x

Iklan

Ainul Yakin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Juli 2022

Sabtu, 2 Juli 2022 06:22 WIB

Morfologi

Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasi satuan- satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi memperlajari seluk- beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Kata morfologi berasal dari kata morphologie.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MORFOLOGI

Djoko Kenjono

Morfem

Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya. Satuan gramatikal yang terkecil itu disebut morfem. Sebagai satuan gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil, morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna. Kata terkecil itu menyiratkan adanya satuan-satuan gramatikal yang lebih besar dari pada morfem. Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dengan demikian, morfem menjadi bagian pembentuk atau konstituen satuan-satuan gramatikal yang lebih besar itu.

Morfem dapat dikenal karena pemunculannya yang berulang. Dalam praktik, morfem ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan, yakni kesamaan dan per-tentangan dalam bentuk (fonologis) dan dalam makna. Jika kata

(1) Diambil,
(2) Dibawa,
(3) Dicuri,
(4) Didukung,

Dibanding dengan kata

(1) Ambil,
(2) Bawa,
(3) Curi,
(4) Dukung,

Pertama-tama akan terlihat bentuk-bentuk yang sama susunan fonemnya, yakni /di/. Kedua makna yang membedakan diambil dengan ambil juga terdapat dalam pasangan dibawa-bawa, dicuri-curi, dan didukung-dukung. Dengan kata lain, /di/mempunyai makna. Bentuk /di/ternyata tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian bermakna yang lebih kecil. Dengan perbandingan seperti di atas, kedudukan /di/sebagian morfem untuk sementara dianggap terbukti.

Dengan membandingkan

(9) di Enarotali,

(10) di Fakfak,

(11) di Gorontalo,

Dengan

(12) eranotali

(13) Fakfak,

(14) Gorontalo,

Akan terlihat juga bentuk dengan susunan fonem /di/yang bermakna. Dari perbandingan ini diperoleh pula (dalam kesimpulan sementara) morfem yang berbentuk /di/Namun, segera akan terlihat bahwa /di/yang terdapat dalam diambil, dibawa, dicuri, dan didukung mempunyai makna yang jelas berbeda dari makna /di/ yang terdapat dalam di Enarotali, di Fakfak, dan di Gorontalo. Kedua /di harus dilihat sebagai dua morfem yang berbeda. Untuk membedakan kedua morfem itu, dapat digunakan angka seperti {di1} dan {di2}.

Dari contoh pengenalan morfem di atas, kelihatan bahwa pekerjaan itu mudah dilakukan. Mungkin demikian halnya jka unsur yang dihadapi hanya mempunyai satu bentuk fonologis. Lagi pula contoh yang dibicarakan adalah dari bahasa pengamat sendiri atau dari bahasa yang dikuasai pengamat.

Morfem dan Alomorf

Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud lahiriah atau bentuk (bentuk) fonologisnya. Bentuk-bentuk fonologis sebuah morfem dapat dipandang sebagai anggota-anggota atau wakil morfem tersebut.

Sebagian besar morfem mempunyai wujud lahiriah yang tetap di mana pun tempatnya, sedang sebagian lain berbeda wujud lahiriahnya jika berbeda tempatnya. Morfem {di} di atas merupakan contoh morfem yang mempunyai  satu wujud fonologis saja. Morfem {me} merupakan contoh morfem yang mempunyai beberapa wujud fonologis: me, mem, men. Meskipun wujud fonologisnya berbeda, kemiripan fonologis yang masih nyata serta sesamaan makna di antara  keenam wujud itu memberikan kedudukan kepada keenam bentuk itu sebagai anggota-anggota atau wakil dari satu morfem saja. Anggota-anggota suatu morfem disebut almorf morem itu.

Jenis Morfem

Morfem dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan beberapa ukuran.

Dalam pembicaraan contoh {di} dan {me} di atas, sebenernya telah diiperlihatkan jenis morfem berdasarkan banyaknya alomorf yang menyatakannya. Morfem {di} dapat dikatakan beralomorf satu, sedangkan {me} beralomorf lebih dari satu.

Morfem juga dapat digolongkan menurut kemungkinannya berdiri sebagai kata. Morfem seperti {di} dan {ber} menurut penggolongan ini disebut morfem terkait, karena keduanya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, melainkan selalu ada bersama dengan morfem lain. Sebaliknya, morfem seperti {lihat} dan {orang} dapat berdiri sebagai kata, bahkan sebagai kalimat jawaban atau perintah. Morfem seperti ini disebut morfem bebas.

Contoh morfem suprasegmental berikut ini diperoleh dari baasa ngbaka, suatu bahasa Sudan di Congo Utara.

Menurut jenis fonem yang menyusunnya, dikenal morfem segmental, morfem supra  segmental, dan morfem segmental-suprasegmental. Morfem seperti {lihat}, {orang}, {ter}, dan {lah} adalah morfem segmental karena disusun oleh unsur-unsur segmental.

Bahasa Burma, Cina, dan Thai merupakan contoh bahasa yang bermorfem segmental suprasegmental. Perhatikan contoh bahasa Thai berikut. Kata-kata yang berbeda maknanya dinyatakan dengan bentuk segmental yang sama, /mun/, tetapi dengan nada yang berbeda-beda: netral, naik-turun, dan naik.

Perbedaan antara morfem yang satu dengan morferm lainnya dapat juga ditinju berdasarkan jumlah fonem yang membentuknya. Secara teoretis, tidak ada pembataasan dalam jumlah fonem yang boleh membentuk sebuah morfem. Perhatikan contoh berikut dalam bahasa Indonesia:

{i} ​​1 fonem

{ke}​​2 fonem

{aku} ​​3 fonem

{akan}​​4 fonem

{permainsuri}{10 fonem}

Perlu dicatat bahwa banyak ahli bahasa beranggapan bahwa dalam beberapa bahasa terdapat morfem yang salah satu anggotanya tidak mempunyai wujud fonologis. Alomorf seperti itu disebut alomorf nol, kosong.

(15) i have a book dan

(16) i have two books dengan

(17) i hape a sheep dan

(18) i have two sheep;

 

Atau

 

(19) they call me Rambo dan

(20) they called me Rambo dengan

(21) they cut the grass (every Saturday) dan

(22) they cut the grass (last Saturday)

 

Dari perbandingan antara (15) dan (16) dengan (17) dan (18) diperoleh perbandingan berikut.

Book : books = sheep : sheep = tunggal : jamak

 

Karena books dari dua morfem, sheep dalam contoh (18)  pun terdiri dari dua morfem. Pada books penanda jamak berupa /s/, sedang pada sheep penanda jamak itu tidak berwujud. Jadi penanda jamak pada sheep adalah /ø/. Dengan pengertian ini, kata cut yang terdapat pada contoh (22) terdiri atas dua morfem, yakni {cut} dan penanda kala lampau yang berupa ø.

Morfem dapat juga dibedakan menurut macam makanya.  Ada golongan morfem yang mempunyai semacam makna dasar yang menunjuk kepada beda, hal, perbuautan, atau sifat yang terdapat di alam sekitar kita. Morfem seperti ini dikatakan mempunyai maksa leksikal dam disebut morfem leksikal. Morfem seperti {pohon}, {duduk}, dan {sejuk} termasuk dalam golongan ini. Golongan morfem yang lain tidak atau hampir tidak mempunyai makna dasar, tetapi kehadirannya membawa fungsi grmatikal. Morfem seperti ini disebut morfem gramatikal. Contoh morfem golongan ini ialah {ber}, {me}, {kan}, dan {di}.

Morf

Tiap bentuk terkecil yang mempunyai makna,  yang tidak atau belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem, disebut morf. Jika morf telah dilihat sebagai anggota morfem tertentu, morf tersebut sekarang berkedudukan sebagai alomorf.

Tampaknya bahwa sebenarnya morf dan alomorf adalah dua nama bagi wujud yang sama. Penamaan yang berbeda itu dimaksud untuk menujukan beda tingkat analisisnya. Jika wujud itu (yakni satuan terkecil yang bermakna) tidak dikaitkan dengan morfem tertentu, wujud itu bernama morf. Jika wujud itu sekarang dilihat sebagai anggotaa suatu morfem, maka wujudnitu menjadi alomorf morfem tersebut.

Ketika kita membandingkan contoh-contoh morfem {di} di awal, kita menyatakan bahwa pemberian satatus morfem lepada /di/ hanya bersifat “sementara”. Kualifikasi “sementara” ini lebih mudah dipahami jika apa yang semla diduga merupakan morfem ternyata hanyalah salah satu wujud dari morfem yang masih harus ditemukan.

Sebagai contoh, kalau mula-mula kita bertemu dengan data seperti

Membuatbuat

Membekubeku

Membusukbusuk

Membaikbaik

Membesarbesar

Membengkakbengkak

Kita barangkali cenderung berkesimpulan bahwa /mem/ merupakan satu morfem karena /mem/ muncul enam kali dengan makna yang sama.

Sebelum kita mempertimbangkan data lain, kita tidak dapat langsung berkesimpulan seperti di atas. Sebelum sampai kepada kesimpulan mengenai status morfemis wujud /mem/ itu, kita akan menganggapnya hanya sebagai morf.

 

 

Ikuti tulisan menarik Ainul Yakin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu