x

Iklan

Ardiyansah Yuliniar Firdaus

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Nepotisme Bagian dari Etika Keluarga

Nepotisme merupakan etika dalam keluarga yang sangat kuat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Layaknya proses biologis serta pepatah yang mengatakan bahwa buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Begitupun perputaran gen, yang mana pembawa sifat keturunan ini tak akan jauh dari sifat ayah dan ibu kita, bahkan kakek dan nenek. Sangat sedikit sekali muncul sifat yang akan membedakan jauh atau dapat dikatakan resesif, contohnya albino.

Sama halnya dengan nepotisme. Nepotisme hampir tak tersentuh oleh hukum, walaupun nepotisme adalah bagian dari KKN itu sendiri. Nepotisme bersifat sangat resesif bagi hukum Indonesia, karena nepotisme itu sendiri merupakan etika dalam keluarga yang sangat kuat. Realitanya adalah sebuah pertanyaan sederhana, apakah kita akan memilih anak kita atau orang lain yang akan bekerja pada kantor kita, di mana kualitas dan kuantitas yang dimiliki adalah sama antara orang lain dan anak kita? Tentu jelas jawabannya adalah anak kita yang akan kita loloskan dalam seleksi tersebut. Karena buah jatuh tak akan jauh dari pohon. Maka kita ambil saja buah kita sendiri. Tentu jelas akan seperti itu selama kita tidak menambah lagi label kita sebagai orang yang munafik. Serta tak akan ada hukum yang mengatur tentang itu bukan? Kalaupun ada, dari segi apa nantinya pertimbangan sanksi yang akan diberikan? Terlalu naif kita membicarakan KKN apalagi nepotisme. KKN di Negara kita hanya melihat dari segi materi yaitu uang, apakah KKN hanya uang saja? Seandainya ada korupsi lain selain masalah uang apakah hukum negara ini cukup kuat? Korupsi waktu misal.

Terlalu berat untuk memikirkan semuanya, apalagi negara ini. Para calon pemimpin kini mulai beraksi menggunakan paduan bahasa-bahasa ketertarikan.  Yang kita rasa hanya akan menjadi slogan saja. Nepotisme ini seakan tak layak untuk kita jadikan bagian dari KKN itu sendiri, karena nepotisme lebih dekat pada arah di mana kita hidup untuk dapat memahami dan memaknai etika dalam keluarga itu sendiri. Berat rasanya memilih antara keluarga dan yang sebenarnya. Ideologi yang telah dijadikan harga sembako di pasaran, naik dan turun. Di mana harga diri kita sebagai manusia yang ber-Pancasila? Siapa kebenaran yang sebenar-benarnya? Tak patut untuk kita jawab dan kita pertanyakan, karena nepotisme merupakan teman dan keluarga dekat kita sendiri. Para petani dan tukang becak frustasi akan anaknya yang akan meraih masa depan yang lebih cerah dari orang tuanya. Seakan akan mereka tak memiliki harapan pada masa depan yang lebih baik. Tetapi janganlah khawatir para miskin. Masa depan ada di tangan anak-anakmu, mereka hanya butuh semangat dan do’amu saja. Janganlah bimbang, anak-anakmu adalah anak yang berbangsa dan ber-Pancasila serta berketuhanan.

Nepotisme akan selalu tetap ada dan tak akan bisa musnah hanya dengan senjata KPK bernaung hukum serta terdakwa dan kuasa hukumnya. Bergaya di depan kamera kacamata rasa tak bersalah. Karena nepotisme ini tidak dapat musnah, maka kita cukuplah bermodal usaha dan do’a saja. Berjuanglah demi masa depan yang sebenar benarnya. Kita hanya cukup menunggu roda perputaran takdir dalam kehidupan dan yakinlah!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Ardiyansah Yuliniar Firdaus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler