x

Iklan

Aidin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Februari 2022

Rabu, 23 Februari 2022 08:26 WIB

Tiga Hal yang Membuat Saya Berhenti Membeli Buku Bajakan.

Bayangkan seandainya penulis yang bukunya dibajak itu adalah kita. Bagaimana rasa sakit hatinya ketika karya kita dibajak seperti itu? Apakah kita bakal membiarkan buku kita dibajak?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah kekhusyukan ritual skrol timeline Instagram tiap malam, ada sebuah postingan yang menarik perhatian saya saat itu. Postingan itu berbentuk mikroblog yang slide-1 nya bertuliskan “Ada penulis senior ngamuk.” Otomatis penasaran saya nih apa hal yang buat penulis senior itu ngamuk. Alhasil saya baca sampai selesai postingan itu. Setelah selesai baca, saya cuma bergumam “Oh, karena ini”. Yup, sebab penulis itu marah adalah karena masalah buku bajakan.

Nggak tau kenapa rasanya pesimis lihat penyelesaian dari masalah buku bajakan ini. Sudah banyak cara dilakukan untuk memberantas persebaran buku bajakan. Mulai dari pelaporan toko-toko online yang berujung pada penutupan toko tersebut sampai kampanye boikot buku bajakan oleh para penulis. Tapi hasilnya tetap nihil. Buku bajakan ini udah kayak jamur di musim hujan.

Salah satu penulis yang paling keras bersuara untuk memerangi buku bajakan adalah Tere Liye. Coba aja deh kunjungi Fanpage Facebooknya. Beuh, hampir dari sekian banyak postingan quote, pasti ada diselipin satu postingan yang bahas masalah buku bajakan. Mulai dari cara yang halus kayak menghimbau untuk jangan beli buku bajakan sampai cara yang keras kayak nampilin nama toko buku online yang jual buku bajakan ke publik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Susah untuk kita tepis kalau harga murah jadi daya tarik paling besar kenapa buku bajakan masih laris. Perbedaan harga buku bajakan sama yang ori bahkan kadang “nggak ngotak”. Bayangin aja, buku ori yang harganya 100 ribu bisa jadi cuma 40 ribu kalau versi bajakannya. Gimana nggak tergoda karena perbedaan harga yang bagai langit dan bumi. Saya pun nggak luput dari kekhilafan menikmati buku bajakan karena harga yang begitu menggoda.

Dari pengalaman kekhilafan menikmati buku bajakan, saya mau ngajak kita semua untuk coba duduk sebentar sambil berfikir kerugian yang didapat karena beli buku bajakan. Percayalah! Dibalik harga murah itu ada lebih banyak kerugian yang didapat.

  1. Kualitas buku yang buruk

Gimana ceritanya kita pesan kereta kelas ekonomi tapi ngarep dapet fasilitas kayak kelas eksekutif. Kira-kira itu perumpamaan buku bajakan. Dengan harga yang murah pastinya kita nggak bakal dapet kualitas kayak buku ori. Warna kertas yang burik kayak kertas fotokopian bakal jadi fasilitas yang didapat dari buku bajakan. Udah seneng dapet buku dengan harga miring, eh malah buat mata jadi miring karena tulisan yang buram.

Belum cukup sampai di tulisan yang buram, buku bajakan itu nggak niat banget dalam hal pengeleman. Lagi asyik-asyik baca eh tiba-tiba halaman sekian lepas dari bukunya. Syukur kalau yang lepas cuma satu halaman, lah kadang hampir setengah halaman dari buku itu lepas. Ini kita beli buku atau kumpulan naskah kuno yang tercecer.

Belum lagi bau dari kertasnya yang menusuk hidung banget. Ok kalau baunya harum dan enak. Ini mah boro-boro harum, yang ada bikin dada sesak karena bau tinta yang menyengat.

  1. Merugikan diri sendiri

Secara nggak sadar beli buku bajakan itu ngerubah diri kita menjadi orang yang egois. Kok egois? Iya, egois. Kita cuma mikirin diri sendiri. Nggak mikirin kalau beli buku bajakan itu kita udah menghambat rezeki beberapa orang bahkan bisa saja mematikan sumber pendapatannya, salah satunya adalah si penulis

Hasil penjualan dari buku bajakan itu sama sekali nggak ada ke penulis atau singkatnya penulis nggak dapet royalti dari buku bajakan. Ya gimana mau dapet royalti, bukunya dibajak. Yakali kan ada maling yang bagi hasil curiannya ke orang yang dia curi. Bayangkan seandainya royalti dari penjualan buku itu jadi pemasukan utama si penulis, terus karena kita beli buku hasil bajakannya, si penulis jadi nggak ada uang buat beli susu untuk anaknya.

Kita mau jadi orang sejahat itu?

  1. Ilmu yang didapat tidak menjadi berkah (bermanfaat)

Tujuan kita baca buku itu apa sih? Jadi orang pintar dan berilmu Terus tujuan kita pintar itu apa? Biar bisa berguna untuk orang lain. Lah, tapi gimana ceritanya kita bisa jadi orang pintar tapi hasil dari mencuri?

Iya, baca buku bajakan itu sama saja kita menggunakan bahan curian. Yang punya ilmu dalam buku itu nggak ikhlas bukunya diperbanyak tanpa seizin dia. Otomatis ilmu di dalam buku bajakan itu nggak berkah. Karena inti dari sebuah ilmu itu adalah keberkahan.

Kita bisa aja jadi orang pintar terus jadi pejabat dari hasil buku bajakan itu. Tapi ilmu itu nggak bakal bermanfaat untuk orang lain, cuma mengendap di diri sendiri. Bahkan bisa saja ilmu itu malah menjadikan kita orang yang serakah dan buruk.

Bayangkan seandainya penulis yang bukunya dibajak itu adalah kita. Bagaimana rasa sakit hatinya ketika karya kita dibajak seperti itu? Apakah kita bakal membiarkan buku kita dibajak?

Ikuti tulisan menarik Aidin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler