x

Jejeran peserta lomba perahu Sandeq Race bersiap mengikuti lomba Sandeq Race di Pantai Losari, Makassar, Rabu 10 September 2014. Rute lomba ini sepanjang 400 kilometer dari Pantai Losari Sulawesi Selatan sampai Pantai Manakarra, Mamuju Sulawesi Barat

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Provinsi Seribu Sungai yang Terus Berubah

Mamuju kini sudah jauh berubah. Jalan dari bandara menuju pusat kota Mamuju, tak lagi penuh lubang. Bahkan, mulus sampai ke pusat kota.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2010, saya pertama kali berkunjung ke Kota Mamuju, ibukota Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Provinsi ini punya julukan Provinsi Seribu Sungai. Kedatangan saya ke Mamuju saat itu untuk meliput kunjungan kerja Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi. 
 
Ketika itu, jalan dari Bandara Tampa Padang, Mamuju, tak begitu mulus. Masih banyak lubang. Saat tiba di pusat kota pun, keramaian laiknya sebuah ibukota provinsi, sama sekali belum terlihat. Bahkan kala itu, saya sempat pusing ketika hendak beli rokok.  Cari mini market, tak ketemu juga. 
 
Lalu, tahun 2016 ini, kembali saya dapat kesempatan menginjakan kaki di Mamuju. Dan, kedatangan saya ke Mamuju kedua kalinya itu masih sama hendak meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, pengganti Gamawan Fauzi. Menteri Tjahjo datang ke Mamuju hendak membuka acara Musyawarah Rencana Pembangunan Sulawesi Barat. 
 
Namun begitu saya keluar dari Bandara Tampa Padang, setelah terbang pakai pesawat Garuda dari Bandara Hasanuddin, Maros, betapa kagetnya saya. Mamuju kini sudah jauh berubah. Jalan dari bandara menuju pusat kota Mamuju, tak lagi penuh lubang. Bahkan, mulus sampai ke pusat kota. 
 
Saya sampai terkantuk-kantuk menikmati perjalanan. Apalagi jalanan meliuk dan berkelok,  turun naik bukit. Tiba di pusat kota Mamuju, kembali saya kaget. Kota Mamuju yang dulu sepi, kini tampak ramai. Geliat suasana kota tampak begitu terasa. Toko-toko sudah banyak dibangun. Berderet kiri kanan jalan. Gedung bank dan perkantoran ada di mana-mana.  Pun, mini market. Jalanan pun tampak mulus. Kendaraan juga ramai hilir mudik. 
 
"Wah, saya tak menyangka Sulbar telah berubah. Dulu Mamuju saat pertama saya ke sini, tak seperti ini," kata saya kagum. 
 
Supir mobil yang membawa saya dari Bandara Tampa Padang, tampak tersenyum mendengar ucapan saya. Sampai kemudian ia berkata. " Ya mas, bisa dikatakan Pak Adnan berhasil membangun Sulbar." 
 
Adnan yang dimaksud dia, adalah Adnan Saleh, Gubernur Sulbar saat ini. Waktu kunjungan saya yang pertama ke Mamuju, Gubernur Sulbar masih Adnan. Dan, sekarang di kunjungan kedua, gubernurnya juga masih Adnan. Tahun ini, adalah masa jabatan terakhir Adnan sebagai orang nomor satu di Sulbar. Adnan sudah dua periode memimpin provinsi tersebut. 
 
Setelah melihat suasana Mamuju sekarang,  bisa dikatakan, Adnan cukup berhasil merubah wajah Sulbar. Terutama merubah wajah Kota Mamuju, ibukota provinsi tersebut. 
 
Saat memberi sambutan dalam acara Musrenbang, Adnan Saleh, mengungkapkan, Sulbar resmi jadi provinsi tahun 2004. Artinya, hampir 12 tahun usianya. Pada hari ulang tahun provinsi, kata Adnan, Presiden Jokowi direncanakan akan hadir. Ia pun berharap, Menteri Tjahjo bisa menemani Presiden berkunjung ke Sulbar.
 
"Bapak Presiden akan meresmikan beberapa proyek yang sedang dikerjakan di sini," kata Adnan. 
 
Menteri Tjahjo sendiri dalam kata sambutannya, juga memuji perubahan yang terjadi di Sulbar. Ia merasa kagum. Dulu katanya, dia pernah ke Mamuju pakai jalan darat dari kota Palu. Delapan jam lamanya waktu yang ia tempuh untuk sampai ke Mamuju. Sekarang ia kagum, jalan-jalan sudah mulus. 
 
Kata Tjahjo, Sulbar bisa jadi provinsi yang maju. Potensinya menjanjikan, punya sumber daya alam dan daya tarik wisata. Tinggal dikelola dengan baik, Sulbar bisa jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Pulau Sulawesi. 
 
"Tinggal dikelola dengan baik. Dan, harus ada skala prioritas yang jelas, sehingga pembangunan benar-benar terencana dan fokus," katanya. 
 
Di sela-sela meliput kegiatan Musrenbang, saya sempat dijamu Pak Abdul Wahab Hasan Sulur, Kepala Biro Tata Pemerintahan Provinsi Sulbar di rumahnya. Rumahnya menyatu dengan warung kopi. Warung kopi 157 namanya. Warung ini  ada di Jalan Jenderal Sudirman, Mamuju. 
 
Di warung kopi ini, pengunjung bisa menikmati layanan Wifi. Bahkan bisa main bilyar sepuasnya. Di belakang warung memang disediakan meja bilyar. Di belakang rumah, terdapat balai-balai, semacam saung dari kayu lengkap dengan seperangkat kursi dan meja. 
 
Di pojok saung, diletakan koleksi Pak Wahab berupa batu alam ukuran besar. Saya coba mengangkatnya. Berat sekali. Di saung itu, sembari menikmati kopi dan pisang goreng, Pak Wahab bercerita tentang sosok Adnan Saleh, bosnya. 
 
Kata dia, Adnan tipikal Gubernur yang tak birokratis. Ia biasa ngobrol ngalor ngidul dengan anak buah. Tak ada jarak. Bahkan bisa ngakak bersama. Tak hanya itu, Adnan juga tipikal pekerja keras. Sampai larut, Adnan biasa bekerja. Selain itu, Adnan juga piawai lobi. Terutama kala ingin menggolkan proyek di Mamuju. 
 
"Ya alhamdulillah kini Mamuju telah berubah," kata Pak Wahab bangga. 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu