x

Puncak Gunung Sumbing 3.371 MDPL.

Iklan

Muhammad Nurul Huda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Jumat, 17 Desember 2021 13:02 WIB

Bukan Cerita Horor, Naik Gunung Sumbing 3.371 MDPL

Aku bercerita tentang perjalanan mendaki Gunung Sumbing dengan ketinggian 3.371 MDPL jujur ini tulisan masih asal-asalan karena jarang nulis, semoga bermanfaat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perkenalkan namaku Imam seorang mahasiswa yang suka dengan kegiatan di alam. Kali ini aku akan bercerita tentang perjalananku mendaki gunung tertinggi urutan ke 3 sePulau Jawa, apa lagi kalau bukan Gunung Sumbing dangan ketinggian 3.371 meter diatas permukaan air. 

Sebelum pergi aku pamit dulu, meminta izin restu sama bapak dan ibu dan setelah drama agak panjang akhirnya di bolehkan asal 2 hari sudah balik kerumah. Aku pergi kerumah teman ku yang bernama Rino dia teman seangkatan waktu SMP. Sesampainya di depan rumah Rino aku langsung masuk rumahnya tampa salam atau ketuk pintu, ya begitulah namanya aja sudah akrab dan kadang ibu Rino sudah menganggap aku seperti anaknya sendiri. Rino ternyata sudah bersiap-siap sejak subuh hebat banget ni anak niat emang nomor satu. 

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 11:30 WIB kamipun bergegas menunaikan solat dzuhur. Sesudah sholat aku sedikit berbincang dengan Rino yang intinya kalo sampai puncak kita agak lama serta jangan terburu-buru untuk turun. Kami pun memulai persiapan dengan berdoa terlebih dahulu, semoga selamat sampai rumah kembali. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perjalanan dimulai kami hanya berdua karena niat awal agar tidak ada beban, eh maksudnya beban temen yang suka ngeluh. Oh iya rumah Rino itu sampingnya basecamp pendakian. Setelah satu jam kami baru sampai di pos 0 dimana dari basecamp sampai pos 0 didominasi dengan ladang tembakau warga, oh iya ini di daerah Temanggung sedang musim tanam tembakau, isi ladangnya banyak tanaman tembakau. Setelah pos 0 tidak ada ladang dan itulah titik gerbang hutan perhutani.

Eh bentar ini mau cerita horor atau cerita perjalanan mendaki gunung sih heran bahasanya seperti jejak petualang. Oke jadi aku akan cerita perjalanan horor ku ketika mendaki Gunung Sumbing. Hal aneh yang aku rasain saat mendaki gunung ini pasti di pos 2, pos dua ditandai dengan adanya pohon besar entah jenis apa namanya. Area pos dua kami beristirahat lama memasak air untuk menyeduh kopi, kami lupa perkataan orang tau yang kami temui saat sebelum pos 0 beliau berkata jika di pos 2 jangan terlalu lama pamali. Hiks ya begitu lah hal pertama yang kami langgar, Sekitar 45 menitan kami di pos 2 dan melaksanakan sholat ashar.

Oh iya kami melanjutkan perjalanan, aku didepan dan Rino dibelakang. Entah mengapa tas carrier yang ku pakai terasa berat tidak seperti biasanya, apa jangan-jangan emm entahlah aku hanya bertanya-tanya apa aku salah dalam menata isi tas. Hal itu yang membuat aku begitu capek hingga kami beristirahat sebelum sampai pos 3 dan merapikan tas yang ku pakai. Rino menyalakan rokok dan meminta seteguk air untuk menghilangkan rasa hausnya. Ketika menyalakan rokok ada hal aneh yang aku rasakan bagaimana tidak rokok yang Rino nyalakan asapnya berbau menyan khas orang dulu. Aku sempat bertanya, kenapa baunya menyengat seperti ini?.. dia gak menjawab dan terdiam.

Haduh lama betul nulis tuh, mana ini tulisan juga belum sampai klimaksnya lagi. oke lanjut. Sesampainya pos tiga kami di sambut oleh kabut tebal dan rintik hujan udara mulai dingin dan gelap pertanda malam. Kami tidak beristirahat takut sampai pos empat kemalaman. 

Sebelum sampai pos empat kita harus memanjat tebing yang tingginya kurang lebih 8 meter dengan bantuan tali yang sudah disiapkan. Mungkin untuk pendaki pemula jalur ini sangat tidak di rekomendasikan karena asli capek dan gak ada bonusnya. Rino agak kesulitan karena tangan kirinya membawa tenda yang lumayan berat dan hanya mengandalkan dua kaki dan satu tangan kanan. Entah sesampainya di pos empat kepalaku pusing aku teringan di pos ini pernah ada orang meninggal karena tersambar petir. oke lanjut aja Rino mengusulkan agar camp di puncak saja jangan di pos empat aku sih iya iya aja asal masih kuat jalan,   oke lanjut aja ceritanya kami nggak camp di puncak tapi di bawah puncak yang ada tanah lapang karena gerimis dan kami asal-asalan dalam mendirikan tenda karena hujan mulai deras. Asli jujur aku takut mana kabut tebal dan angin kencang. 

Sebelum tidur Rino bercerita tentang rokoknya yang bau menyan, sebenarnya dia mencoba untuk mengusir sosok besar yang ada di atas tas aku. Sungguh aku terkejut aku tahu kalau dia itu indigo. Oke lanjut tidur, ceritanya besok lagi. Tapi ketika aku tidur tiba tiba perutku sakit dan muntah di depan tenda, rasanya sakit banget tapi setelah itu plong lega, itu terjadi nggak satu atau dua kali tapi berkali-kali, sampai aku tak sadar. Yang ku ingat hanya kasur-kasur dan kasur. Ternyata aku mengalami hipotermia yang membuat alam pikiran dan tingkah laku ku beda dengan pikiranku. 

Paginya alhamdulillah cerah aku sudah sadarkan diri dan mulai bisa tersenyum terimakasih Rino telah menolongku malam itu. Dia bilang kalau tadi malam aku muntah samai belasan kali dan dia menghitung lebih dari 15 kali. Wow muntah apa itu, katanya kamu muntah hanya air air dan air. Kami melanjutkan naik kepuncak sesampainya di kawah gunung Sumbing kami bingung ingin menaklukan puncak yang mana dulu, kami masih punya waktu panjang dan berniat untuk mendatangi semua puncaknya. Rino pun memutuskan untuk ke puncak buntu, oke baiklah, namun hal yang tidak kami inginkan malah terjadi ya kami tersesat di kawasan puncak gunung Sumbing sekitar 3000 MDPL an. Baru sadar kalau puncak buntu yang buntu nggak ada jalan. Mau arah balik jalannya nggak jelas takut nyasar lagi, mau lanjut juga gak ada jalan hadeh takut. Gak bisa tenang samar hilang dan meninggal.

Hiks takut, aku pun menenangkan diri tenang pasti ada jalan. Kami berjalan lagi ya nggak di jalan di antara banyak bebatuan vulkanik dan rumput sabana. Sampai akhirnya kami menjumpai makam dekat gua dan makam itu di atas gumukan tanah. Anehnya Rino dapat melihat tiga makam tapi aku hanya dapat melihat satu. Dasar anak indigo, buat tambah takut aja. setelah lama tersesat dan jatuh bangun kurang lebih 4 jam tersesat dengan bekal satu botol minuman karena semua barang kami tinggal di tenda. Kahirnya menemukan jalan pendakian tapi harus naik lagi dan sampai di segoro wedi. Syukurlah bisa pulang dengan selamat gak jadi meninggal. Dan kami pun memutuskan untuk pergi ke tenda dan gak jadi menjelajah semua puncak karena tersesat. Jadi ingat sebelum mendaki aku bilang nanti kalau di atas agak lama ya Rino eh taunya tersesat, sungguh ucapan adalah doa.

Jadi maaf ya kalau ceritanya nggak sebagus yang kamu kira. Jujur sudah lama tidak menulis cerpen dan bahasa pasti belepotan nggak jelas. Sekali lagi mohon maaf.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Nurul Huda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler