x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Selasa, 7 Februari 2023 16:14 WIB

Menara Siger, Landmark dan Kosmologi Budaya Lampung

Apakah Anda tahu ikon Provinsi Lampung? Yah, meski belum begitu terkenal Provinsi yang terletak di paling ujung ini juga punya ikon atau landmark kota. Kalau Anda dari Jawa ke Sumatera dengan menggunakan kapal Ferry begitu memasuki kawasan pelabuhan Bakauheni akan melihat bangungan berbentuk Siger di atas bukit. Itulah, Menara Siger,bangunan dirancang arsitek putra Lampung Ir. Anshori Djausal, yang kini jadi landmark sekaligus ikon Provinsi Lampung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anda pasti masih ingat kalau kota New York punya patung Liberty, kota Paris terkenal dengan Menara Eiffel-nya, Negeri jiran Malasysia  punya  Menara Kembar (Twin Tower),  dan Jakarta tentu indentik dengan Monumen Nasional alias Tugu Monas.  

Sementara beberapa daerah-daerah di Indonesia juga punya penanda atau ikon yang juga disebut landmark, yang juga sebagai tetenger atau ciri keberadaan sebuah kota. Sebut saja, ikon  Palembang adalah Jembatan Ampera.Kota Bukit Tinggi dengan penanda Jam Gadang, Bandung dengan Gedung Sate, Palangkaraya dengan ikon Tugu Khatulistiwa  dan Bali dengan Garuda Wisnu Kencana (GWK) serta masih banyak  kota-kota dengan ikon atau landmarknya.

Apakah Anda  tahu ikon Provinsi Lampung? Yah, meski belum begitu terkenal Provinsi yang terletak di paling ujung ini juga punya ikon atau landmark daerah juga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau Anda dari Jawa ke Sumatera dengan menggunakan kapal Ferry begitu memasuki kawasan pelabuhan Bakauheni akan melihat bangungan berbentuk Siger di atas bukit. Itulah, Menara Siger,bangunan  dirancang arsitek putra Lampung Ir. Anshori Djausal, yang kini jadi landmark sekaligus ikon Provinsi Lampung.

“Mengapa bangunan menara berupa Siger, bukan yang lainnya, tentu ada alasannya, karena Siger juga memang ada dalam lambang daerah Lampung.Jadi, bukan karena alasan lainnya, ” tandas Anshori

Memang ikon Lampung yang berupa Menara Siger ini baru diresmikan pada tanggal 30 April 2008. Bangunan berdimensi luas 50 X11 meter dengan tinggi 32 meter yang terdiri 6 lantai ini digagas mantan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP pada tahun 2004. Bangunan yang berfungsi sebagai Landmark Lampung ini berdiri diatas bukit gamping yang berada di kawasan pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan.

Sjachroedin Z.P yang waktu itu menjabat Gubernur Lampung, dalam peresmian Menara Siger menyatakan optimistis Menara Siger akan mendorong Kemajuan Lampung.

Pada waktu itu, Syachroedin mengatakan, , Menara Siger ini bukan monumen masa lalu. Tetapi bangunan masa depan yang akan jadi fenomena dan kebanggaa masyarakat Lampung. “Kelak dari Menara Siger ini kita bisa menyaksikan Jembatan Selat Sunda (JSS), yang konon akan menjadi jembatan terpanjang di Indonesia bahkan di Asia Tenggara,” harap Oedin banggilan karib Sjachroedin yang pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Kroasia.

 

Penaka Gadis Cantik

Menurut arsitek menara Siger Ir .Anshori Djausal M.T posisi pelabuhan Bakauheni barat mulut naga yang memuntahkan kurang lebih 80 ribu ton hasil-hasil pertanian per hari.

Pembangunan menara ini dengan penggunaan teknik ferrocement, Menara Siger dijamin mampu menahan terpaan angin kencang. Teknik ferrocement merupakan pengembangan tim arsitek Menara Siger, dengan menggunakan jaring kawat menyerupai jaring laba-laba.Pengerjaan lambang siger dan beberapa ornamen tidak menggunakan cor-coran, namun bagian per bagian dengan tangan. Dengan metode ini, setiap inci bangunan tahan guncangan dan terpaan angin laut.

Bangunan Menara Siger yang jadi  kebanggaan masyarakat Lampung tersebut berada di atas bukit dengan ketinggian 110 meter di atas permukaan laut.  Dibangun tepat di lengkung kaki langit yang bisa menjadi penanda bagi para nakhoda  posisi pelabuhan Bakauheni.

Menara Siger adalah simbol Lampung. Ia bukan hanya menjadi ikon pariwisata, tetapi dapat menjadi ikon dalam segala hal: keagamaan, seni dan budaya, pendidikan.

Tugu Nol Kilometer di Menara Siger

Anshori Djausal sebagai perancang mengungkapkan Menara Siger dapat memancing pengembangan kawasan pintu gerbang Pulau Sumatera. Hal tersebut merupakan sebuah potensi bagi promosi kepariwisataan dan potensi ekonomi.

Menara Siger adalah paduan antara landmark ,budaya dan  pariwisata. Bagi Anshori,Menara Siger ibarat gadis cantik yang akan memancing setiap orang untuk melamarnya. Maksudnya, Menara Siger akan menumbuhkan daya tarik dan magnet bagi setiap orang, termasuk daya tarik orang menanamkan modalnya dan berusaha di provinsi Lampung.

Tugu Nol Kilometer

Secara fisik, Menara Siger dibangun dengan memperhatikan ciri khas Lampung. Di sekitar tugu dibangun ruang-ruang yang menampilkan budaya Lampung serta sarana-prasarana pariwisata. Sebagai tugu di ujung Pulau Sumatera, Menara Siger dilengkapi dengan tulisan penanda Titik Nol Pulau Sumatera. Dari sinilah titik nol kilometer Sumatera dihitung.

Menara Siger dengan warna emas itu dilengkapi ruangan tempat wisatawan melihat Pelabuhan Bakauheni serta keindahan panorama laut dan alam sekitarnya.

 

Menara Siger Landmark dan Ikon Lampung

Siger adalah topi adat pengantin wanita Lampung. Menara Siger berupa bangunan berbentuk mahkota terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan sembilan macam bahasa di Lampung. Menara Siger berwarna kuning dan merah, mewakili warna emas dari topi adat pengantin wanita.

Bangunan ini juga berhiaskan ukiran corak kain tapis khas Lampung.Bangunan akan berisi data asta gatra, yaitu trigatra mencakup Letak geografis, demografis dan kekayaan sumber daya alam (SDA).Berikutnya panca gatra, yaitu berisi ideologi dan hankam. Dengan demikian para turis tidak perlu banyak bertanya.

Payung tiga warna (putih-kuning-merah) menandai puncak menara. Payung ini sebagai simbol tatanan sosial. Dalam bangunan utama Menara Siger Prasasti Kayu Aro sebagai simbol pohon kehidupan.

Menurut Anshori Djausal , Menara Siger tidak hanya berbentuk sebuah fisik bangunan, tetapi mencerminkan kosmologi (medan makna) budaya masyarakat dan identitas Lampung. “Tentunya sesuai dengan filosofi berpikir dan bertindak sesuai visi dan misi mewujudkan Lampung yang  unggul dan bardaya saing di masa depan,” tandasnya.

*) Christian Heru Cahyo Saputro, penggiat Jung Foundation Lampung Heritage, anggota Jaringan Sumatera Untuk Pelestarian (PanSumnet), penulis buku Piil Pessenggiri, Etos dan Semangat Kelampungan dan editor sejumlah buku budaya Lampung, kini bermukim di Semarang.

 

 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler