x

Foto terpidana pajak Gayus Halomoan Tambunan saat berada di sel isolasi Lapas Sukamiskin, Bandung, 21 September 2015. Facebook.com/@Devan T Wyndantara

Iklan

sono rumungso

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Terima Kasih, Gayus!

Gayus merupakan contoh yang sangat baik untuk menunjukkan betapa tidak beresnya birokrasi kita

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejujurnya, kita mesti berterima kasih pada Gayus Tambunan. Dari dialah kita tahu banyak hal yang tidak beres pada birokrasi di negeri yang kita cintai ini. Foto Gayus yang sedang makan di restauran dianggap 'menantang' Menteri Hukum dan HAM. Pak Menteri, dengan amarah yang meluap memerintahkan agar Gayus ditempatkan di penjara super ketat di Gunung Sindur. Penjara yang diperuntukkan bagi penjahat kelas kakap.

Ulah Gayus yang dianggap menghebohkan ini bukan kali yang pertama. Kita kembalikan ingatan kita beberapa tahun yang lalu saat Gayus kedapatan nonton sebuah pertandingan olah raga di negeri tetangga. Begitu mudahnya Gayus mendapatkan akses untuk berada di dunia luar dan menikmati segarnya udara bebas dan indahnya kemerdekaan di luar penjara.

Gayus bukanlah satu-satunya cerita miring tentang birokrasi kita. Sudah berapa lama kita diprotes negeri tetangga karena asap hasil pembakaran lahan perkebunan? Apa yang kita lakukan kemudian? Aneh rasanya, ada perusahaan yang membakar hutan tetapi pemerintah yang mau mengeluarkan banyak biaya untuk memadamkannya. Pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan di tingkat daerah untuk mengelola sumber dayanya pun tidak ambil pusing penderitaan rakyat akibat asap. Justru sebaliknya melempar tanggung jawab itu kepada Pemerintah pusat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seandainya kita diminta menyebut satu demi satu ketidakberesan yang terjadi di negeri kita yang kaya raya ini, mungkin langit tidak cukup muat untuk menuliskan deretan ketidakberesan tersebut. Mau bicara korupsi? Kemacetan? Transportasi publik? Okupasi trotoar oleh pedagang? Jual beli SIM? Perpanjang STNK dan Nomor kendaraan harus menunggu enam bulan? Ijasah palsu? Mengurus KTP? Mengurus BPJS? Pasien diusir dari Rumah Sakit? Daging sapi? Makanan mengandung borax? Anak jalanan? Pengemis?

Semua persoalan tersebut terkait dengan birokrasi di setiap institusi pemerintahan. Ada institusi yang mengatur persoalan tersebut, tetapi faktanya tidak pernah beres. Sudah berapa lama kita bicara good governance? Bolehlah diargumentasikan bahwa rakyat juga punya andil dalam carut marutnya persoalan yang ada. Sudah 70 tahun kita merdeka dan berapa banyak Pemimpin negeri yang menimba ilmu di negara lain yang lebih maju? Apa hasilnya? Apa warisan yang diberikan kepada anak cucu selain kesengsaraan? Sumber daya terkuras, hutang menumpuk, infra struktur tidak beres, tanah pertanian semakin habis, hutan menjadi gundul.

Realita tersebut membuat kita menjadi frustasi dan harus menerima apa yang ada. Rakyat sudah terlalu lelah untuk mengeluh. Tidak ada tempat kepada siapa kita bisa berharap dan bergantung. Masing-masing harus berjuang untuk tetap survive.

Ketika layanan publik tidak beres, siapa yang peduli? Mereka yang bertanggung jawab terhadap kualitas layanan publik, tidak pernah menempatkan diri mereka sebagai rakyat yang menikmati layanan yang diberikan. Mereka tidak pernah menjadi rakyat dan merasakan bagaimana sengsaranya rakyat karena kualitas layanan publik yang payah.

Saya merindukan munculnya Gayus-Gayus yang lain yang bisa 'menampar dan menelanjangi' mereka yang berkuasa.

 

Ikuti tulisan menarik sono rumungso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu