Ittulah kisah batin tak teduh dalam kesekharian. Kita sedikit pun tak punya ruang nyaman di dalam diri. Namun repotnya orang lainlah yang dipersalahkan. Kurang bahagia dalam diri sendiri, orang lainlah yang terjebak sudah mencuri rasa bahagia itu. demikian?
Janganlah hadir dengan arus kebencian, kemarahan, kekasaran, kekerasan, dan segala reaksi teramat negatif.Sebab, tak ada musuh yang harus dilindas-tindas dan dihancurkan. Sebab dalam dan bersama Yesus kita telah menjadi pemenangnya.
Sebab itulah, Yakobus dan Yohanes tak perlu sekian lama emosional untuk "turunkan api dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria" (Luk 9:54).
Dalam Yesus selalu ada keutuhan dan kehidupan. Bukan sebaliknya demi kehancuran dan kematian.
Dalam situasi apa pun yang kita hadapi dan alami, marilah kita hidup sebagai pemenang. Kelompok pemenang itu selalu membawa cinta, kegembiraan, kesabaran dan kesedihan. Tak perlulah terus berpikir sangar dan penuh benci. Yang membuat kita jadinya 'lupa bahagia dan lupa berceriah.'
Tentu benar kata-kata St Bunda Teresa dari Kalkuta, "Jika Anda menilai orang lain (menghakimi sejadinya), Anda tidak punya waktu untuk mencintai mereka." Tentu seperti itulah, "Jika Anda menduga kutukan langit jatuh menimpa orang lain, Anda sungguh kehilangan kesempatan demi mengungkapkan rangkaian kata penuh berkat dia."
Yesus, Tuhan yang kita imani, bukanlah Tuhan yang datang untuk membinasakan...
Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.