x

Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN Amien Rais (kedua kanan), Hatta Rajasa (ketiga kiri), dan Zulkifli Hasan (ketiga kanan) bertepuk tangan dalam pembukaan Kongres IV Partai Amanat Nasional (PAN), Bali, 28 Februari 2015. Kongres tersebut dijadwalk

Iklan

muthiah alhasany

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

PAN, Bibit Perpecahan Muhammadiyah?

Gesekan antara kedua kubu sangat terasa. Hal ini akibat Amien Rais yang begitu ingin mengganti Hatta Rajasa sebagai Ketua Umum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PAN sebagai partai politik tak lepas dari gonjang ganjing. Sebagaimana partai lainnya, PAN juga sarat dengan berbagai kepentingan. Terutama kepentingan tokoh-tokoh yang selalu ambisius dan ingin merebut kekuasaan.

Demikian pula kongres kali ini yang digelar di Bali untuk memilih ketua umum yang baru. Hatta Rajasa sebagai incumbent tentu saja masih memiliki peluang yang cukup besar. Namun ada calon lain yang juga muncul dan menguat, yaitu Zulkifli Hasan, yang sekarang menjabat sebagai Ketua MPR. Zulkifli didorong dan disokong oleh Amien Rais.

Gesekan antara kedua kubu sangat terasa. Hal ini akibat Amien Rais yang begitu ingin mengganti Hatta Rajasa sebagai Ketua Umum. Sedangkan Hatta mencoba menanggapinya dengan dingin. Meskipun kekakuan tampak dalam sikap masing-masing. Dalam pidatonya Hatta justru mengingatkan agar partai jangan sampai terbelah seperti partai lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bibit Perpecahan Muhammadiyah

Basis pemilih partai berlambang matahari ini adalah kaum Muhammadiyah. Tokoh-tokoh di partai ini adalah orang-orang yang memiliki pengaruh yang cukup kuat. Karena itu jika terjadi pergesekan antara tokoh-tokoh tersebut akan menyulut pula perselisihan pada para pendukungnya yang notabene orang Muhammadiyah. Hal ini sangat disadari oleh tokoh nasional yang berasal dari Muhammadiyah. Din Syamsudin dan Syafii Maarif sudah jauh-jauh hari mengingatkan pentingnya untuk menjaga PAN dari perpecahan.

Sayangnya ada tokoh-tokoh tertentu yang masih mengedepankan ego masing-masing. Ambisi untuk memegang kekuasaan agar dapat menggunakan partai sesuai dengan kehendaknya dan kepentingannya. Amien Rais, yang seharusnya sebagai tokoh tua diharapkan semakin bijaksana, tetapi ia justru menimbulkan intrik dalam tubuh partai. Sikap Amien Rais menganggap partai sebagai miliknya sendiri sehingga harus berjalan sesuai dengan rencana-rencananya sendiri.

Padahal, partai tidak akan berjalan tanpa adanya kader-kader. Mereka memiliki hal suara untuk memilik pemimpin yang paling kompeten. Biar saja pemilihan berjalan secara alami, sehingga obyektivitas tetap terjaga. Jika pemilihan dicampuri terlalu jauh, maka pemilihan berdasarkan paksaan, ancaman atau bisa dengan politik uang. Suara kader-kader partai tidak lagi dianggap penting.

Kalau masih mengedepankan ambisi pribadi dan kelompok, bagaimana PAN akan memperjuangkan kepentingan rakyat? tentu hal itu sangat sulit dicapai. PAN hanya kendaraan bagi orang-orang yang haus kekuasaan. Dan bukan tidak mungkin, jika mereka berhasil merebut kekuasaan justru akan membawa  partai ini semakin  terpuruk pada Pemilu 2019 YAD.

Ikuti tulisan menarik muthiah alhasany lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler