x

Iklan

Anazkia Aja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berhati-hati Ketika Menjadi TKI

Manisnya keringat TKI di Malaysia, senantiasa menjadi incaran oknum dan kelompok bertopengkan dewa penyelamat..

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bulan lalu, entah apa harinya status facebook Mas Mahfudz singgah di beranda saya. Sedikit saja kalimat statusnya; “Manisnya keringat TKI di Malaysia ..

Senantiasa menjadi incaran oknum dan kelompok bertopengkan dewa penyelamat..

Denga senyuman dipoles dengan gula- gula kebaikan..

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun tujuan akhirnya adalah bisnis yang dibalut pencitraaan.” Dengan tagar #TKIJugaManusia dan #BisnisAirLiur

Saya tercenung lama memandangi kalimatnya. Kenangan saya kembali ke masa beberapa tahun lalu ketika saya masih berada di Malaysia sebagai seorang tenaga kerja. Betapa kami, saya, Ifen, Roni, Mas Mahfudz dan Felix amat sangat berhati-hati dengan kehadiran orang baru yang mengatasnamakan kegiatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tentunya. Kehati-hatian kami saat itu tentunya bukan tanpa alasan. Mengenali Ifen, Felix dan Mas Mahfudz melalui laman blog Kompasiana. Dari sana, kami acap kopdar dan bertemu untuk ngobrolin macam-macam dan lika-liku dunia tenaga kerja. Dari Kompasiana juga, saya mulai dikenali dan mengenali banyak orang dari berbagai latar belakang.

“Saya wartawan dari salah stau media X di Indonesia. Kamu mau nggak nulis untuk media tersebut, cerita tentang dunia TKI. Satu artikel dibayar RM. 100.” Saya tercengang tak percaya, RM. 100 adalah 20 % dari gaji saya saat itu. Hati saya berbinar tentu saja, menghitung nominal yang akan didapat kalau saya mau menulis. Lalu, berlanjutlah komunikasi kami dengan oknum X yang konon mengaku wartawan ini. Kami (terutama sekali saat itu saya dan Ifen) beberapa kali bertemu dengan oknum X. Tak hanya memesan tulisan, oknum X pun mempunyai niat untuk membuat tabloid khusus TKI. Lupa, apa nama tabloid tersebut.

Setelah beberapa kali bertemu, saya justru mundur dengan oknum X. Enggan untuk bertemu, pun ketika bertemu saya nggak mau bertegur sapa. Ada sedikit perasaan akan dimanfaatkan oleh oknum X tersebut. Karena ketika ditanya ini itu kelanjutan lainnya, tak ada lagi kabar. Maka menjauhlah saya darinya... Sementara  beberapa teman saya bekerja untuknya. Tahun 2012 saat itu, pemerintah Malaysia sedang melakukan pemutihan untuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal. Oknum X bersama dengan temannya membuat agen pemutihan. Dengan alasan mengenal orang Radio Televisi Malaysia (RTM) dan orang RTM tersebut mengenal pejabat imigrasi Malaysia. Dimulailah segala pekerjaan. Meski saya tak tahu banyak, tapi teman saya beberapa kali mengunggah aktivitasnya ketika berkunjung ke kongsi (rumah sementara di area pekerja bangunan) mau pun pekerja kebun. Dengan janji akan dibuatkan permit kerja dan izin tinggal di Malaysia, berbondong-bondonglah para pekerja ilegal untuk mendaftar. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, antara RM. 1200-1500/orang. (Rp. 4.200.000-5.250.000)

Sehari dua hari, pun berbulan ketika program amnesti yang diberikan oleh kerajaan Malaysia habis, segala surat dan keperluan lainnya tak kunjung selesai. Sementara puluhan TKI ilegal, sudah habis uang dan berharap banyak dengan oknum X ini. Malangnya, oknum X dengan temannya menghilang. Sementara, teman-teman saya yang bekerja dengan mereka menjadi orang yang dikejar-kejar oleh teman-teman TKI yang pernah berurusan dengannya. Dituduh membawa lari uang dan sebagainya.

Sampai sekarang, oknum X tak ketahuan rimbanya. Beberapa bulan lalu, ketika ada list teman di facebook yang berulang tahun, saya meneliti profile facebooknya satu persatu untuk dihapus kalau yang sudah tidak aktif. Dan bertemulah dengan facebook oknum X. Awalnya, saya tak mengenali facebooknya kalau tak menemukan salah satu wall yang meminta uang salah satu TKI untuk dikembalikan.

Sejak kejadian itu, saya bersama dengan beberapa teman (Mas Mahfudz, Ifen, Roni dan Felix) mulai sangat berhati-hati ketika ada orang baru datang dengan embel-embel membela TKI. Karena tak sedikit, orang-orang yang menawarkan janji manis dengan berjuta janji kepada TKI ujung-ujungnya memeras TKI. Memang, tak semuanya begitu. Tapi, ketika di Malaysia, saya sangat berhati-hati saat menjadi TKI. Karena sejatinya, segala rupa TKI itu bisa dijual belikan. Dari keberangkatannya, masalahnya dan segala macam begitu gampang untuk diperjual belikan. Serupa, dengan statusnya Mas Mahfudz di atas.

Ikuti tulisan menarik Anazkia Aja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu