x

Iklan

Xavier Rizqi P.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2023

Senin, 10 April 2023 14:39 WIB

Tradisi Pemakaman Jepang yang Mulai Ditinggalkan

Alasan mengapa tradisi pemakaman Jepang yang saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat jepang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jepang merupakan negara maju yang mayoritas penduduknya beragama Shinto dan Budha. Seluruh kehidupan masyarakat Jepang selalu terikat dengan adat atau tradisi agama Shinto dan Budha. Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Jepang memiliki banyak tradisi yang beragam. Salah satu contohnya yaitu tradisi atau adat pemakaman. Mayoritas pemakaman di Jepang mengikuti tatanan pemakaman agama Budha. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh agama mayoritas sangat kuat. Dalam prosesnya, pemakaman di Jepang tidak hanya sekedar merelakan orang yang telah meninggal. Namun, tradisi ini lebih berfokus untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal.
 
Meskipun ada beberapa upacara yang dilakukan, namun mayoritas penduduk Jepang menggunakan budaya Jepang dalam prosesnya. Pada umumnya, jenazah tidak dimakamkan melainkan dikremasi. Selain itu, para tamu yang hadir akan diberikan kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah sebelum proses tersebut dilakukan. Dalam prosesi pemakaman ada beberapa cara dan tahapan yang harus dilakukan yaitu :
Otsuya
Salah satu upacara pemakaman yang dilakukan masyarakat Jepang adalah otsuya. Otsuya sendiri merupakan upacara dimana semua orang atau kerabat dekat orang yang telah meninggal mengucapkan perpisahan untuk terakhir kalinya. Seiring dengan berlangsungnya upacara otsuya, pendeta Budha akan mengucapkan kalimat-kalimat yang sering disebut sutra sementara para kerabat serta teman dari orang yang ditinggalkan menyampaikan salam perpisahan. Upacara ini bersifat formal dan hari pelaksanaan ditentukan oleh keluarga yang ditinggalkan.
Ososhiki
Upacara yang sering juga dilakukan oleh masyarakat Jepang adalah Ososhiki. Otsuya dan Ososhiki cukup berbeda. Upacara Otsuya relative lebih singkat dari pada Ososhiki karena Ososhiki sendiri merupakan upacara yang terdiri dari beberapa rangkaian acara. Upacara dimulai sehari setelah Otsuya selesai dan dilanjutkan dengan Sougi.
 
Dalam upacara pemakaman yang merupakan tradisi turun-temurun tentunya ada juga etika saat berada dalam acara. Seperti berpakaian dengan rapi dan sopan, datang tepat waktu dan bersikap sopan. Dalam hal berpakaian, pria diharuskan menggunakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dengan dasi. Untuk perempuan menggunakan pakaian hitam dan jika memakai rok diharapkan Panjang rok sampai bawah lutut.
 
Alasan mulai ditinggalkannya tradisi pemakaman di Jepang
Tradisi pemakaman di Jepang yang telah diwariskan turun-temurun ini nyatanya mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Jepang itu sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ditinggalkannya tradisi pemakaman ini yaitu:
  • Biaya
Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk melakukan upacara pemakaman ini keluarga yang ditinggalkan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari persiapan, barang yang diperlukan, acara inti dan kremasi terbilang cukup menguras kantong. Untuk melakukan upacara pemakaman ini setidaknya uang yang harus dikeluarkan sekitar 2,31 juta yen atau sekitar 250 juta jika dirupiahkan. Menurut Japantoday.com, biaya pemakaman Jepang lebih besar sekitar 5 kali biaya pemakaman Amerika yakni 444.000 Yen atau sekitar 50 juta rupiah sekali pemakaman. Tidak hanya itu, dibandingkan dengan negara Jerman dan Inggris yang rata-rata biaya pemakaman sekitar 198.000 yen dapat dipastikan Jepang menjadi salah satu negara dengan biaya pemakaman termahal didunia.
  • Populasi dengan usia tua yang tinggi
Jepang adalah salah satu negara dengan populasi usia tua yang banyak di dunia. Tingkat kelahiran di Jepang sangat kecil bahkan setiap tahunnya mengalami penurunan. sehingga Selain mengalami penurunan angka kelahiran, banyak generasi tua yang telah meninggal terlebih dahulu. Hal ini dapat memicu pengenalan tradisi atau adat yang kurang disampaikan kepada anak dan cucu masyarakat Jepang.
  • Pengaruh budaya barat
Seiring dengan era globalisasi, pengaruh dari luar semakin meningkat. Hal tersebut tidak luput dari prosesi pemakaman gaya barat yang memakan biaya sedikit, dan sifatnya lebih personal. Karena hal inilah prosesi pemakaman ala barat lebih populer dikalangan generasi muda.
 
Secara keseluruhan tradisi pemakaman di Jepang ini merupakan acara yang berlangsung dengan formal dan mencerminkan rasa hormat terhadap almarhum. tradisi pemakaman yang mulai ditinggalkan di Jepang dapat dikaitakan dengan kombinasi beberapa faktor seperti contoh biaya yang cukup mahal, perubahan demografis,hingga perubahan kultural. Populasi yang menua dan meninggalnya generasi yang lebih tua menyebabkan penurunan pengenalan dan minat terhadap adat dan tradisi lokal dikalangan generasi muda. Pengaruh budaya barat dan globalisasi yang cepat menyebabkan tradisi upacara pemakaman mulai tergeser. Disamping masih banyak keluarga Jepang yang manjalankan tradisi upacara pemakaman, muncul tren yang berkembang kearah layanan yang lebih sederhana dan lebih personal dengan biaya yang lebih sedikit. Hal ini mencerminkan perubahan kebutuhan dan kepercayaan masyarakat. Seiring dengan perkembangan dan modernisasi di Jepang, kemungkinan bahwa prosesi pemakaman akan terus beradaptasi. Meskipun tradisi ini mulai ditinggalkan seiring perkembangan zaman, beberapa keluarga masih memilih untuk menjalankan tradisi ini untuk menghormati orang orang yang mereka cintai.

Ikuti tulisan menarik Xavier Rizqi P. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu