x

Iklan

Muthakin Al-Maraky

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Januari 2023

Senin, 31 Juli 2023 07:33 WIB

Mengoptimalkan Sumber Daya Alam di Cilegon

Cilegon dikenal sebagai Kota Industri. Namun perlu diketahui, di masa lalu Cilegon memiliki wisata Pantai yang masyhur. Dikenal sampai ke luar Banten. Namun bagaimana kondisi wisata pantai di Cilegon hari ini?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu koleksi photo milik situs KITLV terlihat beberapa orang Eropa sedang berlibur di sekitar wilayah Pantai Merak, Cilegon. Dalam foto itu Mereka sedang duduk santai menikmati suasana pantai. Keterangan dalam photo itu tertulis Keluarga Eropa sedang berlibur di sekitaran Pantai Merak pada tahun 1928.

Dalam catatan seorang Traveler di Majalah Sin Po yang terbit 19 Mei 1938 juga menggambarkan keindahan pantai Merak. Ia menceritakan pengalamannya ketika keliling Banten. Saat sedang berada di Merak, ia menceritakan wisata pantai yang berada di Merak, termasuk Pulau Kecil. Ia juga menceritakan bahwa tidak jauh dari Stasiun Merak terdapat wisata pemandian yang beranama “Singkala” (mungkin Sangkanila). Ia menuliskan, pemandian itu terletak di pinggir laut.

Di Facebook, seorang teman membagikan foto jadul dan mengenang tempat wisata yang pernah eksis dan masyhur di tahun 1950-an sampai 1990-an, yaitu Pantai Pulorida. Ia mengisahkan bagaimana Pantai Pulorida menjadi pantai idaman bagi para pengunjung dari Jakarta, Bogor dan Bandung. Ia juga menceritakan gambaran pantai yang indah dan di seberangnya terdapat Pulau Kecil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun saat ini keindahan pantai-pantai yang berada di Merak hanya tinggal cerita. Ketika industri mulai masuk ke daerah Merak, satu persatu pantai hilang karena adanya reklamasi. Selain berdampak pada nelayan, reklamasi ini juga menyebabkan hilangnya tempat wisata.

Terakhir, kita kehilangan Pantai Kelapa Tujuh yang saat ini dibangun PLTU Unit 9-10. Berapa kenangan yang ter(di)kubur di pantai-pantai itu? Membangun wisata pantai saat ini di Kota Cilegon adalah hal mustahil. Hanya tersisa beberapa tempat saja: Pantai Beach Hotel, Pantai Peni, Pantai Pulau Kecil dan Pantai Pulau Besar.

Belakangan ini, di media sosial diramaikan dengan postingan-postingan yang menyebut keindahan Selat Sunda dilihat dari Puncak Cipala. Puncak Cipala terletak di Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.

Memang, dengan berkembangnya era infomasi pada dunia digital, banyak masyarakat memburu tempat-tempat yang Instagramable. Dimana tempat tersebut dapat dijadikan sebagai latar belakang (background) karena alasan tertentu: karena pemandangan yang indah, tempatnya lagi hits, populer, dan sebagainy. Kemudian tempat tersebut layak diupload dan dipamerkan di Instagram, baik itu berupa foto ataupun  video.

Selain di Cipala, gunung-gunung yang berada di Kota Cilegon juga berpotensi dijadikan tempat wisata. Seperti Air Terjun di Pengobelan, Gunung Batur, Gunung Cipada, dan Gunung Kedurung. Sebenarnya, isu pembangunan wisata di pegunungan sudah saya dengar sejak tahun 2004—saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Pemerintah Kota Cilegon waktu itu menjadikan Gunung Cipala dan Gunung Batur menjadi icon wisata pegunungan. Tapi saya tidak tahu kelanjutan program itu hari ini.

Jika tidak ada masa depan untuk pariwisata di sektor pantai di Cilegon, barangkali  pembangunan wisata di kota ini adalah dengan memanfaatkan pegunungan-pegunungan yag berdiri kokoh di wilayah Cilegon. Jika Bandung memiliki Maribaya, maka Cilegon memiliki pegunungan Cipala. Kita dapat merasakan dan menikmati kondisi alamnya yang sejuk, dan ini  tidak jauh berbeda dengan di Bandung.

Bahkan di pegunungan Cipala, kita memiliki sisi pemandangan tambahan, yaitu ramainya jalur laut Selat Sunda.  Dan lebih bagus lagi, pemandangan Selat Sunda akan terlihat indah jika dinikmati pada malam hari. Ini bisa menjadi salah satu promosi untuk wisatawan agar bisa menginap di rumah warga, dan warga dapat berperan langsung untuk pengelolaan wisata ini.

Selain membangun pariwisata di pegunungan, Situ Rawa Arum dapat dioptimalkan fungsinya sebagai pusat pariwisata dan kebudayaan. Ide pemerintah menjadikan Situ Rawa Arum sebagai Rest Area Tol Tanggerang-Merak beberapa bulan yang lalu itu sangat menarik. Jika terealisasi, masyarakat dengan UMKM-nya dapat merasakan dampak positifnya.

Namun perlu diingat, Situ Rawa Arum merupakan identitas masyarakat Cilegon yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Di sinilah peran penting pemerintah menggandeng pegiat budaya. Seniman, Budayawan dan pemerintah saling sinergi. Dengan didorong dan didukung oleh pemerintah, pegiat buaya akan bekerja secara profesional.  Saya yakin, di tangan dingin mereka, Situ Rawa Arum dapat menjadi laboratorium kebudayan plus sentra UMKM di Kota Cilegon.

Jika semua sudah bejalan, dapat diagendakan pementasan seni dan budaya di Situ Rawa Arum. Di pelataran parkir depan gedung kebudayaan, warung-warung yang menjual aneka makanan khas Cilegon yang bisa menjadi buah tangan bagi para pengunjung yang hendak pergi ke Pulau Sumatera—ataupun pengunjung yang baru memasuki Pulau Jawa. Jika di Garut ada Situ Bagendit dan Bandung memiliki Situ Cileunca, maka Cilegon memiliki Situ Rawa Arum yang dapat dibanggakan.

Ikuti tulisan menarik Muthakin Al-Maraky lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu