Cerita Setan (11)

Kamis, 27 April 2023 18:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cerita Setan (11) Seri iblis vs iblis. Setan ngintip setan. Cerita imaji. Obrolan ruh penasaran versus dirinya sendiri. Karena sombong, pandir, mati oleh konflik diri sendiri. Salam baik saudaraku.

Cerita Setan (11) Episode: Rental Tuyul

"Terserah apapun upayanya."
"Terpenting bisa masuk laci."

"Laci?"
"Iya laci."

"Terserah laci apa saja."
"Semua jenis laci, terserah gue."

"Yak ellah. Iya pandir."
"Jadi? Aku harus menjadi si pandir banget."

"Ya, Itu syaratnya."
"Sekalipun aku jenis makhluk superpintar?"

"Iya. Sekali lagi tanya, aku penggal kepalamu."
"Lantas hasilnya?"

"Tau sama taulah."
"Ingat, sebentar lagi musim pasar tontonan. Banyak makhluk lengah oleh kemilau surga imitasi."

"Maksudmu?"
"Kau ini pandir atau pintar sihhh."

"Keduanya."
"Cakep."

"Salaman," serentak keduanya.
"Tunggu dulu."

"Apa lagi kawan."
"Bagi rata, sama rasakan."

"Kau tanya pula. Itukan semboyan kita."
"Dimanapun berada tetap sukses."

"Berkopi susu kita."
"Fillet steak well done."

"Tentulah. Kalau medium well. Masih berviruskan."
"Bison atau sapi."

"Gajahlah."
"Hahahaha!" kompak ngakak.

"Sebentar Bro."
"Apalagi sihhh. Aku, mau bersegera Kuy."

"Paham aku. Kau sudah siapkan sistem plus perangkatnya."
"Mantaplah kawan."

"Termasuk metode menyirnakan diri."
"Raib maksudmu? Gampanglah itu." 

"Raib kemana? Kahyangan, dijaga ketat oleh kaum bijak Bro."
"Jauh amat otakmu. Sirna di tempat terdekat. Payah kau."

"Kemana! Dimana?"
"Sembunyi di laci itu jugalah."

"Metode putar haluan maksudmu."
"Nah itu! Setelah sirna, kita kembali, masuk ke laci itu juga."

"Setelah raib!"
"Hahahaha!" pecah tawa mereka, dicatat malaikat angkasa. Mereka bakalan masuk neraka level tujuh kale ye.

"Sssst! Pelankan suaramu. Sssst!"
"Lupa ingatan aku. Sangking girangnya." 

"Ssst! Banyak mata, Bro."
"Banyak kuping pula, hihihi."

"Nempel di langit sekaligus di bumi."
"Di genteng juga loh, hihihi ..."

Terlihat keduanya berdiskusi dalam wacana bisik-bisik. Si raja iblis memperhatikan dari singgasananya. Di dalam hati si iblis. "Berani nyatut hasil mencuri dari laci, jadi abu ente. Dasar majenun. Setan tetap saja jadi setan."

Kedua setan itu menjalankan misi sesuai rencana. "Ssst, laci ini isinya kacang Bro."
"Wah, laci lainnya. Ayo!"

"Wah, laci ini malah biji salak isinya Kuy."
"Waduh! Ini isinya bakso goreng Bro."

"Jangan-jangan sudah masuk kantong sendiri barangkali."
"Kantong siapa?"

"Si pemilik lacilah."
"Wah, gawat. Kesalip kita."

"Harus menghubungi tuyul modern tekno."
"Sebentar, coba aku telepon." tak lama "Kelihatannya lagi laris, nada sambung, enggak di angkat-angkat."

Jleb! Jreng! Jring! Bermunculan grup tuyul rental. "Loh! Kok kalian muncul di sini?" serentak suara dua setan.
"Iya, tuyul tekno lagi laris melayani manipulasi perang-perangan."

"Oalaa, begitu toh," suara setan serentak.
"Mau sewa kita enggak? Kami lagi laris juga nih," suara pimpinan kelompok rental tuyul berbadan kecil berkepala besar bertangan panjang. Sembari cengar-cengir, ngeselin.

"Oke. Apa syaratnya," suara setan serentak.
"Yak ellah Kuy, tau sama tau kale."
"Oke!" Serentak mereka saling bersalaman.

Kerugian di duga ratusan triliun milenial, demikian berita dirilis para media. Adem-adem saja tanpa gejolak viral-isme. Publik tetap asyik mengurus keluarga masing-masing. Isu-isu disibukkan dengan polusi kemacetan kota modern. Jring!

***

Jakarta Indonesiana, April 27, 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
Lihat semua