x

(Sumber: http://kumpulan-pelajaran-by-arfa99.blogspot.com)

Iklan

Nadhila Zahra Rahmahwati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 April 2022

Senin, 18 April 2022 13:32 WIB

Konvensi Bahasa Pada Naskah Drama Awal dan Mira

Konvensi dalam sastra digunakan sebagai nilai estetika, keindahan, dan keunikan dalam sebuah karya sastra. Konvensi dalam sastra bersifat tidak membatasi, tetapi harus tetap mengikuti aturan yang telah disepakati

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam menulis dan membaca sebuah karya sastra, kita perlu mengetahui konvensi yang dimiliki dalam sebuah karya sastra tersebut. Konvensi merupakan aturan yang disepakati oleh masyarakat dan sudah menjadi sebuah tradisi. Konvensi dalam sastra itu penting sebagai nilai estetika, keindahan, dan keunikan dalam sebuah karya sastra. Meskipun demikian, konvensi dalam sastra ini sifatnya tidak membatasi, tetapi tetap mengikuti aturan yang telah disepakati.

Karya sastra seperti novel, puisi, cerpen, prosa, dan naskah drama masing-masing memiliki bahasanya sendiri. Bahasa yang terdapat dalam karya sastra, mempunyai ciri khasnya masing-masing. Konvensi dalam setiap karya sastra itu berbeda. Seperti halnya konvensi puisi yang berbeda dengan konvensi naskah drama, cerpen, dan novel. Konvensi yang akan dibahas saat ini adalah konvensi bahasa pada naskah drama yang berjudul "Awal dan Mira".

Naskah drama merupakan salah satu karya sastra berbentuk sebuah cerita yang diuraikan. Cerita tersebut diuraikan dari satu adegan ke adegan lainnya hingga membentuk sebuah dialog. Sedangkan pengertian drama adalah jenis karya sastra yang menggambarkan suatu kisah, watak, dan tingkah laku manusia yang disampaikan melalui peran dan dialog.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Awal dan Mira adalah sebuah karya sastra yang sampai saat ini masih relevan dan menarik untuk dibaca. Naskah drama ini adalah karya dari Utuy Tatang Sontani yang terbit pada tahun 1951. Naskah drama ini juga sudah sering dipentaskan di panggung teater oleh siswa sekolah menengah maupun kelompok teater profesional. Naskah drama Awal dan Mira menceritakan kisah cinta kehidupan pada masa pascaperang dengan tokoh utama yang bernama Awal dan Mira. Dalam naskah drama ini memiliki makna bagi kehidupan dan makna dari sebuah perjuangan.

"Mas, apa yang kau lakukan selama ini, di hadapanku bagiku lebih membadut daripada kelakuan orang-orang yang kau sendiri namakan badut. Kau mencela jiwa orang lain, tetapi kau sendiri merangkak-rangkak di bawah kaki mereka. Kau badut besar. Akibat peperangan kau sudah kehilangan pegangan, kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Padahal di zaman sekarang, bagi kita tidak ada yang mesti dipercaya selain diri sendiri. Tidak ada, sungguh, tidak ada!".

Di atas merupakan salah satu kutipan dialog pada naskah drama "Awal dan Mira" karya Utuy Tatang Sontani yang menurut saya itu menarik. Kutipan tersebut memiliki makna tersurat dalam estetika kata dan juga bahasanya. Seperti pada kata "membadut" yang ditujukan Mira kepada Awal. Makna dari "membadut" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu melawak atau berbuat yang lucu-lucu. Kutipan dialog tersebut juga memiliki makna tersirat, dimana orang yang membacanya memiliki penafsiran yang berbeda dengan berbagai pandangannya masing-masing.

Penulis atau sastrawan memang perlu memiliki konvensi bahasa untuk mempertimbangkan karya yang akan dibuatnya. Konvensi bahasa ini adalah bentuk kreativitas dan inovasi dari penulis. Seiring dengan perkembangan zaman, karya sastra akan mengalami perubahan. Oleh karena itu, penulis harus memiliki inovasi untuk mengembangkan karya yang akan dibuatnya. Walaupun konvensi bahasa ini memiliki sifat tidak membatasi, tetapi jika penulis tidak memperhatikan konvensi bahasa dalam menulis sebuah karya, maka sifat tidak membatasi itu bisa melampaui kebebasan. Sehingga karya yang ditulisnya menjadi sulit untuk diketahui maknanya. Selain penulis sastra, pembaca sastra juga harus menguasai konvensi bahasa, agar pembaca dapat mengapresiasi karya sastra yang dibacanya. Sebab, setiap karya sastra memiliki keunikan bahasanya masing-masing.

Orang-orang yang sudah membaca naskah drama "Awal dan Mira" pasti mengetahui bahasa yang digunakan dalam drama tersebut. Menurut saya, penulis naskah drama ini sudah memperhatikan konvensi bahasa yang digunakan. Karena, bahasa dalam naskah drama ini masih dapat diketahui maknanya oleh pembaca dan tidak terlalu sulit untuk bisa memahami maksud dari naskah drama ini.

Ikuti tulisan menarik Nadhila Zahra Rahmahwati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu