x

Mahasiswa kritis

Iklan

sri widyastuti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 September 2023

Senin, 18 September 2023 08:22 WIB

Mampukah Inovasi Perguruan Tinggi Membantu Masyarakat

Pengalaman memeperoleh Hibah Matching Fund Kedaireka

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Features

Kelas Kedaireka Academy Inspirasi Inovasi: Pelatihan Menulis Artikel Populer

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mampu kah Inovasi Perguruan Tinggi Membantu Masyarakat

 

Olehhttps://drive.google.com/file/d/1WMhge7PrnBsyKlsYj4vb_lqfofFvp-Oo/view?usp=sharing 

Sri Widyastuti

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Anggota Tim Penerima Program Hibah Matching Fund Kedaireka Tahun 2022 

 

            Ketika Penerimaan Program Hibah Matching Fund Kedaireka di umumkan, ada keinginan besar untuk berpartisipasi. Ikut serta meraih hibah, kembali memperoleh pengalaman untuk terjun ke masyarakat. Menerapkan hasil penelitian secara langsung ke masyarakat, dimana masyarakat mendapatkan manfaat dari hasil kerja penelitian kita, akan menjadi energi tambahan bagi seorang akademisi. Apalagi Tim Kedaireka, menyediakan bantuan berupa mitra kerjasama yang akan memperlancar proses pengaplikasian program.

Jalan menuju kesempatan meraih hibah akhirnya terbuka. Seorang teman dari Fakultas Ekonomi selama ini telah menjalin kerjasama dengan salah satu mitra yang di tawarkan oleh Tim Kedaireka. Teman yang kemudian juga menjadi anggota tim kami, menawarkan kerjasama di daerah yang selama ini menjadi daerah binaan mitra.

Kamipun melakukan pertemuan  dengan kelompok tani dan  warga yang berasal dari daerah binaan mitra .  Hasil pertemuan antara kami sebagai  Insan Perguruan Tinggi, pengusaha sebagai mitra dan warga masyarakat penerima manfaat menghasilkan suatu “link and match”. Apa yang menjadi kebutuhan warga masyarakat, di sisi mana mitra akan berperan     dan inovasi yang akan di terapkan oleh Insan Perguruan Tinggi. Tim penyusun proposal sekaligus sebagai pelaksana program akhirnya terbentuk dan segera bekerja.

Lokasi masyarakat penerima manfaat berada di desa Binangun Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar.  Pekerjaan  sebagian besar  warga masyarakat penerima manfaat Program Hibah Matching Fund, merupakan petani cabai. Sistem pertanian mereka adalah sistem pertanian tumpang sari dengan lahan tadah hujan. Sistem pertanian tumpang sari membuat mereka tidak hanya menjadi penghasil cabai, tetapi juga menghasilkan jagung, singkong dan kedelai. Sehingga daerah penerima manfaat ini selain memiliki usaha di bidang pengolahan cabai, mereka juga memiliki usaha di bidang pengolahan singkong, tahu dan tempe.          

Daerah dimana Inovasi akan di terapkan, adalah wilayah yang baru bagi semua anggota tim. Sehingga kami harus bekerja cerdas, mengenali potensi daerah dan mengidentifikasi  masalah yang menjadi prioritas penyelesaian masalah.

Setelah melewati berbagai persyaratan administrasi, akhirnya proposal kami di nyatakan di danai. Kerja cerdas pun di mulai, apalagi pilihan kami adalah bidang magang kewirausahaan yang melibatkan mahasiswa. Pilihan mahasiswa   yang terlibat, membuat anggota Tim bersyukur, karena selama ini kami dekat dengan para mahasiswa. Sehingga kami mengenal betul bagaimana kinerja para mahasiswa. Pilihan terhadap mahasiswa yang terlibat harus benar benar kami lakukan dengan baik, karena mahasiswa akan menajdi ujung tombak kegiatan kami di lapangan. Tidak hanya mampu membawa diri dengan perilaku yang baik, mahasiswa juga harus mempu melakukan penelitian berkaitan denagn inovasi program.

               Diantara beberapa prioritas permasalahan,  produk pasca panen  perlu mendapatkan perhatian,  dikarenakan jumlah produksi yang tinggi pada satu masa panen. Selain produk panen segar yang langsung di jual ke pasar, warga juga mengolah sisa hasil panen yang tidak terjual ke pasar. Warga mengeringkan  hasil panen di seluruh lahan kosong yang tersedia dengan menjemur di halaman rumah hingga ke pinggir jalan. Akibatnya adalah produk hasil pengeringan menjadi buruk kualitasnya. Warna produk dari segi penampilan cenderung kusam dan tidak menarik karena proses pemanasan dengan matahari langsung. Sedangkan dari segi kesehatan, produk tercemar dengan debu jalanan, asap kendaraan dan  kotoran hewan.

Rendahnya kualitas produk hasil penjemuran ini, membuat mereka tidak mampu memasarkan hasil panen nya  ke industri, seperti industri cabai kering. Harga produk menjadi rendah, bahkan cenderung tidak laku, akibatnya   penghasilan yang di peroleh tidak mampu menutup biaya produksi. Belum lagi ketika musim hujan, warga tidak bisa menjemur di luar rumah. Akibatnya produk di tumpuk begitu saja di gudang, hal ini mempercepat kerusakan hasil panen .

Inovasi yang dilakukan oleh Tim adalah melakukan pengadaan sistem penjemuran ramah lingkungan dengan membuat ruang penjemur bertenaga surya. Metode pengeringan adalah salah satu tahapan umum dalam memperpanjang umur simpan (shelf life) produk pangan.Bangunan penjemur bertenaga surya yang dikenal sebagai solar dyer. Solar dryer sangat direkomendasikan untuk pengeringan dalam skala home industry dikarenakan alat yang ekonomis dan higienis. Bahan pangan tidak akan kontak langsung dengan udara dikarenakan bahan pangan diletakkan dalam tempat yang nantinya akan dialiri udara panas kedalam ruangan. Hal tersebut mencegah terjadinya kontaminasi dari debu, asap kendaraan, maupun hewan pengganggu.

Cara kerja solar dryer adalah dengan mengaliri udara yang akan melewati solar collector sehingga udara yang dibawa akan memiliki suhu tinggi yang selanjutnya melewati tempat bahan pangan diletakkan. Udara akan mengalir keluar beserta uap air yang dibawa melalui lubang-lubang aerasi. Prinsip perbedaan tekanan dan suhu udara yang biasanya digunakan oleh alat solar dryer tanpa bantuan blower. Ketika udara panas dihembuskan di atas bahan makanan basah, panas akan di­trans­­fer ke permukaan dan perbedaan tekanan udara akibat aliran panas akan mengeluarkan air dari ruang antar sel dan menguapkannya.

Keunggulan dari alat ini adalah konstruksi bangunan yang terbilang sederhana dan mudah dibuat, tidak menggunakan listrik, biaya pembuatan yang murah, dan mengurangi kontaminasi dari udara langsung. Berikut adalah gambaran bangunan solar dyer yang di dirikan di Desa binangun Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar

 

https://drive.google.com/file/d/1NdOtEIE2fSpPDyxtth_pODkD6WKSvDFV/view?usp=sharing https://docs.google.com/presentation/d/1j4xIGwyYqNSXv3H3Q3lDlrBzKQgkkqAF/edit?usp=sharing&ouid=114053719933628697261&rtpof=true&sd=true

Bangunan Solar Dyer

Bagian dalam Solar Dyer

 

Inovasi yang di terapkan, di terima oleh warga dengan sangat antusias. Selama ini warga kesulitan untuk menjemur, terutama di saat musim penghujan. Untuk mendukung sistem inovasi yang di terapkan, dilakukan pemahaman ke warga masyarakat  bagaiman teknologi solar dyer bekerja dan pelatihan penggunaan, termasuk sistem hiegene sanitasi yang harus di terapkan di dalam ruang solar dyer. Agar ruangan di dalam bangunan solar dyer benar benar terjaga sanitasinya demikian pula dengan sanitasi produk yang di hasilkan.

Selain  inovasi sistem pengeringan, dilakukan juga pelatihan untuk memperbaiki pengelolaan keuangan usaha, branding terhadap produk dan pembuatan website untuk pengenalan dan penjualan hasil panen maupun pembuatan website pengenalan dan penjualan produk olahan.

Produk olahan warga enak rasanya  dan layak untuk di pasarkan secara nasional bahkan internasional. Diperlukan sentuhan berupa branding kemasan dengan tetap memperhatikan harga jual. Tidak hanya pertimbangan segi hiegene sanitasi produk, estetika kemasan, tetapi juga  harga jual produk. Jangan sampai kemasan telah baik, dari segi persyaratan hiegene sanitasi telah terpenuhi, namun harga produk menjadi tidak terjangkau masyarakat.  Berikut adalah contoh produk olahan dari singkong dari desa Binangun Kecamatan Blitar Kabupaten Blitar,  yang tidak hanya enak rasanya, namun juga bisa di kembangkan dengan inovasi produk seperti penambahan rasa yang sedang menjadi trend saat ini. Penambahan rasa atau topping seperti rasa keju, lada hitam dan barbeque. Produk camilan yang tidak kosong zat gizinya karena tidak menggunakan pengembang dan pengawet. Selain itu produk berbasis bahan lokal seperti singkong tidak akan mengurangi devisa negara, di bandingkan produk berbahan tepung terigu.

        

https://drive.google.com/file/d/1bYV587SJUaY6SaCY_Ijq88sldHFZwlgp/view?usp=sharing https://drive.google.com/file/d/1jvJEEvjT4H9193-nbl63G-WF5B4Vkc5e/view?usp=sharing

Kerupuk Cekeremes

https://drive.google.com/file/d/1sfczbG2GHWHrun98sULkFatwZMyTdI4E/view?usp=sharing https://drive.google.com/file/d/1WMhge7PrnBsyKlsYj4vb_lqfofFvp-Oo/view?usp=sharing

Kerupuk Cekeremes  Keju

Kerupuk Sadariah

 

 

 

Setelah 5 bulan pelaksanaan Program, beberapa prioritas masalah dapat di selesaikan. Mahasiswa mendapat pengakuan 20 SKS untuk pembelajaran di luar kampus, sesuai dengan kurikulum Kampus Merdeka. Walaupun masih ada permasalahan yang belum dapat diselesaikan seperti gangguan    serangan jamur dari dalam tanah , serangan ulat grayak maupun lalat buah pada tanaman cabai  Butuh inovasi terpadu untuk dapat membantu petani cabai di Desa Binangun Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Selain penyediaan air bersih, sehingga sistem pertanian tidak tergantung pada musim.  Selamat membayangkan “yummy”nya  cekeremes  keju.    

Ikuti tulisan menarik sri widyastuti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu