x

Photo dari online PPT\xd Melambangkan kasih dan persahabatan

Iklan

Cindy Dwi N.S

Penulis
Bergabung Sejak: 29 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 11:32 WIB

Cerpen Persahabatan

Cerpen Persahabatan ini berjudul "Pelajaran Berharga" Menceritakan tentang kisah dua orang sahabat bernama Salma dan Dini. Namun,persahabatan mereka hancur karena suatu masalah. Masalah apakah itu? Lalu apakah mereka akan kembali bersahabat? Simak cerita selengkapnya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pelajaran Berharga Salma Kirana adalah anak semata wayang yang lahir dari keluarga sederhana. Ia hanya tinggal berdua bersama dengan ibunya, Mirna. Ayahnya sudah meniggal dunia dua tahun lalu. Sejak itu, Mirna mulai bekerja sebagai penjual donat untuk membiayai sekolah Salma dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia mempunyai sahabat bernama Dini. Berbeda dari Salma, Dini terlahir dari keluarga terpandang di desanya. Meskipun dalam hal status sosial mereka berbeda, namun mereka tetap berteman baik dan tidak mempermasalahkan hal itu. Justru mereka sering menghabiskan waktu bersama. Ketika ada waktu luang, Dini sering membantu Salma berjualan donat keliling desanya. Saat ini, Salma dan Dini tengah duduk dibangku SMA kelas 12. Hampir setiap hari mereka berangkat ke sekolah bersama. Awalnya Salma tidak setuju untuk bersekolah di sekolah swasta yang sama dengan Dini karena biayanya yang mahal dan dikelilingi oleh siswa-siswi berkecukupan . Akan tetapi, berkat dukungan dari sang ibu dan Dini, ia pun setuju dan percaya bahwa siapa saja berhak untuk menuntut ilmu dimana saja. Di sekolah, Salma dikenal sebagai anak yang pandai. Terkadang ia membantu siswa lain dalam memahami pelajaran sehingga tak heran jika ia mempunyai banyak teman. Namun, hal berbeda ditunjukkan oleh teman sekelasnya, Elin yang justru merasa iri. Sejak dulu, Elin memang tidak mau berteman dengan Salma. Ia tidak suka bergaul dengan orang-orang kurang mampu, katanya. Keesokan harinya, Salma tidak terlihat di sekolah. Dini yang khawatir langsung pergi ke rumah Salma untuk mencari tahu apa yang telah terjadi. Sesampainya disana, Dini melihat ibu sahabatnya itu sedang terbaring lemah. Rupanya hari ini Salma tidak datang ke sekolah karena harus menjaga dan merawat ibunya. Dengan sigap Dini pun menawarkan bantuan agar Mirna dirawat di rumah sakit, namun mereka menolak. Semenjak ibunya sakit, Salma menjadi lebih giat mencari uang supaya bisa membeli obat dan membiayai sekolahnya sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa donat-donat pergi bersamanya ke sekolah untuk ia jual. Matahari baru saja menampakkan sinarnya, Salma sudah siap berangkat ke sekolah sambil membawa keranjang donat. Kali ini ia memang berangkat lebih pagi siapa tau ada banyak pembeli disepanjang jalan menuju sekolah. Saat tiba di sekolah, ia menuju kantin lebih dulu untuk menitipkan donatnya. Dari kejauhan terlihat sosok Elin yang sedang mengamati Salma, lantas terlintaslah pikiran yang kurang baik. Tiba-tiba ia datang menghampiri Salma lalu berteriak seraya tertawa. "Hahaha. Teman-teman, di sekolah kita ada tukang donat." Mendengar suara teriakan sontak para siswa langsung berlari menuju sumber suara tersebut. Saat semua siswa berkumpul dan tengah menatap ke arah Salma dan Elin, sesosok perempuan berjalan melewati kumpulan orang-orang berseragam putih abu-abu mendekati Elin. "Memang kenapa kalau sahabatku berjualan donat? Apakah salah jika seorang anak ingin membantu ibunya? Lagi pula donat ini rasanya tidak kalah sama donat-donat yang ada di toko," ucap sosok itu yang tak lain adalah Dini. Kemudian ia mengambil donat dan meminta salah satu temannya untuk memakan donat tersebut. "Wah, donat ini rasanya enak banget. Bahkan, rasanya lebih enak dari donat-donat yang aku beli di mall. Aku mau beli 3 dong Sal," kata Zahra, teman yang diminta Dini untuk mencicipi donat Salma. Seketika para siswa langsung berebut membeli donat Salma dan dalam sekejap habis terjual. Setelah keadaan yang cukup ramai itu berlalu, Salma memeluk Dini sambil mengucapkan terimakasih. Beberapa saat kemudian bel berbunyi, mereka segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke kelas. Teng-teng-teng suara bel istirahat berbunyi, semua siswa pergi meninggalkan kelas kecuali Elin. Tak seperti biasa Elin yang ingin cepat-cepat keluar kelas kini hanya duduk tenang di bangkunya. Merasa rencananya gagal tadi pagi membuat Elin memikirkan rencana baru untuk menjatuhkan Salma. Lalu ia mempunyai ide untuk menuduh Salma mengambil dompet Dini. Setelah semua siswa sudah keluar kelas, Elin pun menjalankan aksinya. Ia mulai mendekati tempat duduk Dini lalu mengambil dompet yang ada didalam tas dan menaruhnya di tas Salma. Elin segera beranjak pergi meninggalkan kelas agar tidak dicurigai oleh teman-temannya. Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi seluruh siswa masuk ke kelasnya. Ketika Dini membuka tas, ternyata dompetnya sudah tidak ada diposisi semula. Dengan wajah panik ia mencari dompet itu, siswa-siswa lain ikut membantu tetapi belum juga ditemukan. Akhirnya salah satu siswa mengusulkan untuk menggeledah semua tas yang ada di kelas. Alangkah terkejutnya semua orang disana ketika mengetahui dompet Dini ditemukan di dalam tas Salma. Tidak ingin orang-orang salah paham, Salma langsung membantah bahwa dirinya tidak mengambil dompet Dini. Namun, tidak ada yang percaya karena bukti mengarah padanya. Sementara itu, di wajah Dini nampak ada keraguan apakah benar sahabatnya sendiri tega mencuri dompet miliknya. Melihat keadaan itu Elin malah menghasut Dini agar menyalahkan Salma. Fakta bahwa dompetnya berada didalam tas Salma membuat Dini terpengaruh oleh Elin. Lalu ia memarahi Salma dan mengatakan tidak ingin bersahabat lagi dengannya. Salma hanya bisa pasrah, tak tau lagi apa yang harus ia lakukan agar Dini percaya padanya. Nampaknya kejadian di kelas waktu itu membuat Dini sangat marah hingga ia tidak mau lagi duduk disebelah Salma. Salma jadi merasa sangat kesepian karena hari-harinya harus dilalui tanpa kehadiran Dini, sahabat yang selalu berbagi suka dan duka dengannya. Hal seperti itu rupanya juga dirasakan Dini. Meskipun ia sudah mempunyai sahabat baru yaitu Elin, namun keberadaannya tak bisa menggantikan posisi Salma. Memang Salma dan Elin mempunyai kepribadian yang jauh berbeda, Salma lebih pengertian dari Elin. Itulah sebabnya Dini tak bisa melupakan Salma walaupun sudah dikecewakan. Hari kelulusan pun tiba, semua siswa yang lulus mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Demikian pula Dini dan Elin, mereka memilih perguruan tinggi yang sama. Lain halnya dengan Salma, ia justru memilih menunda kuliahnya. Ia ingin lebih dulu fokus merawat ibunya sembari berjualan donat. Beberapa hari kemudian, Mirna nampak lebih sehat sehingga ia memutuskan untuk membantu Salma membuat donat. Akhir-akhir ini donat buatan Salma memang sedang laku keras. Rasa donat yang khas ditambah dengan beberapa variasi rasa seperti coklat, keju, dan kacang membuat donatnya banyak diminati orang-orang. Satu tahun berlalu, usaha donat Salma semakin maju. Alhasil Salma dapat melanjutkan kuliah dari sebagian uang hasil penjualan donat yang ia tabung. Mengingat biaya kuliah jurusan kedokteran menghabiskan biaya yang tidak sedikit membuat Salma lebih memilih Jurusan Baking and Pastry Art. Ia tetap bersyukur karena bisa kuliah di jurusan yang dapat membantu mengembangkan usaha donatnya kelak. Ini adalah pertama kalinnya ia berada jauh dari sang ibu tercinta. Namun, hari demi hari kuliah dilewatinya dengan penuh semangat. Bahkan, saat menempuh kuliah semester tiga ia mendapat beasiswa selama satu tahun. Beberapa tahun kemudian, Salma lulus kuliah dan mendapat gelar sarjana. Begitu juga Elin dan Dini yang lulus dari Jurusan Fashion Disign. Meskipun tertinggal satu tahun dari mereka, tetapi Salma lulus dengan predikat cum laude sehingga dapat lulus bersamaan. Pada suatu hari ketika pergi ke rumah sakit ia tak sengaja bertemu Elin. Dimata Elin terlihat jelas butiran air mata yang membasahi kedua pipinya. Dengan langkah ragu-ragu Salma mendekati Elin kemudian menyapanya. "Hai, Elin." Elin yang terkejut melihat Salma ada dihadapannya langsung mengangkat tangan untuk menghapus air matanya. Entah angin apa yang membuat Elin tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Salma. Sambil tersedu-sedu ia menceritakan musibah yang menimpa keluarnya. Elin berkata bahwa perusahaan milik keluarganya bangkrut karena ayahnya terjerat kasus korupsi. Sementara ibunya sedang dirawat di rumah sakit, namun ia tak memiliki uang untuk membayar biaya perawatannya. Mungkin selama ini tidak ada tempat bagi Elin untuk menuangkan isi hatinya, maka dari itu ia menceritakannya kepada Salma. Meski masih heran dengan apa yang dilakukan oleh Elin, Salma ikut merasa prihatin. Lalu ia membantu Elin membayar biaya rumah sakit. Mendengar itu, Elin mengucapkan terima kasih. Sadar akan kebaikan hati Salma membuat Elin menyesali perbuatannya. Setelah ibunya pulang dari rumah sakit, ia menemui Dini untuk mengatakan kejadian sebenarnya saat kelas 12 SMA dulu. Tanpa menanggapi ucapan Elin, Dini menarik tangan Elin untuk pergi ke rumah Salma. "Tok..tok...tok....Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," jawab Salma sambil membuka pintu. "Dini, Elin, ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Salma. Kemudian Dini menjelaskan semuanya. "Maafkan aku Salma. Aku begitu tega hingga tidak mempercayai sahabatku sendiri," ucap Dini. "Aku juga minta maaf Salma. Begitu jahatnya perbuatanku dulu kepada kamu dan Dini. Aku benar-benar menyesal," ujar Elin. "Iya, tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan kalian," timpal Salma. Mereka bertiga lalu berpelukan. Sungguh pemandangan yang indah bukan? Sekarang Salma, Dini, dan Elin sudah menjadi sahabat. Mereka berniat untuk menitih usaha donat bersama. Walau Dini masih hidup berkecukupan tetapi ia tak mau bergantung pada orang tuanya dan ingin hidup mandiri. Mereka memulai usaha dengan belajar cara membuat donat. Dini dan Elin sangat antusias mengikuti langkah demi langkah yang diajarkan Salma. Berkat kerja kerasnya, tak disangka usaha donat mereka dibanjiri banyak pesanan. Inovasi rasa baru dari donat menjadi yang paling banyak diincar oleh para pembeli. Semakin hari usaha donat mereka semakin berkembang. Mereka membuat toko yang lebih besar supaya memudahkan proses produksi donat. Dua hari menjelang pembukaan toko baru terdengar kabar Salma masuk IGD. Dini dan Elin pun bergegas untuk menjenguk Salma. Ketika diizinkan masuk ke ruang IGD mereka menangis karena tak tega melihat sahabatnya terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Salma hanya tersenyum melihat Dini dan Elin, ia tak ingin terlihat lemah. Kemudian ia meminta mereka untuk memeluknya. Mungkin Salma tau ini adalah pertemuan terakhir dengan sahabatnya sebab kondisinya sudah sangat lemah. Dipelukan Salma, Dini bertanya namun tak ada jawaban dan respon sama sekali. Rupanya Salma sudah tidak bernapas lagi. Dokter menjelaskan Salma mengidap penyakit kanker stadium akhir sehingga nyawanya tidak tertolong. Semua orang yang ada sana sangat terpukul dan tidak menyangka kalau Salma akan pergi secepat ini. Selama ini tak ada yang mengetahui bahwa Salma mengidap penyakit berbahaya seperti kanker. Salma tidak mau sakit kanker yang dideritanya membuat orang-orang merasa sedih dan khawatir. Setelah mengurus pemakaman Salma, Dini dan Elin memilih untuk melanjutkan pembukaan toko baru. Mereka ingin mewujudkan impian Salma yang selama ini belum terpenuhi. Mereka juga sepakat untuk menamai toko tersebut dengan nama 'Toko Donat Salma' sebagai tanda untuk mengenang sahabat terbaiknya itu. Hari pembukaan toko donat tiba, Dini, Elin, dan Mirna memotong pita sebagai tanda toko sudah resmi dibuka. Baru beberapa menit dibuka para pembeli sudah berbondong-bondong datang. Saat malam hari tiba, Dini dan Elin pergi ke taman tempat mereka berkumpul dulu bersama Salma. Disana, mereka berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kejadian waktu itu memang memberikan pelajaran berharga agar jangan menuduh orang lain tanpa bukti yang jelas karena jika orang yang dituduh tidak bersalah justru akan menimbulkan rasa penyesalan pada diri sendiri. Sambil menatap bintang-bintang yang bercahaya di langit, Dini dan Elin berdoa supaya Tuhan menempatkan Salma disisi terbaik-Nya. Selamat jalan Salma, di sini semua orang akan selalu meridukanmu.

Ikuti tulisan menarik Cindy Dwi N.S lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu