Pada tahun 2006, Felix Warneken dan Michael Tomasello, peneliti antropologi dari Jerman, melakukan eksperimen tentang perilaku membantu pada 24 bayi manusia berumur 18 bulan. Temuannya, bayi tersebut cukup siap membantu orang lain dalam berbagai situasi yang berbeda.

Mereka juga melakukan eksperimen pada binatang, yakni tiga ekor simpanse, masing-masing berumur 36, 54, dan 54 bulan. Peneliti mengamati perilaku membantu pada ketiga hewan primata tersebut. Temuannya, ternyata pada Simpanse juga memiliki sifat membantu, bahkan bertindak relatif lebih cepat. Tetapi dalam hal makanan, mereka tetap tidak mau saling berbagi antara sesama. Namun demikian, perilaku membantu pada simpanse tidak sekuat bangsa manusia.

Sehingga disimpulkan bahwa perilaku membantu merupakan sifat bawaan yang sudah ada pada seorang anak manusia, maupun simpanse, sejak ia dilahirkan. Dalam hal makanan bahwa simpanse tidak mau berbagi, hal itu dimaklumi karena tujuan hidup mereka adalah untuk itu, sedangkan manusia bukanlah demikian.

Jadi, logikanya apabila ada manusia yang enggan saling membantu sesama, maka kualitasnya berada di bawah simpanse. Padahal Nabi Muhammad saw pernah mengatakan: “Barang siapa yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim, maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat”. Wallahualam Bissawab.

Referensi: (1) Warneken, F., & Tomasello, M. (2006). Altruistic Helping in Human Infants and Young Chimpanzees. Science, 311 (March), 1301–1303; (2) Shabir, M. (2004). Terjemah Riyadhus Shalihin (Jilid I). PT Karya Toha Putra Semarang.

Ikuti tulisan menarik Zainal Putra lainnya di sini.