akan mampu memproduksi suatu produk yang memiliki nilai bermanfaat untuk warga negaranya dan juga orang-orang di luar negeri. Harapan lainnya yakni produk lokal dapat bersaing dan tidak kalah bagus kualitasnya dengan raksasa industri global.
Ketika muda-mudi Indonesia mampu memimpin industri yang berdikari dan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, maka siap-siap saja “Made in Indonesia” turut merajalela hingga ke luar negeri. Apakah kamu setuju atau ada pendapat lainnya?
Ikuti tulisan menarik Riki Sualah lainnya di sini.
