Fenomena mengemis online di media sosial kembali menghentak jagad permedsosan Indonesia. Seorang nenek yang secara live mandi lumpur sambil kedinginan dan meminta bayaran sesungguhnya tengah live melucuti harga dirinya dan penonton yang membayar sebagai manusia. Uang memang menjadi faktor utama alasan tindakan bodoh itu dipertontonkan. Manusia memang secara alami ingin hidup enak tanpa kerja keras.
Pemerintah sebetulnya sudah jelas-jelas menetapkan aturan untuk menghindari konten-konten bodoh seperti ini disebar luaskan. Ada UU ITE yang mengatur dan memberi hukuman untuk penyebar-penyebar konten nirguna ini.
Medsos saat ini memperlihatkan wajah yang sadis dan diluar nalar. Ini, misalnya, terjadi pada kasus penculikan dan pembunuhan bocah di Makassar. Organ tubuh korban mau dijual oleh pelaku yang terhitung masih remaja namun berotak setan. Pelaku mengaku kursus dari medsos selama setahun sebelum melakukan tindakan ala-ala frankastein tesebut.
Jauh sebelum kedua peristiwa itu medsos kerap menjadi tempat untuk bunuh diri secara live. Entah apa yang merasuki manusia-manusia sumbu pendek tersebut. Parahnya lagi, banyak nitizen menjadi pecandu siaran-siaran live berbau anyir itu. Mereka rela merogoh kocek untuk menonton siaran langsung tayangan horor dan melucuti nilai-nilai kemanusiaan. Kalau dulu tontonan -tontonan tersebut, hanya ada di dark web dan hanya dapat diakses esklusif, saat ini hanya dengan membuka medsos kita bisa menyaksikan acara-acara ekstrem tersebut dengan gampang.
Acara-acara ngemis online, bunuh diri online terjadi karena para pelaku mengetahui bahwa penonton rela merogoh kocek dan meluangkan waktu untuk mereka. Itu sebabnya kita dituntut cerdas dalam bermedsos. Mereka semangat karena melihat berjubelnya akun yang menonton acara live tersebut.
Pemerintah sudah saatnya bertindak tegas dengan menggunakan UU ITE menjerat penyebar konten-konten nirguna seperti itu. Hukum suply and demand berlaku di acara-acara seperti itu. Ada permintaan, ada penawaran. Jadlah nitizen yang cerdas. Jangan mau buang waktu dan buang uang untuk sesuatu yang bernilai sampah. Masih banyak konten-konten yang bermanfaat untuk pengembangan diri ketimbang menyaksikan acara-acara live yang melucuti nilai-nilai kemanusiaan.
Gerakan bermedsos secara sehat harus digulirkan dengan masif. Kalau banyak yang terlibat, maka acara-acara konyol seperti itu akan hilang dengan sendirinya.
Dalam buku Psikology of Money diungkapkan manusia memang ditakdirkan tergila-gila dengan yang namanya uang. Uang kerap kali menjadikan manusia gelap mata dalam kehidupanya. Pembunuhan berantai yang terjadi di Bekasi dan di banyak tempat juga dilatar belakangi oleh uang. Maka semboyan "hati-hati dengan uang, karena ada setannya" benar adanya. Untuk uang manusia rela mengorbankan segalanya. Ditambah lagi kehidupan saat ini yang didominasi oleh medsos, makin hilanglah akal pikiran sehat manusia.
Jadilah nitizen yang cerdas. Jangan mau hidup dimedsos yang penuh dengan hal-hal manipulatif.
Ikuti tulisan menarik Nur Ardianti lainnya di sini.