Banyak destinasi yang tidak popular. Bahkan terkadang tak dikenal. Tetapi menyimpan pesona panorama dan kehidupan yang membuat kita berdecak kagum bila kita mengunjunginya. Seperti sebuah perjalanan yang belum lama ini saya lakukan ke Pantai Tengor di Teluk Semangka, Tanggamus.
Rekam jejaknya bisa dinikmati dalam narasi dan foto kisah perjalanan ini, mudah-mudahan bisa membuka khasanah dan cakrawala pemikiran kita, bahwa berlibur kita tak harus ke tempat yang hingar bingar dengan keramaian. Kesunyian desa terkadang bisa menjadi oase perjalan hidup kita yang sudah sesak dan suntuk. Retreat –menarik diri--- dari keriuhan dan kegaduhan kota membuat kita kembali lebih fresh dan bisa makin menikmati serta memaknai kehidupan ini.
Sebuah desa bernama Tengor---orang menyebutnya Pekon Tengor, masuk wilayah Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, memiliki banyak potensi wisata yang belum terekspose. Kawasan Tengor yang berada diceruk Teluk Semangka ini panoramanya benar-benar masih alami.
Pantai Tengor yang indah memiliki batu karang yang menarik dan alunan ombak yang indah. Pantai Karang Putih mempunyai pemandangan sebuah pulau kecil dengan gugusan batu karang yang menyerupai kapal yang bewarna putih. Pantai Karang Putih, dengan batu putih yang menjulang tinggi di pesisir pantai menambah indah pemandangan, jika air laut surut pengunjung bisa berjalan diatas hamparan karang menuju Batu Karang Putih.
Ada juga Pantai Karang Bebai mempunyai Batu Karang yang di tumbuhi pohon berbentuk payung.
Keindahan Pantai Karang Putih sangat luar biasa indahnya, namun banyak orang yang belum tahu. Hamparan pasir putih yang berkilau dengan beningnya air laut pantai karang putih membuat orang yang berkunjung ingin berlama-lama disana. Orang bisa beraktivitas memancing atau hunting foto atau berburu sunset.
Perjalanan Menuju Tengor
Dalam perjalanan menuju Pekon Tengor ini banyak peristiwa yang bisa dilihat dengan mata dan batin. Sepanjang perjalanan berdiri kokoh rumah-rumah panggung khas Lampung. Ada sisa kejayaan masa lampau ketika kawasan ini mempunyai hasil utama cengkih. Meski kini juga banyak rumah-rumah panggung yang hancur tak terawat dan tenggelam dalam aura jajaran rumah beton minimalis yang massif.
Bentang alam yang indah sepanjang perjalanan, jalan berliku, bukit-bukit yang menghijau , kebun kopi, kebun coklat dan sawah adalah harmoni lukisan keindahan dari Sang Maha.
Menjelang Pekon Tengor bentang alam indah terhampar, garis putih pantai dan debur ombak membiru membuat wajah pekon yang masih alami ini sempurna. Penaka seorang gadis kampung( muli pekon) yang memesona.
Keindahan yang tersembunyi. Jalan aspal berlubang disana-sini membuat pekon ini terisolasi. Inilah medan yang harus ditaklukkan. Inilah nikmatnya sebuah petualangan. Semangat yang menggairahkan. Semangat menghargai alam dan keindahan.
Pekon Tengor berlatar belakang alam pesisir, kebun kelapa, coklat dan kopi. Penduduk Tengor hidup dari hasil kebun dan hasil tangkapan ikan. Penduduk Tengor sebagai petani dan nelayan memang hidup dalam kesederhananan. Kurang bagusnya infrastruktur dan sarana transortasi membuat akses ke kawasan ini sulit sehingga Tengor meskipun hanya berjarak 100 km dari ibukota Propinsi Lampung seperti terisolir. Penjualan hasil bumi yang melimpah menjadi terkendala.
Membingkai Alam
Kesederhanaan Pekon Tengor ternyata mengajarkan banyak tentang kehidupan. Matahari yang akan lindap diufuk barat menyajikan panorama sunset yang dramatis. Apalagi ditingkahi dengan debur ombak dan nyanyian siamang yang menghantar matahari keperaduan malam. Sebuah keraingan anak-anak ketika menenteng ikanhasil pancinga dari pantai menuju rumah. Penduduk pantai yang sibuk dengan kerja hariannya memburu lobster, menjaring ikan, bertani dan berladang coklat.
https://www.indonesiana.id/admin/foto#
Alasan-alasan inilah yang pernah membuat para pelukis Lampung dan Jakarta; Syahnagra Ismail, almarhum Salvator Yen Joenaedy, Atuk, Semut Prasidha, Lilis Suryati Syahputri dan Rifa Nabila Putri “jatuh hati” dengan Pekon Tengor.
Para pelukis ini merekam jejak perjalanannya dan mereka berhasil “mengkanvaskan” bentang alam, kehidupan masyarakat desa dan pantai Tengor yang memesona. Pekon Tengor, meskipun terisolasi,harapan-harapan terus tumbuh di Pekon Tengor. Sapaan-sapaan akrab penduduk Pekon merupakan harapan-harapan yang terus tumbuh dan tumbuh dalam harmoni kehidupan. “Inilah yang menjadi misi kami. Membingkai alam, Membingkai Kehidupan Tengor,untuk dibagikan kepada dunia, ” ujar Nagra suatu hari.
Nagra dan kawan-kawan mempunyai sebuah catatan yang membuat miris. Ini juga harus kami suarakan dan bingkai dalam kanvas. Karang Putih yang berdiri kokoh sebagai benteng ombak alami di pantai Putih Doh mulai dijarah tangan-tangan jahil dan tak bertanggungjawab.
Karang Putih yang menawarkan instalasi alam yang memesona ini diekploitasi dijadikan komoditas. Yang dikhawatirkan jika penjarahan terus berlangsung dan didiamkan, selain menghancurkan keindahan kawasan Pekon Tengor juga bisa menenggelamkan daratan yang penuh kekayaan budaya dan hasil bumi. Padahal landskap dan keindahan panorama pantai Tengor tak kalah pesonanya dari pantai-pantai di Bali atau di Lombok,” ujar Nagra pelukis yang sudah melanglang buana.
Trip Menuju Tengor
Pekon Tengor dari Bandar Lampung sekira 100 km. Bila ditempuh dengan kendaraan roda empat memakan waktu 3 jam perjalanan. Sedangkan bila mengunggunakan kendaraan motor roda dua memakan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Perjalanan menuju Pekon Tengor dari Bandar Lampung bisa melalui Kedondong, Pringsewu dan Kota Agung. Perjalanan ke Pekon Tengor melalui Kedondong dan Pringsewu sangat menantang dan memacu adrenalin. Sedangkan perjalanan melalui Kota Agung ibukota kabupaten Tanggamus menuju Tengor dan Karang Putih sangat indah karena melalui jalan yang bersisian dengan pantai. Kalau mau menikmati malam dan memburu sunset atau fajar pagi bisa menginap di rumah-rumah penduduk yang sangat welcome dan ramah.
*) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan, suka motret , tukang tulis dan suka berbagi kisah tinggal di Semarang.
Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.