Sampai hari ini aku tak paham
kenapa analogi Aristoteles dalam teori sastra
kian menjelma metafora berwujud bahasa
yang tidak sederhana.
Kucoba telaah lewat analogi Socrates namun buntu
Katanya rasa itu ibarat suara;
tak bisa dilihat namun diyakini adanya
walau terkadang berakhir nista.
Banyak filsuf mencoba terjemahkan
tentang rasa namun selalu berakhir sia-sia
Hingga aku bertemu seorang pernyair taksa
yang mendefinisikan kalau rasa adalah
aku dan kamu yang menjadi kita dan hidup bersama.
Sudah itu saja.
(2022)
Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.