x

Gambar Gapura selamat datang di Kabupaten Lamongan

Iklan

Muhammad Rifki

Freelancer Writer
Bergabung Sejak: 11 April 2023

Selasa, 11 April 2023 19:31 WIB

Sejarah Larangan Memakan Ikan Lele bagi Warga di Kabupaten Lamongan

Menceritakan tentang awal mula warga di Kabupaten Lamongan dilarang memakan, memelihara, dan segala macam aktifitas yang berhubungan dengan ikan lele serta menjelaskan tentang dampak dari melanggar pantangan tersebut. Warga Lamongan tetap memegang teguh larangan tersebut hingga saat ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lamongan, merupakan sebuah kota kecil yang berada di ujung utara Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan berbatasan dengan Kabupaten Tuban di sebelah barat, dengan Kabupaten Gresik di sebelah timur, dengan Kabupaten . Mojokerto di sebelah selatan, dan Laut Jawa di sebelah utara. Lamongan memiliki segala macam keunikan dan keaneka ragaman budaya, adat, tradisi, mitos, dan sebagainya. salah satu mitos yang populer di kalangan masyarakat Indonesia mengenai Lamongan adalah larangan memakan ikan lele bagi warga Lamongan. seperti apa sejarahnya? Mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Berawal ketika Sunan Giri III yang bernama asli Sedamarga, beliau blusukan menyusuri bengawan solo hingga ke desa-desa untuk menyebarkan agam Islam. Sesampainya di Desa Barang (sekarang merupakan wilayah Kecamatan Glagah, Kabupaten lamongan), yang pada saat itu sudah larut malam, ditemani sinar sang purnama, langkah demi langkah dilalui oleh Sunan Giri III yang pada akhirnya melihat sebuah gubug di pojok desa yang merupakan milik mbok mondo Barang. Kemudian beliau menghampiri dan berbincang-bincang hingga tengah malam menjelang pagi.Sunan Giri III pun berpamitan untuk pulang. 

Namun, Sunan Giri III lupa bahwa kerisnya tertinggal di rumah mbok Rondo Barang.Beliau baru sadar ketika sudah tiba di Giri. Keberadaan keris tersebut diketahui oleh mbok rondo barang. Dia langsung mengambil dan menyimpannya. Sumber lain menyebutkan bahwa keris tersebut digunakan oleh mbok rondo Barang untuk menjaganya dari huru hara dan kerusuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sunan Giri pun mengutus santrinya, yakni Ki Boyopati, warga Desa Medang mengenalnya dengan sebutan Mbah Boyopati, untuk mengambil keris yang tertinggaln di kediaman mbok rondo Barang. Ki Boyopatih dipercaya sebagai orang pertama yang membangun wilayah Lamongan. Ki Boyopati menggunakan Ilmu kanuragan atau Ilmu Sirep yang telah lama dipelajari agar cepat sampai di kediaman mbok rondo Barang. Menurut juru kunci makam mbah Boyopati (Ki Boyopati), keris tersebut menjelma menjadi seekor kucing. Dan diketahui mbok rondo barang memang suka dengan kucing. Melihat ada kucing yang datang, mbok rondo kemudian mengambil dan mengekus-elus kucing tersebut yang sebenarnya adalah jelmaan Ki Boyopati atau mbah Boyopati. Lalu Ki Boyopati, tidak butuh waktu untuk mengambil keris tersebut dan didapatlah keris milik Sunan Giri III yang tertinggal di kediaman mbok rondo Barang.

Mbok rondo merasa ada yang yang aneh, ada barang yang hilang. Ternyata benar, keris milik Sunan Giri III  yang disimpannya hilang. Lalu dia melihat Ki Boyopati membawa keris tersebut, mbok rondo yang tidak mengetahui bahwa Ki Boyopati adalah utusan Sunan giri untuk mengambil kerisnya, menyangka Ki Boyopati maling dan berteriak kepada para warga sekitar agar Ki Boyopati ditangkap. Ki Boyopati pun lari, menghindari kejaran warga. Beliau menceburkan diri ke sebuah Telaga (orang disana menyebutnya Ngerong) untuk bersembunyi. Ketika bersembunyi di telaga tersebut, banyak ikan lele yang berkumpul atau bergerombol untuk menutupi dan menyembunyikan Ki Boyopati dari kejaran warga. Menurut mereka tidak mungkin Boyopati bersembunyi di kolam yang penuh dengan ikan lele sedangkan ikan lele sendiri memiliki patil yang cukup berbahaya ketika mengenai lawannya atau pun manusia.

Seketika itu kerumunan warga tersebut menunggu lama, dan ternyata Ki Boyopati tidak kunjung muncul. Kemudian para warga tersebut memilih kembali ke rumah masing-masing. Setelah warga tersebut sudah pergi, Boyopati akhirnya keluar dari kolam tersebut dan mengucap syukur atas perlindungan Allah melalui ikan lele. Akhirnya dengan pertolongan ikan lele ia bersumpah bahwa beliau dan anak cucu sampai tujuh turunannya tidak boleh memakan ikan lele. 

Banyak orang yang branggapan bahwa masyarakat Lamongan tidak diperbolehkan makan ikan lele, namun pada realitanya, masih banyak masyarakat Lamongan yang tetap mengkonsumsi ikan lele.Perlu diketahui, hanya warga asli Lamongan khususnya warga Desa Medang dan 2 desa yang bertetangga dengan desa Medang. Anak dari juru kunci makam Mbah Boyopati berpendapat bahwa mitos larangan makan ikan lele itu benar adanya dan bagi warga desa Medang dan keturunannya serta warga asli Lamongan yang melanggar pantangan tersebut akan terkena musibah dan penyakit kulit, kulitnya akan belang-belang sepeti ikan lele.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Rifki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB