x

Iklan

Aseanty Pahlevi

journalist, momsky, writer, bathroom singer, traveler.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ultah ke-244, Pontianak 'Kota Khatulistiwa' Menyapa Dunia

Perayaan hari jadi Kota Pontianak menampilkan kekayaan khazanah budaya Melayu di Kalimantan Barat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Merayakan hari jadinya pada 23 Oktober lalu, Kota Pontianak menghelat kegiatan yang sangat kaya akan khazanah budaya Melayu. Ultah ke-244 ini mengambil tema “Pontianak Menyapa Dunia”. Dengan tema ini, Kota Pontianak ingin mengenalkan budaya Melayu kepada khalayak ramai. Sebut saja Saprahan. Saprahan adalah makan bersama khas masyarakat Melayu. Sudah dikenal sejak abad 18. Makan bersaprah biasanya dilakukan pada saat selamatan atau pernikahan.

Bahkan Saprahan yang aslinya disebut Saperahan kemudian mengalami akulturasi budaya. Melayu, Bugis, Banjar, Arab, Bangka dan Belitung. Filosofi yang terkandung dalam makan bersaprah adalah kebersamaan, kekeluargaan dan gotong-royong antara satu dengan yang lainnya. Makanan sajian saprahan antara lain, Nasi Kebuli, Sambal Haji Dolah, Masak Kecap (semur daging), Masak Putih (opor ayam), Paceri Nanas dan Selada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lima lauk pauk dalam Saperahan melambangkan rukun Islam. Kemudian terakhir, akan disajikan air Serbat. Minuman khas Melayu ini disajikan pula di setiap kegiatan keagamaan, dan pernikahan. Penyusunan Saprahan pun ada tata caranya. Sultan Kadriah Pontianak, Syarif Abubakar Alkadrie mengatakan, Saprahan dihidangkan diatas kain putih.

“Susunannya nasi di paling ujung, lalu lauknya. Ditutup oleh tempat cuci tangan,” katanya. Tata cara makan, satu kelompok terdiri dari lima orang dengan satu set hidangan Saprahan. Semua duduk bersama; tua-muda, miskin-kaya, atau pejabat-warga biasa. “Budaya melayu ini kita festivalkan, sekaligus untuk mengenalkan kepada generasi muda, mengenai budaya-budaya Melayu Pontianak lainnya,” ungkap Walikota Pontianak, Sutarmidji. Dia berharap, budaya ini bisa terus dipertahankan. Tak hanya untuk melestarikan kebudayaan, namun kegiatan Festival diharapkan bisa menjadi agenda wisata di Kota Pontianak.

Selain Saprahan yang digelar di awal bulan, terdapat pula beberapa kegiatan seperti Festival Permainan Anak Tradisional, dan Fashion Road Show. Yang unik, Pemerintah Kota Pontianak juga mengadakan Festival Arakan Pengantin dan Nikah Massal.

Festival Arakan Pengantin digelar Minggu (25/10), dan memukau wisatawan yang datang. Sebanyak 16 pasang calon pengantin, dinikahkan secara massal dalam festival itu. Arakan dimulai dari halaman Museum Negeri, menuju Masjid Raya Mujahidin untuk mengantar para calon pengantin yang akan dinikahkan.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengatakan, festival arakan pengantin tahun ini sangat istimewa karena selain adanya nikah massal, festival ini juga diikuti oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura serta dihadiri tamu beberapa negara seperti dari Belanda dan Denmark. “Kita akan undang beberapa negara yang memang akar budayanya serumpun dengan Kota Pontianak, termasuk provinsi-provinsi se-Indonesia yang adat budaya melayunya masih terjaga dengan baik seperti Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang akan kita undang,” ujarnya.

Sebagaimana tema Harjad Kota Pontianak ke-244, “Pontianak Menyapa Dunia”, Festival Arakan Pengantin ini juga sebagai salah satu ajang promosi kebudayaan dan pariwisata yang menjadi kebanggaan Kota Pontianak kepada dunia luar. “Dan ini kita buktikan bahwa banyak keunikan yang ada di Pontianak dan bisa kita kenalkan kepada dunia,” ungkap Sutarmidji.

Yang dinikahkan, prioritas bagi pasangan calon pengantin yang berasal dari keluarga kurang mampu. Tahun depan rencananya akan diperluas, mungkin sekitar 100 pasangan yang akan kita nikahkan secara massal.

Pasangan pengantin peserta nikah massal dari Kecamatan Pontianak Kota, Agus Lesmana dan Resta Rianti, mengungkapkan, mereka merasa senang dan terbantu dengan mengikuti program nikah massal ini. “Kami senang dan berterima kasih kepada Bapak Wali Kota yang telah menggelar nikah massal ini,” ucapnya.

Selain dinikahkan, mempelai juga mendapat bantuan dari Pemkot berupa uang tunai Rp500 ribu untuk rias dan sewa pakaian pengantin, emas kawin berupa cincin emas seberat 3 gram serta voucher menginap di hotel untuk satu malam.

 

Ikuti tulisan menarik Aseanty Pahlevi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu